Ehemm, cek.cek. Berasa aneh mau
nulis tentang agama. Hehehe. Tapi seperti slogan hidup adalah proses, maka begitu
pula dengan mengenal agama. Kalau itu proses itu mengarah pada perubahan
kebaikan, maka ga perlu takut atau malu buat diketawain kan.
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya
waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan
adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah
penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka
turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar
mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan
kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang
Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”
Yang sering mendirikan solat
sunat di pagi hari pasti udah akrab sama doa di atas. Atau malah ga tahu kalau
itu arti doa setelah solat duha?
Yang pasti dilihat dari artinya,
solat itu lebih identik sama yang namanya minta rezeki. Lucunya salah ada salah
satu orang (sengaja disembunyikan identitasnya) sering nolak kalau dijak solat
dhuha. Waktu pertama diajak, ekspresi mukanya malah kaget. Mungkin kaget ada orang
begajulan yang ngajakin amalan sunat. Untuk beberapa kali diajak (dan selalu
nolak), dia nolak sambil ketawa dan berseloroh ‘ihh aku kan ga miskin’. ????
Sekarang pikiran saya yang jadi
kaget. Lebih kaget dari muka dia waktu diajak solat dhuha pertama kali mungkin
ya. Memang apa salahnya dengan solat dhuha? Apa karena dari arti doanya, solat
dhuha itu hanya untuk orang miskin? Meskipun tanpa tahu fakta berapa jumlah orang
kaya yang muslim, saya yakin banyak diantara mereka yang masih jadi pelanggan
solat dhuha.
Untuk kedua kalinya pake kata
meskipun, saya ga tahu dalilnya apa, saya punya pandangan lain tentang rezeki.
Bagi saya rezeki itu bukan hanya sekedar materi yang konkrit. Nilai bagus,
perlakuan baik, kemudahan, itu juga rezeki bagi saya. Kalau rezeki hanya
diartikan sempit, maka akan sulit seseorang untuk bersyukur.
Kalau kita artikan solat tobat
adalah solat pengampunan maaf. Maka apakah kita hanya melaksanakannya setelah
kita merasa melakukan kesalahan? Bagaimana dengan dosa-dosa yang tidak sengaja?
Begitupun dengan solat dhuha bukan? (pasti ada yang jawab dalam hati atau
teriak bukaaaan)
Tulisan ini bukan buat nyindir seseorang. Cerita tentang seseorang juga fiktif ko. Hehe. Tapi tidak menutup kemungkinan ada orang dengan pikiran seperti itu. Bukan juga berniat menceramahi. Duhh siapa saya. Hanya sekedar share bagi para pecinta solat dhuha dan yang belum mencintainya.