Powered by Blogger.

Pages

  • Home
facebook twitter instagram

Widya's Babble

Self Reminder. Bukan berarti sudah baik.

Sekali lagi ya, jadi PNS itu bukan cita-cita semua orang. Bukan juga cara cepat biar kaya karena penghasilannya biasa saja. Masih banyak perusahaan swasta yang menawarkan gaji besar kok. Apalagi bagi orang yang senang berwirausaha dengan peluang penghasilan yang tak terhingga. Gaji bulanan yang angkanya sudah pasti ini tentu ga bakal menggiurkan.

Belum lagi image masyarakat yang masih menganggap PNS hanya makan uang rakyat, melayani sekadarnya, masuk kantor seenaknya. Jadi PNS itu harus pake uang atau punya orang dalam. Kenapa sekolah tinggi-tinggi hanya untuk jadi pembantu negara? Dan berbagai persepsi buruk lainnya. Semua itu balik ke diri masing-masing mau disikapi bagaimana. Yang jelas kalau semua berfikir seperti itu, sistem birokrasi pemerintahan juga bakal tersendat.
Setiap orang punya jalan hidup dan jalan rejekinya masing-masing. Tinggal amanah dalam tugas agar hidup lebih berkah.

Seleksi CPNS yang lumayan panjang bukan hanya tentang tahapan seleksi yang tidak satu kali. Ada beberapa hal yang ternyata bisa jadi benturan saat kita menjalani proses seleksi sampai akhirnya resmi jadi CPNS. Saya pun menulis ini masih dalam tahap menunggu pengumuman TMT setelah pemberkasan. Jadi mungkin masih ada printilan lain yang bisa saja saya temui nanti.

Beberapa hal yang bisa membuat proses seleksi CPNS lebih sulit khususnya saat pemberkasan ini tidak semua saya alami, tapi berdasarkan yang saya lihat langsung dari teman-teman seangkatan seleksi CPNS 2018.
Sumber : https://www.studilmu.com/blogs/details/3-faktor-penghambat-karir
Saya tulis berdasarkan yang saya tahu ketika menjalani proses di instansi Pemprov DKI Jakarta ya dan saya tambah sedikit dari orang terdekat yang saya tahu langsung melakukan pendaftaran di instansi lain.

Karena setiap instansi kemungkinan memiliki kebijakan yang berbeda.

  • Kesesuaian Nama

Ini yang paling krusial dan ternyata banyak terjadi. Mungkin sebagian orang memiliki nama yang berbeda di berbagai dokumen. Misalnya di KTP menuliskan nama marga, tapi di ijazah tidak dituliskan karena terlalu panjang. Atau double huruf yang juga sering terjadi. KTP menuliskan ‘Anisa’, sedangkan ijazah menggunakan ejaan ‘Annisa’. Hal macam ini akan mempersulit kita saat pemberkasan karena pada proses itu semua dokumen kita akan dilihat dan nama yang tercantum di semua dokumen harus sama. Khususnya KTP, KK, Ijazah, dan surat pendukung lain yang perlu disertakan saat pemberkasan seperti SKCK, Surat Keterangan Sehat Jasmani dan Rohani, serta Surat Keterangan Bebas Narkoba.
Lalu, bagaimana jika berbeda? Nama yang diakui adalah nama yang tertera di Ijazah. Jadi silakan pilih ingin memperbaiki dokumen yang mana. Ada orang yang menyarankan lebih baik ubah KTP daripada ubah ijazah karena prosesnya lebih sulit.
Jadi jika berniat mendaftar CPNS tahun nanti, silakan lihat kesesuaian nama di seluruh dokumen. 


  • Tanda Tangan Legalisir Ijazah dan Transkrip Nilai
Sudah menjadi hal yang wajar proses lamaran pekerjaan dimana pun biasanya menyertakan dokumen legalisir ijazah sebagai salah satu persyaratan. Begitu juga saat proses CPNS. Tahapan administrasi awal yang kebanyakan sudah dilakukan secara full online biasanya hanya mengharuskan kita mengunggah scan ijazah. Meski ada juga beberapa instansi yang masih mengharuskan mengirim dokumen fisik ke almaat tertentu via pos atau langsung datang disamping mengunggah dokumen secara online.

Namun setelah semua seleksi dilewati , dinyatakan lulus,  hingga sampai pada tahan pemberkasan, ijazah hasil legalisir juga diperlukan.
Ini contoh ketentuan pejabat penandatangan legalisir untuk CPNS 2018
Tidak perlu hasil legalisir terbaru. Yang terpenting adalah pejabat yang menandatangani harus sesuai dengan pengumuman yang diberikan. Sepenting itu? Ya.
Setelah proses pemberkasan yang dilakukan secara tatap muka selesai, saya menunggu di teras gedung karena hujan. Saya ga sengaja menguping pembicaraan seorang peserta yang sedang menelepon (entah siapa), dia meminta orang di ujung telepon untuk melegalisir ulang. Karena proses pemberkasan ini lumayan baik hati. Jika kita belum dapat melengkapi persyaratan di jadwal pemberkasan yang seharusnya, panitia memberikan kesempatan kedua beberapa hari setelah itu untuk melengkapi berkas. Tapi alangkah lebih baiknya kalau kita mempersiapkan berkasnya dengan benar kan 😉.

  • Surat Keterangan Sehat dan SKCK

Surat-surat ini akan jadi persyaratan saat pemberkasan dimana pun instansinya. Tapia ada juga instansi yang menjadikan surat keterangan sehat sebagai syarat administrasi di awal lho. Meski dibolehkan hanya tingkat puskesmas dengan biaya murah menurut saya jadi sayang dan buang-buang uang juga kalau tidak lulus. Lagi pula untuk surat keterangan sehat rohani, setahu saya belum ada puskesmas yang bisa melayani. Harus ke RS dan biayanya lumayan juga (bagi saya).
Jadi begini, untuk tahap pemberkasan surat keterangan sehat jasmani dan rohani harus dikeluarkan oleh RS Pemerintah. RS Polri boleh? Boleh. Yang penting masih miliki pemerintah bukan swasta ya. Mungkin tujuannya biar uang yang kita keluarkan ga masuk ke pihak swasta kali yee.
Untuk Pemprov DKI Jakarta yang mengumumkan kelulusan CPNS pada bulan Januari 2019, dokumen surat-surat itu termasuk SKCK harus dikeluarkan pada bulan Januari juga.
Akhirnya saya juga harus bikin SKCK ulang karena SKCK saya dikeluarkan tangga 26 Desember 2018. Lebih nyesek ada juga yang SKCKnya dikeluarkan tanggal 31 Desember 2018. Yaa tetap harus mengurus ulang karena peraturannya begitu.

Untuk SKCK ga terlalu nyesek karena biaya ga terlalu mahal. Beda sama surat keterangan sehat yang lumayan. Dulu saya juga sempat berinisiatif membuat lebih dulu seperti SKCK karena pengumuman yang cukup lama dan khawatir waktu yang diberikan untuk melengkapi berkas singkat. Alhamdulillah bertemu perawat baik di RSUD Ciawi yang menerangkan bahwa pembuatan surat keterangan sehat menghabiskan biaya satu juta lebih disana (akhirnya saya ga buat disini, nanti insyaallah saya ceritakan buat dimana dan dengan harga sedikit lebih murah). Ia menyarankan untuk membuat setelah pengumuman. Meski saya sempat keukeuh ingin buat karena khawatir waktu mepet (hehe ngeyel ya), ia juga meyakinkan bahwa biasanya panitia menyediakan waktu yang cukup.
Jadi, saran untuk surat keterangan dibuat setelah pengumuman saja. Insyaallah waktunya cukup yaa asal mau sibuk dan rada ribet aja. Tohh ujung-ujungnya juga memang harus buat sesuai waktu yang diminta.

  • TMS (hati-hati dengan persyaratan formasi ­­cum laude dan pendidikan)

TMS (Tidak Memenuhi Syarat) adalah pengumuman yang ditakutkan peserta karena berdasarkan pengalaman beberapa instansi mengeluarkan pengumuman ini di tengah-tengah proses seleksi. Entah jeda setelah SKD saat menunggu tes SKB atau lebih parah setelah SKB saat menunggu pengumuman. Kalau dipikir kembali sangat disayangkan kalau kita tidak lulus gara-gara si TMS ini mengingat perjuangan kita menuju tempat tes juga tidak ringan setelah biaya perjalanan apalagi bagi yang di luar kota dan jauh ditambah dengan penginapan. Belum lagi harus meminta izin ke perusahaan tempat bekerja (bagi yang masih bekerja) lengkap dengan alasan yang dibuat-buat karena perusahaan melarang pegawainya mengikuti seleksi CPNS.

Idealnya TMS ini tidak akan keluar jika proses administrasi dilakukan dengan ketat. Namun namanya juga seleksi yang tidak semua prosesnya dilakukan by computer system, pastilah ada ketidaksempurnaan manusia.
Kebanyakan penyebab TMS disebabkan ketidaksesuaian pendidikan dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Misal kita yang lulusan S-1 Pendidikan Kimia mencoba peruntungan mendaftar ke formasi dengan kualifikasi S-1 Kimia.
Banyak juga terjadi di formasi cum laude yang mensyaratkan lulusan PT dan Prodi berakreditasi A saat tahun lulus. Namun pendaftar baru menyadari akreditasi A yang didapat PT/Prodinya adalah yang terbaru. Sementara akreditasi saat ia lulus masih B.
Jadi daripada menyesal di tengah padahal sudah lulus tes, lebih baik jangan coba-coba dan lebih hati-hati ketika membaca persyaratan di setiap instansi maupun formasi. Karena sangat mungkin ditemukan banyak perbedaan.

  • Dualisme grup telegram

Menambah jejaring informasi lewat berbagai akun media sosial unofficial sangat dianjurkan. Banyak informasi tambahan atau tips bahkan pembahasan soal-soal. Begitu juga dengan keberadaan telegram yang mampu memfasilitasi grup dengan ekstra besar pasti seringkali digunakan pada event tertentu. Yaa tak terkecuali di seleksi CPNS ini.
Bergabung di dalamnya? Saya sarankan tidak terlalu penting.
Kecuali kalau kita termasuk orang yang senang bercuap-cuap di grup, atau silent reader bijak yang mampu membiarkan orang-orang berceloteh (yang biasanya itu-itu saja) tanpa berkomentar “coba pembahasannya focus ke informasi CPNS, nanti kalo ada info takut tenggelam”. Karena biasanya isinya lebih banyak menyimpang dari topik.
Apa sama sekali tak ada info tambahan? Ada. Tapi biasanya sekadar asumsi dan biasanya … tak benar dengan kenyataan di lapangan nantinya.
Contohnya ketika hendak pemberkasan, ribut soal map harus menggunakan snelhecter karena khawatir berkas tercecer, padahal pengumumannya hanya mengatakan stopmap. Kenyataannya peserta yang menggunakan snelhecter (kebetulan saat pemberkasan di sebelah saya) malah diminta ganti dengan map biasa.

Sekarang ketika pemberkasan telah selesai, sedang hangat-hangatnya persiapan seragam dan atribut lain seperti nametag. Lagi-lagi malah menimbulkan perdebatan. Yang satu berdasarkan kenyataan di lapangan ketika dia PPL di sekolah. Satu lagi merujuk pada Pergub. Yaa sudah lah tunggu saja pengumuman aslinya. Kayanya lebih tepat biar ga sia-sia kaya SKCK kalau ternyata salah.

Jadi, saran saya silakan saja bergabung dengan grup-grup yang ada kalau takut ketinggalan informasi. Tapi langkah yang kita ambil sebaiknya tetap mengacu pada pengumuman resmi panitia.
Lucu juga kadang membaca tingkah polah orang-orang di grup itu. Ada yang merasa paling benar, ada yang ngegas, ada yang ngademin, yang ngomporin juga banyak.

Sekian sharing tentang hal-hal yang kadang jadi menghambat proses seleksi CPNS khususnya ketika pemberkasan kalau dinyatakan lulus. Semoga ada waktu (ga malas) untuk sharin tentang pengalaman membuat surat keterangan sehat.
Share
Tweet
Pin
Share
7 comments

Sebetulnya bukan pertama kali saya pake moda transportasi commuter line alias KRL yang menjadi sangat berjasa bagi kaum komutasi. Gara-gara pake kereta ini juga saya dapet istilah komutasi dan menyelamatkan saya untuk bisa menjawab soal SKD CPNS kemarin. Tapi pengalaman baik biasanya diikuti pengalaman yang ga menyenangkan.
Biar kebayang rutenya 😅
http://www.krl.co.id/peta-rute-loopline/
Berangkat dari stasiun Bogor menuju Rawa Buntu sama suami. Berarti kita harus naik kereta ke arah Jatinegara/Angke, transit di Tanah Abang dan lanjut pake kereta ke arah Maja/Parung Panjang. Walau kata mba di balik speaker  dengan suara merdu kereta menuju Angke berangkat jam 6.20, kami masuk jam 6.05 semua kursi udah penuh. Dan akhirnya berdiri aja. Toh walau bukan anker (anak kereta) profesional, beberapa kali naik ini biasanya saya kuat kok berdiri minimal sampai stasiun transit.

Entah karena sarapan yang seadanya, atau angin subuh karena sebelum sampai di stasiun Bogor saya dan suami melakukan perjalanan motor dari Caringin (you know Bogor mepet Sukabumi) selama hampir satu jam, atau emang kondisi badan saya yang lagi error karena semalam tiba-tiba insomnia. Baru di Stasiun UI dan penumpang makin padet (selayaknya office hour yee), kaki saya pegel (wajar lahh) dan saya udah mulai pusing, saya lirik jam pantes lumayan juga saya berdiri hampir satu jam.

Makin lama kepala saya pusing dan beberapa orang mulai ngeliatin saya. Waktu itu posisi suami berdiri di belakang buat menjaga hal-hal yang tak diinginkan dan nahan badan biar saya ga kejepit. Saya nengok ke suami buat bilang saya udah ga kuat berdiri dan mau turun aja, pas nengok bener aja kata suami keringet saya udah banyak segede jagung.

Akhirnya kita memutuskan turun dan turunlah kami di stasiun Pasar Minggu. Saya duduk sambil tarik nafas dan akhirnya mau lanjut jalan pake kereta selanjutnya. Kereta dateng, penuh banget, ga ada yang keluar, akhirnya kita ga naik. Kereta kedua, beruntung ada yang dua orang turun dan naiklah kita, walau dengan kondisi bener-bener mepet pintu. Saya ngerasain banget snack yang saya bawa di ransel (saya simpen di depan) remuk waktu pintu keretanya ditutup.

Stasiun berikutnya beberapa orang turun dan bikin kami terlempar-lempar 😅. Parahnya di stasiun Cawang . Waktu itu posisi saya udah agak bergeser, ga lagi persis di depan pintu. Ada sekitar 2 barisan orang menuju pintu, jadi saya kaya baris ketiga gitu. Saya pikir posisi itu aman lah yaa udah lumayan tengah, ga akan bikin saya kelempar-lempar lagi kalau ada yang turun. Ternyata saya salah besar pemirsa. Ketika pintu kereta dibuka, saya baru ngeuh banyak orang yang mau turun di belakang, kanan, kiri saya. Tadinya saya ga bakal turun karena mikirnya udah lumayan tengah tuh, tapi desakan orang-orang yang gilee baru ngerasain saya. Ternyata itu alasan Bapak ngelarang saya nonton Persib di stadion jaman saya SMP lagi seneng-senengnya sama Kosin Hattairatanakool 😂 (ada yang tahu doi?).

Akhirnya otak saya nyuruh saya buat udah keluar aja dulu dari kereta, tapi mungkin karena desakan itu lebih dulu datang dan bikin saya lebih dulu di posisi pintu kereta dibandingkan kesiapan saya buat melangkahkan kaki. Akhirnya … saya jatuh dari pintu kereta ke peron dan lengan kiri saya nahan badan waktu itu.

Bunyinya apa ya? Bluk? Ah ga bunyi sih.
Yang bunyi adalah suara seorang perempuan (kayanya ibu-ibu) “aaa” dan seorang laki-laki yang bilang “dibilangin suruh keluar dulu keluar dulu” tapi suaranya menjauh mungkin dia penumpang yang turun dan langsung pergi aja sambil komentar. Saya ga bisa liat orangnya karena posisi kepala saya ngadep lantai peron saat itu.

Saya berdiri dibantu suami yang ga jatuh sih karena mungkin dia lebih siap. Tadinya mau diem dulu karena masih kaget. Eh tapi ngapain kaya orang bego. Langsung berdiri aja dan masuk kereta lagi dengan cueknya. Ada malunya dikit tapi lebih banyak dongkolnya. Penumpang yang masih di dalam kereta juga diem aja. Masih penuh walau ga sepadat tadi karena cukup banyak yang turun.

Salahnya mungkin karena kami bukan anker asli ya jadi ga tau budaya di kereta itu kaya apa. Kalau kita di dekat pintu, ingat ya DEKAT pintu, bukan cuma DEPAN pintu, mending turun dulu buat kasih jalan sama yang mau turun. Karena kondisi kereta padet betul bikin ga bisa gerak sama sekali. Yaa memang harus begitu. Kalau saya tiap hari naik kereta ini mungkin saya bakal tahu aturan kecil macam itu. 

Jam menunjukkan hampir jam 9 saat itu. Mungkin orang makin ganas dikejar waktu masuk kantor demi ga kena potongan gaji kali ya. Sampai rela lohh nyikut, dorong, atau slading orang pakai badan tanpa permisi, maaf, dan tanpa merasa bersalah. Dan sudah dianggap ... wajar.

Saya ga mau komentar tentang ganasnya Ibu Kota karena isi kereta dari stasiun Bogor itu entah darimana aja. Tapi cukup saya jadi belajar juga tentang kondisi kota ini. Dulu pernah ada temen yang bilang “saya udah ga minat the buat tinggal di Jakarta”. Padahal doi berasal dari suku yang terkenal suka rantau.

Memang ga ada yang mengundang orang buat tinggal disana. Tapi beberapa bulan ke depan, karena kondisi saya pun mau tidak mau harus tinggal di daerah pinggran kota itu 😣. Jujur jadi deg-degan karena kejadian ini 😭. Meski sebetulnya ga adil kalau menilai kehidupan Jakarta hanya dari pengalaman KRL. Masih ada keindahan yang bisa diambil seperti yang direkan babang Mada Riyanhadi di IGnya. Ga nyambung ya😅. Sebelum kejadian ini saya masih takut buat tinggal disana dan kadang suka liat video itu buat sedikit menghibur diri.

Ga adil juga menggeneralisir anker sebagai orang yang … angker. Sebelumnya pernah juga naik dari Depok menuju Jakarta Kota jam empat subuh. Kaget juga saya jam segitu kereta udah penuh layaknya pagi hari. Sekitar di Manggarai udah mulai pada turun tapi saya masih berdiri. Ada seorang bapak muda yang manggil saya karena tempat duduk di depannya kosong. Alhamdulillah jadi terharu 😭.

Kereta sudah sangat sepi dan menyisakan beberapa penumpang aja (setelah Gondangdia kalau ga salah). Bapak itu masih ada dan duduk agak jauh tapi masih bisa saya dengar. Dia ngajak ngobrol hal standar, turun dimana, mau kemana, kerja atau sekolah. Kemudian bapaknya pamit dan turun duluan.
Bukti masih ada kok orang baiknya.
 ðŸ˜‡ðŸ˜‡ðŸ˜‡
Cuma yang ga habis pikir itu … kalo ga nolongin, setidaknya ga usah ngatain gitu lho. Mengingatkan ga gitu caranya.
Kadang masih dongkol, tapi ya sudah lah. Yang saya alami mungkin karena lagi sial atau jadi semacam penggugur dosa untuk dosa yang terlalu banyak ini. Jadi pelajaran aja untuk tetap mempertahankan budaya kata maaf, permisi, dan terima kasih. Sepanjang perjalanan itu aja yang dibahas sama suami. 
Semoga Allah tetap mengingatkan kita agar tetap jadi manusia yang memanusiakan orang lain. Aamiin



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sebulan lebih menunggu pengumuman hasil integrasi SKD-SKB yang menjadi penentu kelulusan seleksi CPNS (tentang proses SKB 👉 bisa buka ini). Akhirnya si doi itu datang juga. Dengan perbedaan skor akhir yang sangat-sangat tipis jadi pelajaran saya buat bersyukur lebih banyak. Perbedaan hasil akhir yang ga sampai 1 poin karena SKB saingan saya lebih besar dibanding SKB saya. Kalau saja satu soal saya meleset atau satu soal lagi saingan saya itu benar, maka dia yang akan lulus.

Jadi setelah tahu hasil SKD bagi yang jago matematika sebetulnya bisa menghitung maksimal perbedaan nilai SKB kita dengan saingan agar kita masih berpeluang lulus.
Apalagi adanya grup telegram yang dibuat sesama peserta memungkinkan kita bisa tahu nilai saingan kita walau lokasi atau waktu pelaksanaan tes berbeda. Karena setelah tes selesai, Pansel akan menempel print out hasil tes di mading dan biasanya anggota telegram ada aja yang rajin upload ke grup. Kalau mau berjuang buat nyari di tumpukan ratusan foto bisa saja kita temukan nilai saingan kita dan hitung sendiri integrasinya dengan rumus yang memang sudah diatur sejak awal dalam Permen.

Maka, setelah ini saya persiapkan pemberkasan yang diberi tenggat waktu beberapa hari saja (lagi-lagi dadakan kaya tahu  bulat 😅). Pengumuman Rabu malam dan jadwal pemberkasan hari Senin-Rabu pekan berikutnya. Cukup kalang kabut apalagi kalau kebagian jadwal Senin dan harus urus SKCK sementara KTP masih kampung halaman dan domisili sekarang jauh. Kalau untuk Surat Keterangan Sehat Jasmani, Rohani, dan Surat Keterangan Bebas Narkoba boleh dibuat dimana saja.

Proses pemberkasan berlangsung cepat. Meski tiap sesinya dijadwalkan 2 jam, tapi proses verifikasi masing-masing peserta hanya sekitar 5-10 menit. Yang lama adalah proses antrinya. Ada sekitar 9 atau 10 (saya lupa tepatnya) verifikator yang bertugas dan kita duduk untuk antri giliran. Tiba giliran, bawa seluruh berkas yang diperlukan dan tinggal duduk di depan verifikatornya. Biasanya mereka bertanya hal standar-standar. Jadi, selama semua dokumen kita asli, yoo santai saja.

Di ruangan itu juga disediakan meja panjang untuk peserta yang perlu memperbaiki berkas yang bisa diperbaiki saat itu, misalnya foto yang lupa diberi nama atau berkas yang perlu diganti karena ada coretan.

Dan ini yang saya ingat dan anggap penting dari berkas yang perlu diperhatikan.
  • Poin 2 wajib dipersiapkan baik-baik karena pengalaman ada lho peserta yang lupa membawa dokumen asli karena sibuk dengan poin-poin di bawahnya.
  • Poin 3 surat lamaran yang harus ditulis tangan dan tidak boleh ada coretan atau type ex yang cukup bikin saya ganti kertas tiga kali. Lumayan sementara ada peserta lain yang curhat di grup telegram yang sampai sepuluh kali. Saya juga ada kok sedikit coretan mengganti huruf ‘a’ menjadi ‘e’, tapi bukan di bagian krusial seperti data diri. Jadi Alhamdulillah masih lolos saat pemberkasan.
  • Poin 4 legalisir ijazah yang harus ditandatangani oleh pejabat sesuai dengan pengumuman. Kalau diminta oleh Dekan atau Wakil Dekan jangan coba-coba legaliser oleh Ketua Jurusan, karena yang ini pasti dipermasalahkan dan berujung berkas yang tidak diterima.
  • Poin 5 fotokopi ijazah SD-SMA boleh hasil legalisir atau hanya fotokopi
  • Poin 6 tentang KTP. Nahh ini penting banget diperhatikan walau kelihatannya sepele. Nama kita di ijazah, KTP, dan dokumen lain harus sama ya. Lalu kalau berbeda gimana seperti beberapa (bahkan banyak) kasus yang terjadi. Kebanyakan perbedaan pencantuman marga atau double huruf seperti Anisa dan Annisa. Yang menjadi acuan Pansel adalah nama kita di Ijazah. Jadi opsinya mau mengubah nama Ijazah atau KTP? Ada orang yang menyarankan sih katanya lebih baik ubah KTP karena lebih mudah dibanding ubah Ijazah.
  • Poin 10 kartu peserta ujian, sejak awal simpan baik-baik karena kartu peserta yang dipakai sejak SKD sampai pemberkasan diusahakan kartu yang sama (meski boleh print ulang kalau hilang, tapi verfikator yang jeli kemarin bertanya kenapa kartunya tidak ada tanda tangan panitia saat tes SKD-SKB)
  • Poin 11, 12, dan 13 yang bikin saya harus bikin SKCK ulang karena harus dikeluarkan bulan Januari 2019, sesuai dengan waktu pengumuman. Dan alhamdulillah berkat masukan perawat RSUD Ciawi waktu itu, saya ga perlu kehilangan uang yang lumayan besarnya (saya ceritakan di bagian sebelumnya). Makanya saya menyarankan berkas seperti surat keterangan dibuat setelah menerima pengumuman final untuk menghindari hal macam ini.
  • Poin tentang map yang cukup bikin ramai di grup telegram. Ada yang bilang harus map snelhecter untuk menghindari dokumen hilang karena jatuh atau tercecer, konsekuensinya dokumennya harus dibologin dong. Eh ternyata ketika pemberkasan yang menggunakan snelhecter malah diminta ganti dengan map biasa.
  • Kembali ke poin 1 karena ini yang sangat penting. Apa pun yang terjadi, entah berkas kita belum jadi, ada yang keliru atau apa pun itu, tetap datang sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Selama kita bisa menjelaskan dengan alasan yang logis dan masuk akal, Pansel menyediakan waktu untuk melengkapi sekitar satu minggu setelah pemberkasan.
Kalau semua berkas yang kita berikan sudah benar, maka kita akan menerima form dengan tanda BL (Berkas Lengkap). Tapi kalau masih ada yang belum lengkap kita akan menerima form dengan tanda BTL (Berkas Tidak Lengkap) dan diminta kembali sesuai jadwal pemberkasan ulang.

Sedikit membahas tentang keberadaan grup telegram. Pentingkah masuk grup ini? Sepengalaman saya, tidak terlalu membantu. Sedikit membantu untuk sharing informasi seputar transportasi menuju lokasi, informasi biaya pembuatan surat keterangan di beberapa rumah sakit atau info-info printilan lain.

Tapi kalau informasi krusial, saran saya, tetaplah mengacu pada pengumuman resmi dari BKD atau Pansel.
Jangan terbawa dengan informasi semisal tentang map di atas. Apalagi kalau anggota grup hanya diisi kurang dari setengah jumlah peserta pemberkasan seharusnya. Logikanya sisanya pasti akan mengacu pada pengumuman resmi yang mereka terima dan Pansel pun akan mengacu pada pengumuman yang sama karena memiliki landasan yang kuat dibandingkan hanya sekadar ‘kata grup telegram’.

Di akhir proses pemberkasan verifikatornya bilang “Tetap rajin cek web BKD ya. Jangan dulu resign, karena paling cepat dua atau tiga bulan lagi informasi lanjutannya” Soo, dibuat nunggu lagi dan lebih lammmaaa 😬. Mudah-mudahan tak ada pengumuman aneh-aneh yang membatalkan kelulusan lagi di tengah jalan macam ini.

Cukup sekian sharing pengalaman saya selama menjalani seleksi CPNS. Perubahan bisa saja terjadi apalagi kalau yang dilamar berbeda instansi.

Selanjutnya insyaallah kalau lagi rajin saya akan berbagi pengalaman tentang hal-hal yang bisa jadi mempersulit proses seleksi.(👉 Penghambat Seleksi CPNS)

Share
Tweet
Pin
Share
62 comments
Ada empat orang yang nilainya melampaui passing grade SKD, tapi yang lolos ke SKB maksimal 3 X formasi. Karena formasi Guru Kimia di SMA yang saya lamar hanya satu, jadi total ada tiga orang yang akan mengikuti SKB termasuk saya. Yeayyy, senang karena mikirnya (saat itu) kalau ga lulus pun, setidaknya punya pengalaman pernah menjalani tes SKB.
Dari hasil SKD kita bisa tahu nilai peserta lain
Part sebelumnya (klik 👉 Part 2 tentang SKD) saya pernah cerita kalau ada perubahan aturan karena melihat hasil SKD yang sangat jauh dari jumlah formasi, sehingga dikeluarkan Permen baru dengan aturan Passing Grade yang baru (saya lupa gimana aturan PG yang baru ini). Lihat kan no urut 1 s.d 4 keterangannya P1 artinya lulus Passing Grade berdasarkan Permen lama, sedangkan P2 artinya lulus Passing Grade berdasarkan Permen baru. Jadi kalau tidak ada peserta yang lolos P1 di suatu formasi, maka peserta P2 yang akan lanjut ke SKB. Tapi P1 juga tidak menjamin ikut SKB, peserta nomor 4 lulus P1 tapi karena aturan 3 x formasi, maka dia ga bisa ikut SKB. Kalau hanya satu yang P1? Kalau bahasa saat itu auto-PNS karena ga punya saingan lagi meski dia tetap wajib ikut SKB.

Apa yang harus dipersiapkan untuk SKB ??

Jarak dari pengumuman hasil SKD menuju tes SKB hanya beberapa hari saja. Diumumkan hari Sabtu pagi, tes SKB diadakan hari Senin-Kamis. Jadi lumayan mepet (lagi). Hal kaya gini entah hanya terjadi di Pemprov DKI atau instansi lain. Soalnya teman yang daftar di Kemenag punya jarak waktu seminggu menuju tes SKB. Alhamdulillah-nya saya kebagian tes hari Rabu.
Seingat saya Pansel tidak memberikan kisi-kisi khusus untuk SKB ini. Yang bisa kita lakukan hanya menganalisis berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya. Sedikit berbeda untuk tahun ini dimana SKB CPNS Pemda hanya boleh dilakukan dengan sistem CAT, sedangkan untuk kementerian atau lembaga diperbolehkan mengadakan tes lain seperti tes praktik kerja atau wawancara selain tetap juga menggunakan sistem CAT. Karena saya ikut Pemda (Provinsi DKI Jakarta), berarti saya hanya perlu mempersiapkan untuk tes CAT (lagi).
Berdasarkan hasil surfing dunia maya, untuk formasi guru, tes yang diberikan katanya seperti tes Ujian PPG, ada juga yang bilang mirip UKG. Yaa yang bisa saya lakukan hanya cari-cari bahan dari ujian-ujian tersebut. Salah satunya baca dari blog 👉 (sila klik linknya). Lantas berguna ga sih bahan belajarnya?

Soal SKB ??

Masih dengan dresscode yang sama, (karena sampai tahapan pemberkasan pun dresscode-nya masih sama ya) tes kali ini saya dapat sesi 3 dengan waktu tes 12.30-14.00. Beda sama SKD yang dapat sesi pagi, tes yang ini berasa lebih berat karena konsentrasi sudah mulai turun di siang hari. Ditambah lagi beban mental karena ternyata punya saingan.

Kalau berdasarkan UU, kompetensi guru itu terbagi menjadi kompetensi pedagodik, kepribadian, sosial, dan profesional. Tapi untuk tes SKB guru kimia ini sepertinya hanya dibagi dua kategori saja. 50 soal tentang kompetensi pedagodik, kepribadian, dan sosial. Sisanya tentang materi kimia.
Di bagian awal tentang tiga kompetensi itu (saya ga begitu inget jelas) kayanya dominan di kompetensi pedagogik dan kebanyakan soal tentang PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
Sementara buat materi kimianya tinggal pelajari saja soal-soal UN dan soal SBMPTN. Angkanya juga cantik alias masih kelipatan-kelipatan yang bikin enak ngitungnya. 
Kocaknya beberapa hari sebelum tes saya bikin soal Penilaian Harian (ulangan) buat siswa yang saya ajar yang saya ambil dari soal UN. Ehh ternyata keluar dan soalnya sama persis. Lumayan. Mana soal hitungan walau rumusnya gampang tapi banyak angkanya. Jadi ga perlu ngitung karena saya masih ingat jawabannya.
Bagian yang bikin mules di materi kimia adalah tentang biokimia. Pengen nangis saya baca soal tentang enzim dan asam amino yang sama sekali saya ga tahu.
Karena sifatnya yang hafalan itu yang akhirnya bikin ga bisa ngapa-ngapain kalau emang ga tahu. Jadi yowes asal klik wae. Sekali lagi, jangan meninggalkan soal kosong ya karena ga ada sistem minus.
Poin untuk soal yang benar masing-masing lima dengan jumlah soal 100.
Dan saat selesai skor saya hanya 295. Pasrah saja walau di luar suami tetap menyambut dengan senyuman 😬.


Kapan pengumuman hasil akhir keluar ??

Ini yang biking galau. Hasil dari dua tes (SKD dan SKB) diintegrasikan langsung oleh BKN. Jadi kebayang dengan ratusan instansi dan ratusan ribu orang yang ikut tes diolah oleh mereka semua. Kita harus nunggu antrian kapan instansi kita selesai menjalani proses di BKN ini.
Rajin pantengin media sosial terutama twitternya BKN aja, karena di samping BKD DKI ga punya medsos, medsos DKI ga pernah sama sekali singgung proses seleksi CPNS.
Sementara instansi lain sudah melakukan pemberkasan, DKI Jakarta masih betah di BKN. Yaa, tinggal tawakal saja jangan terlalu berambisi takut kecewa, itung-itung ikut undian dan dapat pengalaman jalan-jalan. Dulu gitu aja mikirnya.

Dan sekadar saran (ala-ala people jaman now), segala surat yang kita prediksi akan diperlukan saat pemberkasan semacam Surat Keterangan Sehat Jasmani dan Rohani, Surat Keterangan Bebas Narkoba (SKBN), dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) sila urus setelah mendapat pengumuman final. Tapi kalau mau nyicil legalisir ijazah mulai dari SD sampai dengan pendidikan terakhir boleh.
Karena berdasarkan pengalaman, ada dua alasan kenapa lebih baik dipersiapkan nanti saja.
  • Waktu itu saya mendatangi RSUD Ciawi karena suami menyarankan untuk membuat Surat Keterangan Sehat Jasmani, Rohani, dan SKBN. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, khawatir jarak pengumuman ke pemberkasan mepet. Tapi dengan sangat baik hati perawat di sana menjelaskan rincian harga pembuatan surat-surat tersebut yang mencapai satu juta sekian (yang bagi saya besar dan sayang kalau ternyata ga lolos) dan menyarankan membuat nanti saja kalau sudah ada pengumuman final. Kita juga sempat rada keukeuh khawatir waktunya mepet, tapi perawat ini meyakinkan kalau biasanya Pansel akan memberi waktu yang cukup. Oke akhirnya kita pulang dan akhirnya saya juga ga bikin disini dan menemukan RS yang lebih murah.
  • Berhubung akhir Desember itu saya liburan ke rumah orang tua, saya juga sekalian buat SKCK (karena KTP saya masih Cimahi dan setahu saya pembuatan SKCK masih harus sesuai alamat KTP walau sempet baca juga ada beberapa Polres yang sudah memiliki sistem integrasi, jadi kita bisa buat SKCK di Polres terdekat sesuai domisili). Waktu itu SKCK saya keluar per tanggal 26 Desember 2018. Dan who knows ternyata setelah pengumuman final keluar di bulan Januari 2019, SKCK yang diperlukan harus dikeluarkan di bulan Januari 2019. Jadi sia-sia 😅.
Apa waktunya cukup? Memang cukup mepet 😅, tapi kalau berusaha pasti cukup. Dan kalau saya boleh meringankan hati agar tidak terlalu tegang dengan pemberkasan ini adalah … slow aja karena biasanya (pengalaman pemberkasan kemarin) BKD memberikan waktu lagi untuk melengkapi berkas yang masih salah atau belum lengkap dengan tenggat waktunya sekitar seminggu setelah pemberkasan.

Insyaallah nanti saya juga akan share pengalaman pemberkasan yang ternyata ga seseram yang diduga. (👉 Part 4 (end) tentang pemberkasan)

Share
Tweet
Pin
Share
39 comments

Setelah kemarin nulis tentang bagaimana mencari formasi yang sesuai dengan latar pendidikan sampai dengan tahapan seleksi administrasi (klik part 1), saya bakal melanjutkan cerita pengalaman saya melalui tahap berikutnya.

Daftar tanggal 14 Oktober 2018, pengumuman kelulusan adminitrasi 22 Oktober 2018, pengumuman jadwal SKD 26 Oktober 2018, dan dapat jadwal SKD di tanggal 1 November 2018. Jadi jaraknya memang lumayan deket ya. Makanya abis upload/kirim berkas sebagai tahap seleksi administrasi, sambil menunggu pengumuman kita bisa persiapkan tahap berikutnya, yaitu SKD (Seleksi Kompetensi Dasar).

Seleksi ini bentuknya udah CAT (Computer Assisted Test) ya, jadi kita lihat soal dan menjawab soal berbasis komputer yang sudah disediakan pansel (Panitia Seleksi) dan serunya bisa langsung tahu skor kita berapa setelah kita mengakhiri sesi pengerjaan soal.
Bahkan selama mengerjakan pun, di bagian kanan layar ada kotak dengan nomor soal yang menunjukkan soal mana saja yang sudah kita kerjakan. Warna merah untuk yang belum kita kerjakan dan hijau yang sudah kita kerjakan.
Persiapan yang saya lakukan menghadapi SKD … sekadarnya saja. Saya ga beli buku persiapan tes apa pun, cuma mengandalkan hasil download dari internet dan link yang dibagi dari akun unofficial, salah satunya akun IG @rekrutmencpnsindonesia (sila klik linknya aja ya) yang sering bahas soal dan ngasih link materi atau contoh-contoh soal. Kalau mau beli buku juga alangkah lebih bagusnya.
Sambil menunggu pengumuman hasil SKD, alokasikan waktu 30-60 menit buat ngerjain soal atau baca materi setiap harinya. Atau kalau lagi males banget baca, targetin aja minimal ngerjain 10 soal (entah TIU, TWK, atau TKP). Dan jangan cuma fokus di salah satu bagian aja. Tapi berdasarkan pengalaman saya malah jarang nyentuh TKP karena contoh soalnya juga terbatas.
Soal-soal yang kita kerjakan selama latihan itu ada yang keluar ga? Sama sekali enggak, khususnya yang TWK. Hee. Terus nyesel ga belajar? Sama sekali enggak.
Mungkin ga ada soal yang keluar sama sekali, tapi latihan soal tadi berfungsi untuk melatih otak kita buat ga kaget sama tipe-tipe soal khususnya di bagian TIU.
Dan yang paling penting dari segala persiapan itu adalah doa serta menjaga sikap aja supaya doa kita tidak tertolak. 😬 lebay.

Apa saja yang perlu diperhatikan saat Tes SKD ??

Dresscode yang dipakai kemeja putih dan rok/celana hitam (plus jilbab hitam buat yang pake). Sebelum masuk ruangan ada detektor logam yang harus kita lalui, jadi mending perhiasan dari kalung sampai anting mending dilepas sebelum berangkat dan disimpan di rumah ya biar ga repot lepas di lokasi. Benda yang diperbolehkan masuk ruangan hanya kartu ujian. Tissue, uang atau benda lain ga diperbolehkan dibawa. Nanti di pintu masuk kita dikasih kertas buram dan pensil yang harus kita kembalikan di pintu keluar.

Jumlah soalnya ada 100 (waktu 90 menit) yang terbagi jadi tiga kategori soal dan masing-masing kategori itu punya skor minimalnya. Poin untuk jawaban benar itu lima dan kalau salah santai aja poinnya nol a.k.a ga ada pengurangan poin kaya tes masuk PTN.
Passing Grade CPNS 2018
https://www.instagram.com/p/BpEjdfOHe5d/
Dari skor minimal yang harus diperoleh kita bisa tahu kan jumlah soal minimal yang harus kita kerjakan dengan benar. Kemarin saya ambil formasi umum ya, jadi bisa liat sendiri batas minimalnya. Kalau ga melewati atau minimal sama dengan batas minimal gimana? Ya berarti kita ga bisa lanjut ke tahapan SKB. Kalau lewat dari itu? Belum tentu juga bisa lanjut.

Syarat lulus SKD dan bisa lanjut ke tahap SKB adalah :
  1. Melewati atau minimal sama dengan passing grade SKD
  2. Masuk peringkat yang dihitung berdasarkan 3 kali jumlah formasi. Misal kalau formasi yang dilamar untuk 2 orang, maka yang berhak buat ikut SKB adalah (2 x 3 = 6) enam orang dengan nilai SKD terbesar.
Untuk tahun lalu, peraturannya memang berubah di tengah jalan. Tiba-tiba yang ga melampaui ambang batas minimal diperbolehkan ikut SKB jika di formasi tersebut emang ga ada yang lulus SKD. Kok bisa gitu?

Jadi pengalaman tahun kemarin, banyak yang dapat nilai kecil di TKP. Sesulit itu kah?

Oke saya jabarkan satu per satu pengalaman saya ngerjain soal SKD

TWK (Tes Wawasan Kebangsaan) yang letaknya di awal alias no 1 sampai dengan sekian (saya lupa jumlah soalnya secara pasti hee). 
Isinya kebanyakan tentang bela negara dan sikap kita sebagai warga negara Indonesia yang memiliki latar keberagaman, mungkin kaya aplikasi Bhineka Tunggal Ika ya.
Sebagian lagi tentang sejarah dan Undang-Undang. Dibandingkan dengan soal TWK tahun sebelumnya, soal TWK tahun ini lebih mudah menurut saya. Karena kebanyakan tentang aplikasi gitu dibanding tahun lalu yang kebanyakan tentang hafalan banget kaya sejarah dan Undang-Undang. Sementara tahun ini yang sifatnya hafalan cuma dikit.

TIU (Tes Intelgensi Umum) yang letaknya di tengah. Isinya mirip kaya tes psikotes. Ada soal tentang kemampuan verbal kaya sinonim-antonim dan pokok pikiran utama dari sebuah wacana. Ga terlalu sulit tapi kadang lama bacanya. Heuu. Jadi biasanya kalau nemu soal dengan wacana, saya langsung baca dulu soalnya buat tahu apa yang dia mau. Karena ga semua yang mengandung wacana menanyakan tentang pokok pikiran utama. Ada juga yang nanya sinonim atau maksud dari sebuah kata yang ada di wacana tersebut.
Ada juga soal tentang kemampuan numerik mulai dari hitungan dasar matematika, aritmatika sosial kaya diskon, laba-rugi, dan yang paling saya rasa susah adalah logika matematika dimana kita harus mencari simpulan dari dua pernyataan yang dipelajari jaman SMA. Lupa lagi saya.

TKP (Tes Karakteristik Pribadi) yang ada di bagian akhir dan nilainya bukan benar atau salah. Jadi tiap jawaban itu punya poin mulai dari 1-5. Tapi entah karena nilai ambang batasnya yang tinggi, jadi banyak yang jatuh di sini. Banyak yang nilai TWK dan TIU tinggi banget, tapi cuma kurang beberapa poin di TKP. Maka dari itu peraturannya jadi berubah tiba-tiba di tengah jalan.

Tipe soalnya studi kasus dan kita diminta memilih sikap entah sebagai rekan, bawahan, atau atasan di suatu kondisi. Yang saya rasakan ketika ngerjain soal ini adalah ga terlalu cape bacanya sih. Tapi emang cukup bingung karena semua jawaban emang ga ada yang salah.

Kalau saya lebih milih jawaban yang sifatnya action dan menunjukkan dedikasi kita sama instansi.

Secara keseluruhan kalau melihat perbandingan waktu dan jumlah soal yang kalau dibagi rerata masing-masing soal ga sampe satu menit itu … bikin tremor duluan sebelum ngerjain. Apalagi kalau udah nemu soal yang mengandung wacana atau soal hitungan. Intinya jangan terlalu fokus di salah satu bagian atau stuck di satu soal tertentu. Kalau nemu soal yang kira-kira bingungin langsung lewat aja.

Setelah 30 menit berlangsung, lihat sudah berapa soal yang kita kerjakan, kalau masih kurang dari 50 coba langsung ke bagian TKP aja dulu dan kerjakan secara ngebut saja. 
Kemampuan membaca cepat bener-bener dibutuhkan disini. Kalau udah selesai di TKP balik lagi ke sisa soal yang tadi. Barulah sisa waktu kita pake buat nambal soal-soal yang belum dikerjakan. Daan yang saya alami adalah waktunya pas banget. Setelah semua box berwarna hijau sisa waktu saya cuma sisa 6 atau 8 menitan (lupa) dan saya pake buat recheck soal secara random terutama di bagian TIU. Lumayan ada 1 atau 2 soal yang saya temukan masih salah dan sempet saya perbaiki.

Dan hasilnya … bisa kita lihat langsung di layar dan silakan catat di kartu ujian kita. Jangan di kertas buram ya karena biasanya kertas buramnya juga ikut dikumpul.

Skor SKD
TWK: 120
TIU  : 125
TKP : 149
Total : 394

Skor yang saya dapat di SKD ini sangat sangat bermanfaat untuk modal saya dan dengan hasil akhir yang penuh dilema. 😭. Kenapa dilema? Karena berhubungan sama hasil SKB saya nanti.

Lumayan panjang juga ini cerita. Next lanjut tentang SKB dan pemberkasan ya. Kaya biasa setelah SKD tinggal tawakal dan persiapan buat SKB. (klik 👉 Part 3 tentang SKB) 


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

Widya P Suharman

Melankolis-Plegmatis
Ibu dari satu anak kandung dan Ibu dari puluhan siswa

Popular Posts

  • Membuat Surat Keterangan (Suket) Sehat Jasmani dan Rohani Serta SKBN di RSUD Cibabat
    Saat melamar pekerjaan atau mendaftar sekolah (biasanya kedinasan), ada instansi yang mensyaratkan surat keterangan (suket) sehat jasmani ...
  • Penghambat Seleksi CPNS
    Sekali lagi ya, jadi PNS itu bukan cita-cita semua orang. Bukan juga cara cepat biar kaya karena penghasilannya biasa saja. Masih banyak pe...
  • Dua Manusia Yang Salah Sangka
    “Nikah deh, nanti bakal tahu rasanya gimana.” Seolah tidak     merasakan bagaimana sumpeknya jadi jomblo yang tiap lebaran ditanya...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 3 - SKB) #2019goestoASN
    Ada empat orang yang nilainya melampaui  passing grade  SKD, tapi yang lolos ke SKB maksimal 3 X formasi. Karena formasi Guru Kimia di SMA ...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 4 - Pemberkasan) #2019goestoASN
    Sebulan lebih menunggu pengumuman hasil integrasi SKD-SKB yang menjadi penentu kelulusan seleksi CPNS (tentang proses SKB 👉 bisa buka ini...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 2 - SKD) #2019goestoASN
    Setelah kemarin nulis tentang bagaimana mencari formasi yang sesuai dengan latar pendidikan sampai dengan tahapan seleksi administrasi (kl...
  • Seangker Itukah Anker ??
    Sebetulnya bukan pertama kali saya pake moda transportasi commuter line alias KRL yang menjadi sangat berjasa bagi kaum komutasi. Gara-ga...
  • Malu Bertanya, Motor Tertahan, Uang Melayang, Pengalaman
    Kejadian ini hanya dilakukan oleh profesional. Jangan ditiru jika ada anda belum cukup sabar. *padahal kayanya banyak yang ngalamin lebih ...
  • Sepuluh Hari Pertama Jadi Istri
    Pekan lalu, tepatnya Minggu 1 Juli 2018 saya melepas lajang 💑. Ada sedikit penyesalan ... kenapa ga dari dulu 😅. Tapi, tetap aja masih ad...
  • Jangan Asal Speak Up
    Peran manusia sebagai makhluk sosial menuntut kita untuk bisa berkomunikasi secara sosial, entah lewat tulisan atau yang lebih seringkali k...

Blog Archive

  • ▼  2022 (1)
    • ▼  September 2022 (1)
      • Menyusun LK 3.1 Best Practice (PPG Dalam Jabatan 2...
  • ►  2019 (10)
    • ►  May 2019 (1)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (6)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (16)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  July 2018 (2)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  March 2018 (5)
    • ►  February 2018 (4)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (4)
    • ►  September 2017 (1)
    • ►  August 2017 (2)
    • ►  July 2017 (1)
  • ►  2016 (9)
    • ►  September 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (1)
    • ►  April 2016 (4)
  • ►  2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
    • ►  March 2015 (1)
  • ►  2014 (8)
    • ►  August 2014 (2)
    • ►  July 2014 (1)
    • ►  June 2014 (2)
    • ►  April 2014 (1)
    • ►  January 2014 (2)
  • ►  2013 (26)
    • ►  December 2013 (4)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (1)
    • ►  August 2013 (3)
    • ►  June 2013 (2)
    • ►  April 2013 (1)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (3)
  • ►  2012 (22)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (1)
    • ►  October 2012 (1)
    • ►  September 2012 (2)
    • ►  August 2012 (3)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  June 2012 (9)
  • ►  2010 (2)
    • ►  April 2010 (2)

Categories

  • cerita guru (1)
  • cerita PPL (1)
  • corat-coret (37)
  • kuliah (2)
  • meluangkan waktu (3)
  • nyastra (2)
  • opini (36)
  • perjalanan (6)
  • The Journey of Emak-emak (9)

Created with by ThemeXpose . Distributed by Weblyb