(Lagi-lagi) Jodoh

by - June 17, 2014

Hari Minggu kemarin, 15 Juni 2014 telah jadi hari yang bersejarah bagi salah satu rekan KKN saya. Itu lhooo, Bu Nisa yang dipanggil Icha. Dia nikaaah. *prok prok prok

Berasa terkejut juga ketika tahu emang dia beneran mau nikah. Meski sebelumnya memang dia sempat mengunggah foto-foto prewed ke jejaring sosial. Dan lucunyaa, suami yang sekarang menikahinya bukanlah pacar yang selalu ditenteng jaman KKN. Hihi. Jadi ceritanya dulu itu jaman KKN, Icha pernah punya pacar dan selalu nemenin kegiatan KKN kita. Mulai dari supir-nya Icha sampai fotografer dadakan buat kegiatan kita. Fakta ini kita peroleh justru setelah ngobrol di grup WA. Bahkan ada salah satu teman yang masih menyangka kalau Icha nikah sama ‘Si Aa’ jaman KKN tepat sebelum kita berangkat ke acara resepsinya. Hahaha. Kalau saja kita membiarkan ketidaktahuannya sampai dia salaman di pelaminan, bisa-bisa muncul pertanyaan “lho, ko yang ini suaminya?”.

Bukan maksud mengungkit masa lalu Icha. Tapi dari sini lah kita (temen KKN-nya terutama kaum perempuan) belajar bahwa jodoh itu memang misteri. Berangkat dari Bandung sekitar jam 8 dan melakukan perjalanan ke Karawang, cukup buat kita berlima buat bergosip dan ngobrol mulai dari nostalgia KKN sampai pernikahan. Apalagi tema jodoh kayanya selalu jadi hal menarik buat diobrolin, meski ga jadi jaminan juga orang yang sering ngobrol tentang jodoh, bakal cepet nikah. Maksudnya, beberapa orang (termasuk saya) belum atau bahkan tidak berniat menikah di usia muda. Nanti saja lah, kalau sudah puas main sendirian. Tapi kalau liat orang sudah menemukan pasangan hidupnya, suka jadi ikut senang dan penasaran seperti apa ya jodoh kita.

Kalau kata Bunda Intan (temen KKN juga yang ikut ke resepsi Icha), jodoh itu jorok. Bisa ketemu dimana saja. Oh ya, Bun? Jadi bisa ketemu di tempat sampah juga ya? Ya bisa aja kan kalau ternyata pertemuan awal itu pake adegan buang sampah barengan.

Jodoh itu misteri? Iya. Ada seperti tetangga saya, yang sudah pacaran sejak SMP dan sekarang sudah punya dua orang anak dan yang sulung sudah seumur dengan saya. Tapi lamanya pacaran juga ga jamin kalau jodoh. Ada juga kaya Icha yang baru dekat beberapa bulan kemudian memutuskan menikah. Tapi ada juga yang ga pake proses pacaran, cukup pake taaruf seperti Okky Setiana Dewi yang akhirnya nikah juga.

Dulu saya berandai-andai, saya pengennya nikah sama orang yang sudah saya kenal sejak dulu. Misalnya teman sekolah yang akhirnya bertemu lagi setelah lama tak jumpa. Tapi kalau dipikir-pikir, terlalu biasa. Mending pake adegan ketuker tas dalam bis seperti dalam FTV. Atau ....berbagai skenario lain yang bisa jadi khayalan manusia. Kalau ga ingat jodoh itu seperti rejeki dan kematian yang sudah ditentukan Allah, mungkin manusia akan terus-terusan ‘mengejar’ cintanya pada seseorang yang dianggap sebagai jodohnya.

Dan sekarang saya juga penasaran. Apa jodoh itu bisa berubah?

Saya punya seorang teman dekat. Secara pikiran rasanya kami sangat jauh berbeda. Tak jarang pembicaraan sepele pun akan jadi bahan perdebatan yang panjang. Sampai saling diam dan tidak menyapa pun pernah. Tapi anehnya selalu ada momen yang akan kembali membuat kita jadi ‘baik’.


Mungkin jodoh juga seperti itu. Kita ga pernah tau kalau pramugari dan pilot-nya bisa saja berjodoh.  Dan bahkan kalau saja Jerry itu perempuan, mungkin saja dia akan berjodoh dengan Tom.

You May Also Like

0 comments