Powered by Blogger.

Pages

  • Home
facebook twitter instagram

Widya's Babble

Self Reminder. Bukan berarti sudah baik.

Rumah Uwa (sebutan untuk kakak orang tau) memang sudah terkenal susah signal untuk beberapa provider. Padahal rumahnya tidak di pingir-pinggir amat. Cuma entah ada hantu apanya gitu.  Jadilah kalau kesana jangan harap bisa update sekedar bilang “di rumah uwa” apalagi harus ‘check-in’ yang melibatkan kekuatan signal yang lebih besar.

Setelah urusan di rumah uwa selesai, akhirnya pulang ke rumah dan ..... lho lho lho. Kenapa signalnya masih kosong. Sudah di-restart beberapa kali, tetap. Sudah pindah HP lain, sama saja. Tapi ganti kartu di HP itu, ternyata HP-nya ga bermasalah. Hmm, ini sudah kedua kalinya saya mengalami hal seperti ini. Tiba-tiba tidak ada signal dan bertuliskan “emergency call only”. Argghht. Kalau dulu, bisa dengan mudah ganti nomor saja. Tapi kalau sekarang, mengingat sudah banyak orang yang tahu nomor ini dan membayangkan mereka akan kesulitan jika ingin menghubungi ... (hahaha, pede) rasanya harus diperjuangkan. Akhirnya saya menghubungi call centre dan jawabannya ... kartu saya rusak bisa dibanti dengan nomor yang sama diganti di Galeri In****t. Hah? Ko bisa? Iya saya tidak tahu dan malas mencari tahu. Soalnya mba operator sudah nyerocos panjang lebar menjelaskan sampai mencarikan Galeri In****t terdekat.

Hmm, akhirnya dua hari kemudian saya meluncur ke Galeri In****t yang telah ditunjukkan mba operator. Letaknya di BEC lt. 3. Meskipun sempat nyasar ke lantai dasar. Ahh, untung saja ada bapak security baik hati yang memberi tahu (karena saya nanya juga sih akhirnya) malah menawarkan untuk mengantarkan. Tapi karena takut dikira anak TK, saya menolak dan memilih kesana sendirian. Ehh, baru sampai lantai dua, malah jumpa teman SMA yang sehari sebelumnya kami sudah reuni dadakan. Hahaha. Kebetulan sekali. Malah dia bersama seorang pria yang sepertinya pacarnya. Huu, padahal kemarin waktu ngobrol pas kumpul-kumpul dia bilang ga punya pacar. Hahaha. Dasar.

Akhirnya sampai juga dan tidak sampai harus menunggu antrian panjang, saya mendapat giliran. Dan setelah menjelaskan tujuan saya, mas customer service itu meminta saya untuk mengisi formulir serta meminta surat identitas. Ia pun pamit dulu untuk meng-copy surat identitas saya. Dan ia kembali dengan SIM card baru di tangannya. Ahhh, senangnya. Saya kira harus menunggu beberapa hari untuk kembali mengaktifkan nomor itu. Ternyata prosesnya hanya singkat. Saya sampai bertanya kembali untuk menegaskan “ini bisa langsung dipake hari ini?”. Sambil senyum mas-nya pun ngangguk. Mungkin aneh liat saya (agak) girang sendiri untuk hal sebiasa ini. Hahaha.  

Ketika sedang mengantri, saya iseng nguping. Dan ternyata kasusnya hampir selalu sama. Fisik kartu rusak dan harus diganti. Saya buta sama sekali masalah teknologi, jadi tidak tahu kalau SIM card itu ternyata punya daya tahan dan bisa rusak juga. Hehehe.


Oh ya, saya perlu bilang “terimakasih In****t” ga? Takut dibilang alay nihh. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sesuatu itu bisa menjadi terkenal lantaran beberapa hal. Bisa karena sesuatu itu memang baik atau hanya sekedar banyak menjadi topik pembicaraan. Seperti halnya tempat yang sempat saya kunjungi beberapa waktu lalu, sekedar untuk menghabiskan waktu libur lebaran. Sebetulnya tempat ini direkomendasikan oleh salah satu teman untuk tempat kita berlibur dan kembali berjumpa setelah sekian lama terpisah oleh ritual mudik. Dan sebagai orang yang baik (hahaha, bohong banget) tadinya rencana saya adalah untuk survey tempat. Maklum saja. Kami adalah geng kongkow yang kemana-mana hanya mengandalkan transportasi umum. Jadinya sedikit repot juga kalau tempat itu tidak bisa dijangkau oleh angkot Bandung. Dan tempat yang teman itu rekomendasikan dalah Tebing Karaton. Katanya sih tempat ini banyak menjadi obrolan di jejaring sosial. Beberapa hari sebelumnya saya memang juga sempat melihat salah seorang senior saya mengupload fotonya disana. Akhirnya, besoknya saya mencoba untuk kesana, dengan .... sebutlah namanya sesuka anda mau.

Jalur menuju Tebing Karaton sama saja seperti ketika anda hendak menuju Taman Hutan Raya Juanda. Dan ketika menemukan pintu gerbang utama Tahura, jangan belok (ya iyalah, bukan kesana tujuannya), tapi terus jalan lurus sampai menemukan belokan ke kanan. Aduh saya lupa nama jalannya apa. Bukit Dago apa gitu. Dan anda akan disuguhi rumah-rumah besar dan kawasan sepi seperti tanpa penghuni. Mungkin juga lantaran waktu itu masih suasana mudik. Terus saja ikuti jalan itu sampai anda mulai menemukan jalan berbatu dan menanjak. Kami juga sempat putus asa dan mengira bahwa kami salah jalan, karena memang tidak ada tanda-tanda kami akan menemukan tempat yang katanya bagus itu. Tapi setelah melihat beberapa motor dari arah sebaliknya, kami percaya diri lagi bahwa kami ada di jalan yang benar. Pokoknya patokan kami adalah Warung Bandrek. Kalau sudah menemukan Warung Bandrek, maka kami tidak khawatir lagi. Entah karena baru pertama kali kesana, kami merasakan bahwa perjalanan ini terasa jauh. Karena perjalanan pulang tidak terasa sejauh ini. Mungkin ini efek jalan menanjak juga. Dan fenomena perjalanan pergi terasa lebih jauh dari perjalanan pulang rasanya memang selalu terasa ketika kita pergi ke tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya.

Pemandangan selama perjalanan. Hmm, selalu cantik.
Mudah-mudahan akan terus begini. Jangan berubah jadi pemukiman elite terus ya.
Akhirnya Warung Bandrek kita temukan. Dan saat itu sangat sepi. Hanya da dua pengunjung yang duduk disana. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak mampir dan tetap melanjutkan perjalanan. Di depan Warung Bandrek, ternyata jalannya bercabang. Dan tidak ada petunjuk apa-apa disana. Dengan mengandalkan ‘feeling’ dan logika, akhirnya kami pilih jalan kiri. Dan untung saja benar. Hehe. Setelah menanjak meninggalkan Warung Bandrek, anda akan menemukan pemukiman yang menurut saya masih asli ‘desa’ banget. Teman saya malah bilang suasana di pemukiman itu mengingatkannya dengan ruman Neneknya di Garut. Dan saya masih belum membayangkan bagaimana cara mereka untuk mencapai kota. Apa ada jalan lainkah selain jalan yang tadi kami lewati? Karena kami tidak bisa membayangkan kalau harus pulang malam dan melewati jalan berbatu dan hutan disekelilingnya sebelum mencapai rumah. Heran rasanya. Ternyata di pinggiran kota yang setiap harinya penuh dengan hiruk pikuk keramaian dan kunjungan wisatawan, masih ada daerah yang menurut saya bisa dikatakan ‘sedikit terisolasi’ (kalau saja asumsi saya tentang tidak ada akses jalan lain terpenuhi lho). Setelah melewati pemukiman, berarti perjalanan anda tinggal sedikit lagi.
Sedikit lagi malah istirahat
 Namun lagi-lagi karena kami yang tidak tahu letak tempat itu, kami sempat berhenti dan berfoto di tengah perjalanan karena tergoda view ke arah bawah yang cantik. Sampai ada seorang nenek yang lewat bertanya “bade ka tebing, Neng (mau ke Tebing, Neng?)” kami pun mengiyakan sembari senyum. Ahh, satu lagi pemandangan indah. Orang Bandung memang tidak pernah kehilangan keramahannya. Bahkan pada orang yang sama sekali tidak ia kenal. Sampai akhirnya kami sadar dan berpikir mungkin saja tebingnya sudah dekat, karena ternyata sudah ada orang yang menyadari kalau kita sedang menuju kesana. Dan eng ing eng, baru saja sekitar 50 meter, terlihat beberapa motor sudah terparkir di pinggir jalan. Dan terlihat juga beberapa orang yang membantu untuk memarkirkan kendaraan.

Cuma kertas ini ....
Kami pun turun dan mulai melihat sekitar. Lucunya saya sempat mencari loket tiket dan menyadari bahwa tempat ini ternyata bukanlah tempat wisata ‘resmi’. Dan menurut orang sekitar yang menjadi juru parkir dadakan, tempat ini baru ramai dikunjungi sekitar dua bulan lalu. Biasanya hanya pagi dan sore hari. Masuk akal juga mengingat pemandangan sunrise dan sunset sepertinya cukup cantik jika dilihat dari atas tebing. Namun mungkin karena sedang musim liburan, beberapa hari ini siang hari pun masih tetap ramai. Dan satu lagi yang patut diacungi jempol dari masyarakat sekitar. Mereka tidak memanfaatkan tempat ini untuk mencari keuntungan dengan pungutan liar. Jadi biaya masuk sana gratis tis tis tis. Bahkan mereka juga tidak meminta uang parkir kok. Tapi masa iya anda setega itu.


Yapp, and this is Tebing Karaton. Dengan view bentangan hutan Dago hingga kota Bandung bisa anda lihat. Kalau cukup nyali anda bisa juga mencoba untuk menuruni tebing ini dan melihat pemandangan dengan sensasi dari pinggir tebing. Tapi saya tidak seberani itu. Hehe. Cukup menghibur untuk wisata gratisan. Dan sangat menghibur bagi anda yang doyan foto kemudian share ke jejaring sosial, dan memberitahukan bahwa anda tidak ketinggalan jaman telah mengunjungi tempat yang sedang hits di Kota Bandung ini. Hmm, selagi masih anget jadi bahan obrolan, tidak ada salahnya mencoba kesana.
Subhanallah ...



Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

Widya P Suharman

Melankolis-Plegmatis
Ibu dari satu anak kandung dan Ibu dari puluhan siswa

Popular Posts

  • Membuat Surat Keterangan (Suket) Sehat Jasmani dan Rohani Serta SKBN di RSUD Cibabat
    Saat melamar pekerjaan atau mendaftar sekolah (biasanya kedinasan), ada instansi yang mensyaratkan surat keterangan (suket) sehat jasmani ...
  • Penghambat Seleksi CPNS
    Sekali lagi ya, jadi PNS itu bukan cita-cita semua orang. Bukan juga cara cepat biar kaya karena penghasilannya biasa saja. Masih banyak pe...
  • Dua Manusia Yang Salah Sangka
    “Nikah deh, nanti bakal tahu rasanya gimana.” Seolah tidak     merasakan bagaimana sumpeknya jadi jomblo yang tiap lebaran ditanya...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 3 - SKB) #2019goestoASN
    Ada empat orang yang nilainya melampaui  passing grade  SKD, tapi yang lolos ke SKB maksimal 3 X formasi. Karena formasi Guru Kimia di SMA ...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 4 - Pemberkasan) #2019goestoASN
    Sebulan lebih menunggu pengumuman hasil integrasi SKD-SKB yang menjadi penentu kelulusan seleksi CPNS (tentang proses SKB 👉 bisa buka ini...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 2 - SKD) #2019goestoASN
    Setelah kemarin nulis tentang bagaimana mencari formasi yang sesuai dengan latar pendidikan sampai dengan tahapan seleksi administrasi (kl...
  • Seangker Itukah Anker ??
    Sebetulnya bukan pertama kali saya pake moda transportasi commuter line alias KRL yang menjadi sangat berjasa bagi kaum komutasi. Gara-ga...
  • Malu Bertanya, Motor Tertahan, Uang Melayang, Pengalaman
    Kejadian ini hanya dilakukan oleh profesional. Jangan ditiru jika ada anda belum cukup sabar. *padahal kayanya banyak yang ngalamin lebih ...
  • Sepuluh Hari Pertama Jadi Istri
    Pekan lalu, tepatnya Minggu 1 Juli 2018 saya melepas lajang 💑. Ada sedikit penyesalan ... kenapa ga dari dulu 😅. Tapi, tetap aja masih ad...
  • Jangan Asal Speak Up
    Peran manusia sebagai makhluk sosial menuntut kita untuk bisa berkomunikasi secara sosial, entah lewat tulisan atau yang lebih seringkali k...

Blog Archive

  • ►  2022 (1)
    • ►  September 2022 (1)
  • ►  2019 (10)
    • ►  May 2019 (1)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (6)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (16)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  July 2018 (2)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  March 2018 (5)
    • ►  February 2018 (4)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (4)
    • ►  September 2017 (1)
    • ►  August 2017 (2)
    • ►  July 2017 (1)
  • ►  2016 (9)
    • ►  September 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (1)
    • ►  April 2016 (4)
  • ►  2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
    • ►  March 2015 (1)
  • ▼  2014 (8)
    • ▼  August 2014 (2)
      • Signal Tidak Muncul, SIM Card Rusak, Ganti Baru
      • Tebing Karaton. Wisata Gratis, Hiburan Minimalis.
    • ►  July 2014 (1)
    • ►  June 2014 (2)
    • ►  April 2014 (1)
    • ►  January 2014 (2)
  • ►  2013 (26)
    • ►  December 2013 (4)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (1)
    • ►  August 2013 (3)
    • ►  June 2013 (2)
    • ►  April 2013 (1)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (3)
  • ►  2012 (22)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (1)
    • ►  October 2012 (1)
    • ►  September 2012 (2)
    • ►  August 2012 (3)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  June 2012 (9)
  • ►  2010 (2)
    • ►  April 2010 (2)

Categories

  • cerita guru (1)
  • cerita PPL (1)
  • corat-coret (37)
  • kuliah (2)
  • meluangkan waktu (3)
  • nyastra (2)
  • opini (36)
  • perjalanan (6)
  • The Journey of Emak-emak (9)

Created with by ThemeXpose . Distributed by Weblyb