Powered by Blogger.

Pages

  • Home
facebook twitter instagram

Widya's Babble

Self Reminder. Bukan berarti sudah baik.

Beberapa hari lalu, salah satu teman bercerita pengalaman scaling pertamanya. Memang menyadari sejak beberapa bulan lalu, karang gigi saya juga menumpuk, keinginan untuk mengikuti jejak timbul juga. Teman saya itu datang ke RSKGM UNPAD, karena ada temannya yang sedang koas disana. Saya juga diberi nomor kontaknya dan menyarankan untuk scaling disana juga. Tapi karena jarak kesana cukup jauh dari rumah, maka saya putuskan untuk scaling di faskes sesuai BPJS saya saja, di Puskesmas Melong Tengah. Biar gratis juga. Hehe.

Datang jam 7 pagi dengan adik yang juga mau tambal gigi. Baru ke Puskesmas lagi setelah terkahir sekitar setahun lalu. Dan sudah banyak berubah, lebih bagus. Nomor antrian sudah menggunakan print out macam di RS. Bukan zamannya lagi pakai kertas yang ditusuk di paku kali ya. Dapat nomor antrian pendaftaran C5. Dan antrian ini juga kita gunakan untuk antri dokter. Oh ya ketika mengambil nomor antrian, maka sesuaikan dengan poli yang akan kita tuju. Ada poli umum, poli lansia, poli gigi, poli KIA, poli TB Paru, satu lagi saya lupa. Hehe. Jadi awalan C di no antrian itu menunjukkan poli gigi yang akan saya datangi.

Nomor antrian

Menunggu lumayan lama. Karena pasien di poli gigi rata-rata menghabiskan minimal 10-30 menit. Ya pasti telat ngantor sih,  makanya antisipasi izin telat duluan. Hehe.

Sekitar jam 9. Setelah menunggu dag-dig-dug ditambah penjelasan hasil googling yang mengatakan bahwa prosesnya menggunakan anestesi, antrian saya pun dipanggil. FYI, saya ini sebetulnya takut untuk datang ke dokter. Khawatir segala penyakit akan terungkap dan menambah beban fikiran. Hheee.

Jadi sejak antri, kalau ini berhasil tanpa trauma, sebuah prestasi bagi saya. Begitu masuk ruangan, dokternya ramah. Pertanyaan pertama malah "Tetehnya lagi hamil?" Heee. Mungkin karena gamis saya yang gedombrangan. Setelah dijawab tidak, masih bertanya "Tapi udah nikah?" Heee. Setelah menjawab belum untungnya tidak ada pertanyaan lagi. Malah sepatah dua patah kata penghibur. Padahal biasa aja dok. Lagipula memang belum siap. Dan setelah selesai baru saya tahu dari teman kalau ibu hamil memang tidak disarankan scaling, karena khawatir menambah kebutuhan kalsium bagi gigi, sedangkan bayinya juga sedang membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan tulangnya. Jadi ya semacam rebutan kalsium antara ibu dan bayi nantinya.

Basa-basi selesai proses scaling pun dimulai. Saya minta gigi bagian bawah dulu, bagia atasnya dokternya bilang kamis depan. Tapi kayanya saya ga bakalan datang lagi. Bukan karena sakit sih. Tapi malas saja. Hahaaa. Rasanya hanya ngilu-ngilu sedikit. Memang ada darah yang keluar, tapi biasanya dokternya minta kita kumur-kumur di tengah prosesnya kalau darah memang sudah banyak keluar. Overall, ga kapok karena ga kerasa apa-apa. Yang saya ga tahan justru mualnya selama prosea scaling itu. Entah kenapa ya. Mungkin karena mulut kita dimasuki benda asing dan itu bikin mulut jadi asing seharian. Belum berani makan dan minum yang terlalu panas atau terlalu dingin juga selama dua hari. Sikat gigi pun masih terasa ngilu saat berkumur padahal airnya suhu ruangan. 

Intinya, boleh dicoba apalagi kalau merasa karang gigi sudah mulai menumpuk dan sulit dibersihkan hanya dengan sikat gigi. Demi kesehatan gigi juga kan.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ampuuun ini blog udah lumutan, banyak sarang laba-laba sampai ada demit yang nebeng hidup juga. Heu.

Liat daftar postingan tiap tahun yang semakin menurun, bikin hati tambah hancur. Hiks. Cita-cita aja pengen rajin 'curhat' di blog, nyatanya nol besaaaar. Hahaha. Kalau boleh nyusun pledoi sih, hal ini dikarenakan banyaknya media sosial macam twitter, IG, sampai BBM atau line (lewat statusnya) yang bisa dijadikan tempat curhat atau sekedar nulis singkat. Hohoho. Dan inilah enaknya. Karena kalau di twitter atau BBM terdapat batasan penggunaan karakter, maka mau tidak mau kemampuan memilih diksi diasah juga. Hehehe. Dan semakin terbiasalah buat nulis hal remeh-temeh dengan kalimat yang lebih singkat. Kalau di IG bisa aja nulis panjang, tapi kembali ke tujuan awal kalau IG diciptakan buat posting foto dan tentunya orang yang buka IG berniat cari gambar kan, bukan baca tulisan?

Soooo, tetap saja kepuasan saat menulis di blog itu tidak tergantikan. Apalagi kalau tahu ternyata mantan juga masih suka stalking blog diam-diam. Hihi. (kalau lho ini. Pertegas lagi. Cuma kalau)
Pertama yang mau saya bilang adalah yeaaayyy, finally I resigned from my previous job. Hahaha. Kok girang? Girang bukan karena kehilangan pekerjaan, tapi karena hilangnya seluruh rasa gamang. Waktu saya cerita ke temen sesama orang Cijerah sih, dia malah ketawa. Katanya orang Cijerah ga bakat rantau. Halahhh, itu anak malah redupin semangat. Padahal kalau ditawarin Malang atau Wonosobo kayanya masih tertarik juga. Hehehe. Entah deh tahan berapa bulan.

Okee lah mumpung sekarang lagi ingat dan kuota sedang bersahabat, mari posting banyak. Hahaha. *kebiasaan jelek sih ya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Haii..

Baru lulus dan sedang galau memikirkan pekerjaan? Terus terpikir untuk pergi dari tempat tinggal alias merantau? Hmm, yakin? Ga mau pikir-pikir dulu?

Let’s see bagaimana saya menuturkan pengalaman jadi anak rantau yang lagi ada dalam masa transisi dan adaptasi antara mutusin buat melanjutkan berjuang di tanah orang atau menyerah pada keadaan.

Jadi gini, beberapa bulan lalu saya baru saja lulus dan merasa galau karena sudah tiga minggu resmi tanpa pekerjaan. Sebetulnya bukan tanpa pekerjaan juga, karena ada teman juga yang nawarin pekerjaan sampingan buat jadi pembimbing olimpiade di salah satu sekolah. Lumayan. Meskipun cuma tiga minggu, tapi cukup untuk menyambung status yang kemarin masih jadi mahasiswa. Jadi kalau ditanya sekarang lagi sibuk apa, at least ga jawab diem di rumah aja. Hehehe. Dan setelah pekerjaan itu hampir selesai, alhamdulillah dapat tawaran lagi dari teman KKN untuk ngajar di kota yang jadi kota impian untuk ditinggali setelah Malang dan Wonosobo. Yippii, seneng dong. Mau belajar rantau.

Ehh tapi bulan-bulan awal gitu deh. Masih sering homesick. Raga dimana tapi pikiran dimana. Hahaha.

Dan setelah bulan ketiga sudah cukup enjoy. Hhmm, menyenangkan juga.

Tapi, sekarang ... galau lagi. Hahaha.

Mudah-mudahan ungkapan ini bukan salah satu indikasi kufur nikmat. Ya Allah, hamba bersyukur sekali mendapat pekerjaan yang sesuai dengan kapasitas. Seperti yang telah Engkau janjikan, bahwa setiap manusia akan diberi ujian sesuai dengan kemampuan. Dan hamba mengimani bahwa Engkau tidak pernah ingkar.

Dan tanpa mengurangi rasa terima kasih pada penunjuk jalan, teman masa KKN, yang sudah berbaik hati menunjukkan pekerjaan dan melepaskan saya dari belenggu kegalauan pengangguran, saya curhat dikit di sini boleh ya.

Banyak hal yang tak pernah terpikirkan bahwa jadi anak rantau itu ga semudah nonton film Modus Anomali yang kamu tinggal duduk manis dan nikmatin tegang-tegangnya aktor doang.

Pernah ngerasain ga sih ketika kamu pulang ke kota asal, terus baru sampai di pintu tol perasaan aneh menyergap. Semacam perasaan tak disambut ramah. Rasanya setiap bangunan yang saya lihat sepanjang jalan dari terminal menuju rumah melirik sinis sambil berkata “Ihh nih orang ngapain sih pulang? Udah pergi ninggalin kita juga.” Rasanya kaya pengen minta maaf, tapi sama siapa. Agak lebay kedengerannya sih. Bodo amat.

Dan juga rengekan orang-orang sekitar yang meminta kembali. Terlepas dari apakah mereka tulus berucap seperti itu atau tidak, tapi tetap ada perasaan kangen ketika baca komen mereka entah di path, IG, atau jejaring sosial apapun itu lah “Teteh kapan ke Bdg lagi?” “Bu, ajarin kita lagi atuh” “Bu, main atuh ke sekolah. Meuni ga pernah ke sini lagi” atau ungkapan “Yeayy, balik Bdg Bu? Ngajar lagi atuh” sewaktu saya posting foto ketika saya sedang berada di Bandung.

Belum lagi dengan sahabat, kawan, atau juga mantan (ups) yang meminjam berjuta bentuk yang rasanya sayang untuk ditinggal jauh sehingga harus menunggu momen semacam bukber atau reuni demi berjumpa. Itu juga kalau jadwalnya sesuai dengan kepulangan.

Atau lagi melewatkan momen pernikahan sahabat dekat yang bikin nyeselnya ga tau harus gimana. Ini benar-benar saya alami kemarin ketika sahabat jaman SMP nikah dan saya ga hadir lantaran ga bisa pulang. Maafin ya Tiara.

Dan terakhir dan yang paling berharga yaa keluarga. Melewatkan berbagai momen Ibu dan Bapak menuju tua. Tidak ikut membimbing secara langsung adik yang seharusnya bisa lebih baik dari Kakaknya. Ada perasaan ga lengkap juga jadi anggota keluarga.


Heyy, kalian anak rantau, pada ngerasain ini ga sih? Atau cuma saya aja yang lagi mellow?
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Rumah Uwa (sebutan untuk kakak orang tau) memang sudah terkenal susah signal untuk beberapa provider. Padahal rumahnya tidak di pingir-pinggir amat. Cuma entah ada hantu apanya gitu.  Jadilah kalau kesana jangan harap bisa update sekedar bilang “di rumah uwa” apalagi harus ‘check-in’ yang melibatkan kekuatan signal yang lebih besar.

Setelah urusan di rumah uwa selesai, akhirnya pulang ke rumah dan ..... lho lho lho. Kenapa signalnya masih kosong. Sudah di-restart beberapa kali, tetap. Sudah pindah HP lain, sama saja. Tapi ganti kartu di HP itu, ternyata HP-nya ga bermasalah. Hmm, ini sudah kedua kalinya saya mengalami hal seperti ini. Tiba-tiba tidak ada signal dan bertuliskan “emergency call only”. Argghht. Kalau dulu, bisa dengan mudah ganti nomor saja. Tapi kalau sekarang, mengingat sudah banyak orang yang tahu nomor ini dan membayangkan mereka akan kesulitan jika ingin menghubungi ... (hahaha, pede) rasanya harus diperjuangkan. Akhirnya saya menghubungi call centre dan jawabannya ... kartu saya rusak bisa dibanti dengan nomor yang sama diganti di Galeri In****t. Hah? Ko bisa? Iya saya tidak tahu dan malas mencari tahu. Soalnya mba operator sudah nyerocos panjang lebar menjelaskan sampai mencarikan Galeri In****t terdekat.

Hmm, akhirnya dua hari kemudian saya meluncur ke Galeri In****t yang telah ditunjukkan mba operator. Letaknya di BEC lt. 3. Meskipun sempat nyasar ke lantai dasar. Ahh, untung saja ada bapak security baik hati yang memberi tahu (karena saya nanya juga sih akhirnya) malah menawarkan untuk mengantarkan. Tapi karena takut dikira anak TK, saya menolak dan memilih kesana sendirian. Ehh, baru sampai lantai dua, malah jumpa teman SMA yang sehari sebelumnya kami sudah reuni dadakan. Hahaha. Kebetulan sekali. Malah dia bersama seorang pria yang sepertinya pacarnya. Huu, padahal kemarin waktu ngobrol pas kumpul-kumpul dia bilang ga punya pacar. Hahaha. Dasar.

Akhirnya sampai juga dan tidak sampai harus menunggu antrian panjang, saya mendapat giliran. Dan setelah menjelaskan tujuan saya, mas customer service itu meminta saya untuk mengisi formulir serta meminta surat identitas. Ia pun pamit dulu untuk meng-copy surat identitas saya. Dan ia kembali dengan SIM card baru di tangannya. Ahhh, senangnya. Saya kira harus menunggu beberapa hari untuk kembali mengaktifkan nomor itu. Ternyata prosesnya hanya singkat. Saya sampai bertanya kembali untuk menegaskan “ini bisa langsung dipake hari ini?”. Sambil senyum mas-nya pun ngangguk. Mungkin aneh liat saya (agak) girang sendiri untuk hal sebiasa ini. Hahaha.  

Ketika sedang mengantri, saya iseng nguping. Dan ternyata kasusnya hampir selalu sama. Fisik kartu rusak dan harus diganti. Saya buta sama sekali masalah teknologi, jadi tidak tahu kalau SIM card itu ternyata punya daya tahan dan bisa rusak juga. Hehehe.


Oh ya, saya perlu bilang “terimakasih In****t” ga? Takut dibilang alay nihh. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Saat jalan-jalan atau kumpul bersama teman rumpi, biasanya banyak sekali hal-hal yang bisa dijadikan topik rumpi alias bahan gosip-an. Mulai dari politik, gosip artis, sampai harga cabe. Dan biasanya kalau sudah kehabisan topik, mata pun mulai bermain mencari bahan lain untuk direnungi atau sekedar jadi bahan humor. Dan biasanya pasti lah tak luput dari suatu fenomena janggal yang mungkin bisa jadi pemandangan yang biasa saja pada akhirnya. Apa sih?

Pernah melihat pasangan tidak serasi. Ceweknya cantik banget, tapi cowoknya ancur. Kalau sudah begini, kegiatan rumpi pun jadi asyik karena sibuk mencari alasan kenapa cerita Beauty and The Beast itu akhirnya bisa sampai di dunia fana yang miskin akan ketulusan ini. Komentar positif mulai dari “pasti cowoknya baik, makanya ceweknya mau” sampai “ceweknya ga neko-neko kali ya. yang penting nyari cowok yang sayang sama dia. makanya mau aja sama cowok yang aku aja sih ogah dikasih gratis” mungkin sudah biasa. Kalau khayalan sudah menggila sih bisa sampai “pasti cowoknya tajir. ceweknya matre. semacam memperbaiki keturunan gitu. kan enak. simbiosis mutualisme” atau yang lebih lagi “jangan-jangan cowoknya maen dukun. hiii”

Atau justru fenomena kebalikannya. Yang pastinya bakal mengundang komentar “Ya ampun, mending sama aku kemana-mana kali ya. Itu cowok ga ketemu aku dulu sih, makanya dapet cewek begitu”

Yahh, begitulah, kadang sekilas ganjil. Tidak adil. Kok bisa? Masa? Dan segudang keheranan yang mengundang orang-orang untuk mencari kelebihan dibalik si ‘jelek’. Allah menciptakan manusia berpasan-pasangan bukan? Dan Allah sudah menjanjikan bahwa orang baik itu untuk orang baik juga. Makaaa? Baik seperti apa sih yang dimaksud Allah. Hmmm,,,

Lantas bagaimana dengan kita? Memang orang sekitar sudah pernah ada yang bilang “Ihh kalian serasi banget ya. Cantik sama ganteng. Pinter sama pinter. Kaya sama kaya. Aduhh, anaknya pasti sempurna”. Kalau belum, ya jangan-jangan anda juga termasuk salah satu yang jadi bahan rumpian orang-orang. 
Lalu bagaimana kalau kita ternyata menjadi salah satu dari ‘mereka’ yang ditimpa ke(tidak)adilan jodoh? Hahaha. Mari kita lihat sisi positifnya....

“Kok, dia mau ya sama aku? Padahal aku biasa-biasa aja. Temen yang deketin dia banyak yang cantik, dan kayanya dia bisa aja kok kalo milih salah satu diantara mereka. Duhh” 
Pernah merasa punya perasaan seperti itu. Haha. Berarti kamu sedang menjadi si ‘jelek’ yang jadi bahan gunjingan geng rumpi. Lalu bagaimana mencari sisi positifnya? Selamat! Berarti kamu termasuk orang baik dan disayang Allah. Mengapa? Ambillah sisi positif dengan mempercayai bahwa karena kebaikan kamu, maka Allah memberikan bonus jodoh yang menurut kamu tidak pantas kamu dapatkan. Dan syukuri saja. Mungkin Allah punya rencana lain dibalik takdir baikmu itu. Mungkin Allah sedang menugaskan kamu untuk menjadikan jodohmu itu se’baik’ dirimu.

“Eh, kok kamu mau sama dia? Kamu tuh cantik kali. Kamu bisa dapetin yang lebih dari dia.”
Wahh, orang-orang komentar seperti itu bagaimana? Sial banget sih aku. Dapet jodoh kok bahkan ga pantes banget buat digandeng kondangan. Hahaha. Selamat juga. Karena ternyata kamu mendapat orang baik dan kamu sedang menjadi bonus bagi jodohmu itu. Serta ambillah sisi positif dengan mempercayai bahwa Allah juga punya skenario yang tidak kalah indah dengan si ‘jelek beruntung’ itu. Mungkin Allah sedang ingin memperbaiki dirimu lewat jodoh ‘jelek’mu itu.

Intinya, saya percaya bahwa “orang baik akan berjodoh dengan orang baik itu” maksudnya adalah motivasi supaya kita selalu memperbaiki diri. Dan ketika kita sudah bertemu jodoh, apa usaha untuk memperbaiki jodoh itu berhenti? Harusnya tidak bukan. Makanya saya percaya bahwa Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan untuk saling melengkapi kekurangan dan saling memperbaiki diri.

Kalau menurutmu bagaimana???

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
The woman has right for loving who she likes. Not just because she should loves back.
And sometimes they forget that they have no power to choosing. Because their nature is just for being choosen.

Kami tidak bisa menyalahkan Kartini yang juga tidak bisa melahirkan emansipasi “cinta” untuk kaum wanita. Ia juga jadi korban kekekalan cerita Siti Nurbaya. Atau mungkin ya, ia belajar agama dengan benar.

Karena aku pernah dengar dalam Islam kalau perempuan tidak bisa memilih.
Aku belum terlalu paham pula mengapa Islam menyebut perempuan sebagai makhluk yang istimewa. Apa hanya karena kami akan berwujud sebagai seorang Ibu yang bisa meneruskan garis keturunan kaum pria?
Maafkan aku jodoh, kalau sebelum bertemu denganmu, aku pernah mencintai pria lain dengan sangat.
Aku tidak mau disalahkan. Karena perasaan yang ada juga muncul karena kodrat. Engkau tidak perlu cemburu atau risau. Karena ketika aku melihat anak-anak kita tumbuh, kemudian aku sadar bahwa aku harus ada disini untukmu dan anak-anak kita. Biasanya kaum kami hanya mengubur impian dan cintanya itu dalam-dalam. Dan mungkin itu juga yang akan aku lakukan kelak.

Jodoh, aku selalu bertanya pada kaum kami yang sudah menemukan jodohnya. Begini pertanyaannya “Apa anda memilih atau dipilih?” Sebagian menjadi yang pertama, sebagian menjadi yang kedua. Dan lebih banyak menjawab dengan tidak pasti. Mungkin mereka sedang menyembunyikan rahasia rasa yang mereka kubur itu. Supaya aku yang sedang mencoba menyusuri masa lalunya, tidak menemukan sumur tempat mereka membuang rasa cintanya itu.
Jodoh, aku rasa kaum kami memang tidak punya pilihan.

Kami hanya bisa membuat alasan semacam “aku tidak suka”, “bukan sekarang”, atau “aku masih ingin belajar banyak”.


Sampai akhirnya kami menyadari bahwa usia telah menggerogoti kecantikan kami , takut dengan sebutan ‘perawan tua’, dan  kemudian  mengatakan “ya”.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

About me

Widya P Suharman

Melankolis-Plegmatis
Ibu dari satu anak kandung dan Ibu dari puluhan siswa

Popular Posts

  • Membuat Surat Keterangan (Suket) Sehat Jasmani dan Rohani Serta SKBN di RSUD Cibabat
    Saat melamar pekerjaan atau mendaftar sekolah (biasanya kedinasan), ada instansi yang mensyaratkan surat keterangan (suket) sehat jasmani ...
  • Penghambat Seleksi CPNS
    Sekali lagi ya, jadi PNS itu bukan cita-cita semua orang. Bukan juga cara cepat biar kaya karena penghasilannya biasa saja. Masih banyak pe...
  • Dua Manusia Yang Salah Sangka
    “Nikah deh, nanti bakal tahu rasanya gimana.” Seolah tidak     merasakan bagaimana sumpeknya jadi jomblo yang tiap lebaran ditanya...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 3 - SKB) #2019goestoASN
    Ada empat orang yang nilainya melampaui  passing grade  SKD, tapi yang lolos ke SKB maksimal 3 X formasi. Karena formasi Guru Kimia di SMA ...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 4 - Pemberkasan) #2019goestoASN
    Sebulan lebih menunggu pengumuman hasil integrasi SKD-SKB yang menjadi penentu kelulusan seleksi CPNS (tentang proses SKB 👉 bisa buka ini...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 2 - SKD) #2019goestoASN
    Setelah kemarin nulis tentang bagaimana mencari formasi yang sesuai dengan latar pendidikan sampai dengan tahapan seleksi administrasi (kl...
  • Seangker Itukah Anker ??
    Sebetulnya bukan pertama kali saya pake moda transportasi commuter line alias KRL yang menjadi sangat berjasa bagi kaum komutasi. Gara-ga...
  • Malu Bertanya, Motor Tertahan, Uang Melayang, Pengalaman
    Kejadian ini hanya dilakukan oleh profesional. Jangan ditiru jika ada anda belum cukup sabar. *padahal kayanya banyak yang ngalamin lebih ...
  • Sepuluh Hari Pertama Jadi Istri
    Pekan lalu, tepatnya Minggu 1 Juli 2018 saya melepas lajang 💑. Ada sedikit penyesalan ... kenapa ga dari dulu 😅. Tapi, tetap aja masih ad...
  • Jangan Asal Speak Up
    Peran manusia sebagai makhluk sosial menuntut kita untuk bisa berkomunikasi secara sosial, entah lewat tulisan atau yang lebih seringkali k...

Blog Archive

  • ▼  2022 (1)
    • ▼  September 2022 (1)
      • Menyusun LK 3.1 Best Practice (PPG Dalam Jabatan 2...
  • ►  2019 (10)
    • ►  May 2019 (1)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (6)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (16)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  July 2018 (2)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  March 2018 (5)
    • ►  February 2018 (4)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (4)
    • ►  September 2017 (1)
    • ►  August 2017 (2)
    • ►  July 2017 (1)
  • ►  2016 (9)
    • ►  September 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (1)
    • ►  April 2016 (4)
  • ►  2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
    • ►  March 2015 (1)
  • ►  2014 (8)
    • ►  August 2014 (2)
    • ►  July 2014 (1)
    • ►  June 2014 (2)
    • ►  April 2014 (1)
    • ►  January 2014 (2)
  • ►  2013 (26)
    • ►  December 2013 (4)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (1)
    • ►  August 2013 (3)
    • ►  June 2013 (2)
    • ►  April 2013 (1)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (3)
  • ►  2012 (22)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (1)
    • ►  October 2012 (1)
    • ►  September 2012 (2)
    • ►  August 2012 (3)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  June 2012 (9)
  • ►  2010 (2)
    • ►  April 2010 (2)

Categories

  • cerita guru (1)
  • cerita PPL (1)
  • corat-coret (37)
  • kuliah (2)
  • meluangkan waktu (3)
  • nyastra (2)
  • opini (36)
  • perjalanan (6)
  • The Journey of Emak-emak (9)

Created with by ThemeXpose . Distributed by Weblyb