Powered by Blogger.

Pages

  • Home
facebook twitter instagram

Widya's Babble

Self Reminder. Bukan berarti sudah baik.

               
           Serial Cardcaptor Sakura itu udah lama banget nongkrong di laptop. Tapi belum sempe diliat satu episode pun. Selain tidak terlalu addict sama nonton, hmm (mau sombong) karena belum ada waktu kosong. Padahal ceritanya, Cardcaptor Sakura itu jadi cartoon favorit saya sepanjang masa. Waktu jaman SD kali ya, waktu Cardcaptor Sakura diputer di TV, ga pernah kelewat satu episode pun. Meskipun enggak tahu endingnya gimana. Hahahaha.
Setelah kuliah dan kemudian budaya Asia booming dari mulai film Korea sampai makanannya juga diadopsi (hhh, Indonesia). Nahh, jadilah tetangga-tetangga yang sama-sama sipit ikut serta. (Mungkin juga sebenarnya Jepang dulu yang ngtren, barulah tetangganya ini ikut). Mahasiswa yang terkenal sebagai kaum terpelajar pun tak kalah ambil bagian. Sama-sama ikut suka. Hahahaha. Jadilah mudah dijumpai mahasiswa yang memori laptopnya lebih penuh sama film Korea dibanding file kuliah. Bahkan kayanya enggak aneh juga sengaja ngasih partisi lebih amat gede buat data pribadi daripada data kuliah. Lebih parah lagi, data kuliah cuma jadi satu folder doang (Sshh). Hahaha. Meracau terlalu jauh. Intinya, dari obrolan tak sengaja dengan seorang teman, ternyata dia punya serial Cardcaptro Sakura FULL. WOWWW. Kebetulan banget suka banget film itu, tapi males juga kalo harus download ampe 70 episode. Mungkin bagi yang suka nonton, itu enggak seberapa ya. Tapi baru sekitar pada saat bulan ke delapan deh kalau enggak salah, folder itu dibuka dan mulai ditonton. ^^
Wahh, Sakuraaaa. Toyaaaaaa. Ganteng, jutek, tapi sebenarnya melindungi banget. Hmm, kalau ada di dunia nyata, kayanya saya suka Toya. Yukitoooo. Temen Toya yang Sakura suka dan ternyata dia Yue (Guardian-nya Clow Card selain Kero) Kero? Hihi. Lucu dia. Jadi agak serem tapi tetep kocak saat jadi bentuk aslinya. Tomoyooo yang cantik. Dan Shaoran. Masih inget banget yang ngisi suara waktu tayang di TV itu suaranya Oni Syahrial. Tau ga? Pengisi suara Shinchan a.k.a Ucil yang dulu serial Tvnya pernah tayang sebelum Jin dan Jun. Hihi. Nostalgia. Meilin? Cewek yang kayanya cinta gila sama Shaoran. Sedih banget waktu nonton episode, Shaoran bilang sama Meilin kalai dia suka sama Sakura. Dan dia lari ke rumah Tomoyo terus nangis di pangluan Tomoyo. Eriol. Dulu masih belum ngeh kalau Eriol itu ternyata reinkarnasi dari Mr.Clow. Dan sempet salah tebak juga. Kirain Ibu Guru Mizuki sama Akizuki itu orang yang sama.
Selesai lah film itu ketika tiga hari lagi minggu tenang akan usai. Wahhh, itu endingnya? Shaoran nyatain cintanya sama Sakura. Dan Sakura juga suka. Tapi shaoran harus balik ke Hong Kong. Itu gimana kelanjutannyaaa?? Hmm, googling ahh. Kayanya ada sekuel-nya deh. Hahaha. Lumayan buat minggu tenang tahun depan. ????
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
                Hmm, entah gimana dan apa tujuannya kampus saya memberlakukan sistem libur yang agak aneh. Jadi kita libur sebelum ujian akhir semester yang disebut sebagai minggu tenang. Meskipun sampe sekarang masih bingung dimana letak ketenangan dari liburan saat hati masih dag-dig-duer menanti uas yang sedang digarap para dosen di rumah masing-masing. (atau mungkin di kampus, atau mungkin ngetik disela-sela liburannya juga)
                Jadi saat yang lain sedang menikmati kebebasan, melepas status mahasiswanya dan sejenak menggantinya dengan ‘koper dan ransel’. Kita (red. Mahasiswa universitas negeri di kawasan yang religius karena deket mesjid aa gym kali ya) diceritakan sedang sibuk sesuai dengan kebiasaan masing-masing. Ada yang mengurung diri kamar, dengan tenang membaca buku, mengutak-ngatik rumus, menghafal definisi, membuka kembali catatan, dan kegiatan semacamnya. Ada pula yang nongkrong di perpustakaan, memanfaatkan fasilitas wi-fi untuk download e-book dan file sejenisnya yang membantu mereka dalam memahami pelajaran. Ada pula yang dengan sengaja mengajak teman untuk belajar bersama karena alasannya sih ga bisa belajar sendiri (entah modus mau pdkt)
                kita lihat kenyataannya...
                Di kamar..
Nonton film? Namatin game? Telpon-telponan? Mantengin jejaring sosial? -_______-“
                Di perpustakaan ..
Download film? Download game? Skype-an? -_________-“
                Sama temen ..
Maen? Nonton? Makan? -______-“
              Ohh, para penentu kebijakan kampus. Kalau saya boleh usul, kenapa sistemnya begini? Masa selama bertahun-tahuan ga pada nyadar juga dari ribuan mahasiswanya,kayanya tidak sampai seratus dari mereka yang memanfaatkan minggu tenang itu buat belajar. Dan saya juga bukan salah satu dari seratus orang itu.
                Enggak tahu salah siapa. Yang jelas, masih suka iri, pada saat yang lain bilang “asyik, liburan !!” Dan kemudian mereka tanya “kamu kapan liburan?” Dengan ekspresi datar saya jawab “ga tahu”. Karena setelah uas pun kita enggak punya waktu buat bener-bener libur. Ngurus frs lah, minta bimbingan dosen lah, ngejar-ngejar kajur buat minta tandatangan lah. (sampe sekarang masih enggak ngerti juga kenapa itu tandatangan kajur atau orang penting lainnya dicetak dan dibikin cap aja.)
              Kalau dihitung-hitung, sebenarnya waktu libur kita hampir sama aja kaya univ lain. Sekitar satu bulan. Tapi karena sistem yang dipotong-potong itu jadi berasa enggak liburan. Kenapa univ itu liburnya enggak bareng aja kaya jaman sekolah. Enak kan. Dari mulai sekolah mahal sampai sekolah di bantarang sungai liburnya bareng. Kalau gitu kan enak, Cinderella sama Pangeran bisa liburan bareng. Nah ini, yang pacaran beda universitas kan susah. Yang satu ngerencanain liburan, yang satu galau karena mau UAS. Hiyaaaaaaa.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


                Waktu itu sekitar jam 11 malam. Udah naik tempat tidur dan udah mulai buka-tutup mata. (Pada ngerti ga ya fase ngantuk ketika mata itu udah mulai mau nutup, tapi kadang buka lagi kalau ada sedikit gangguan). Tiba-tiba handphone bunyi tanda SMS masuk. Kesel banget kalo dalam transisi antara dunia nyata dan dunia mimpi gini, tiba-tiba ada gangguan. Suka susah lagi manggil itu ngantuk. Dari seseorang yang dulu pernah bermasalah. Halah, ada apa lagi. Sempat deg-degan juga. Ternyata SMSnya panjang banget. Awalnya males bacanya. Kali aja mau ngungkit masalah dulu. Setelah dibaca, ternyata itu permohonan maaf. Lega juga sih. Tapi sekaligus aneh. Ini orang ada apa ya. Tiba-tiba minta maaf. Ada firasat bakal meninggal apa ya ini orang? Wah, atau jangan-jangan mau bunuh diri? Buru-buru aja bales SMS diselingi kata-kata yang sedikit religius. Kali aja dengan ingat Allah, niat dia mau bunuh diri ga jadi. Sampai beberapa hari, gak ada kabar duka. Sampai hari ini dia juga masih sehat walafiat sih kayanya. Lega juga dia masih hidup. Tapi masih ngerasa heran juga kenapa dia minta maaf.
                Pagi di hari libur. Setelah kesibukan ngurus sedikit persiapan suatu acara, SMS masuk. Awalnya say hai sih. Dari tiiiiittt *sensor. Halah, ga usah disensor juga ya. Dari orang yang dulu pernah bilang saya ‘Dud’. (saya tulis juga ko cerita tentang ‘Dud’ itu). Ujungnya, dia minta maaf karena udah nyebutin satu kata yang ternyata cukup bikin saya sakit hati. Orang itu tahu setelah dia baca tulisan saya di blog tentang ‘Dud’ itu. Kali ini ga kepikiran dia bakal bunuh diri sih. Pertama, karena alasannya jelas kenapa dia minta maaf. Kedua, karena orang yang satu ini lumayan kuat imannya (mungkin). Jadi kemungkinan dia frustasi dan bunuh diri kayanya kecil.
                Tiba-tiba merenung dan tarraaaa. Hahahaha. Ternyata maaf itu kata yang indah. Dan memaafkan juga sebuah proses sebetulnya. Memang marah dan cukup bikin dongkol juga sama dua orang di atas. Tapi lambata laun, sebenarnya udah maafin juga sebelum mereka berdua resmi meminta maaf. Soalnya dua kejadian itu ternyata mengandung hikmah dan pelajaran yang luar biasa. Mungkin tanpa kejadian itu,saya enggak akan jadi kaya sekarang ini. (emang udah jadi apa ya sekarang? Haha)
                Merenung lagi. Duhh, jangan-jangan pernah buat orang kesel dan belum sempat minta maaf. Kapan ya mau minta maaf? Nunggu lebaran gitu? Keburu dimaafin duluan. Ckckckck. Dosanya gimana ya? Pantes aja kalau lebaran suka ada slogan “mohon maaf buat yang kerasa dan yang ga kerasa”. Yang enggak kerasanya itu kayanya lebih banyak dari yang kerasa. Hehe.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kapan terakhir posting tulisan lagi? Wahh hampir sebulan yang lalu. *emoticon sedih. Kalau disebutkan alasannya pasti sulit diterima. Kalau tidak disebutkan nanti malah mati penasaran dan gentayangan. Mending diceritain aja ya. Sebagai mahasiswa jurusan MIPA khususnya kimia, rasanya susah buat cari waktu luang. Sepertinya, bagi kami waktu luang itu bukan untuk dicari, namun diciptkan diantara kepadatan kegiatan. Hahaha. Bukan bermaksud sombong atau sok sibuk, namuan begitu lah adanya (yang saya rasakan).

Tanpa bermaksud sekedar ngisi blog yang (hampir) terbengkalai ini, saya sedikit punya tulisan tentang seorang ilmuwan kimia yang 'berjuang' di bidang kimia polimer. This is it ...
Herman Staudinger. Namanya hampir sama kaya bapak saya ya. Sebenarnya artikel ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Media Pembelajaran Kimia. Enggak tahu juga apa hubungannya media pembelajaran sama biografi ilmuwan. Tapi niat dosen saya itu katanya supaya selain mengajarkan materi, kita bisa memberikan bumbu tentang sisi menarik dari kehidupan ilmuwan pada masa itu. Nice.

Cekidot...


             Herman Staudinger adalah seorang ilmuwan kimia berkebangsaan Jerman. Lahir di Worms pada tanggal 23 Maret 1881. Ia memperoleh gelar Ph.D dari Universitas Halle pada tahun 1903 dan sempat menjadi pengajar akademik di Universitas Strasbourg. November 1907, ia ditunjuk sebagai Profesor Kimia Organik di Institut Kimia Technische Hochschule di Karlsruhe. Staudinger mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Laboratorium Kimia di Universitas pada bulan April 1951, dan menerima posisi kehormatan sebagai Kepala Institut Penelitian Negara untuk Kimia Makromolekular, yang ia pegang hingga bulan April 1956.

            Staudinger dikenal sebagai ilmuwan yang banyak bergerak di bidang kimia organik dan makromolekul. Hal ini terlihat dari buku-buku yang dilahirkan dari pemikirannya yang banyak mengungkap tentang senyawa karbon ini. Seperti buku yang paling terkenal tentang senyawa ketena, berjudul Die Ketene (1912), Die Hochmolekularen Organischen Verbindungen, Kautschak und Cellulose (Senyawa Organik Makromolekul, karet dan selulosa) pada tahun 1932 dan ratusan artikel mengenai senyawa organik dengan lima puluh diantaranya tentang senyawa ketena.

                Sumbangsih terbesar Herman Staudinger dalam bidang kimia makromolekul adalah pemikirannya tentang senyawa polimer. Ia mengungkapkan bahwa senyawa dengan masa molekul relatif yang besar seperti karet, selulosa, dan protein merupakan polimer yang terbentuk dari rantai panjang seperti rangkaian klip kertas yang tersusun dan saling terhubung hingga membentuk rantai. Ilmuwan kimia organik pada masa itu masih meyakini bahwa senyawa dengan masa molekul realtif besar tersebut hanyalah kumpulan molekul kecil yang membentuk koloid. Mereka meyakini bahwa antar molekul kecil tidak dapat berikatan secara kovalen membentuk senyawa dengan masa molekul yang lebih besar. Sehingga ide Staudinger tentang konsep polimer pada masa itu belum dapat diterima.

                Ide Staudinger mulai dilirik ketika Herman Mark, melalui studi difraksi sinar-x membuktikan bahwa senyawa polimer adalah rantai panjang yang tersusun dari satuan molekul yang berulang. Dan percobaan Charotes yang berhasil mendemonstrasikan pembuatan seyawa makromolekul melalui reaksi organik, ikut menguatkan konsep Staudinger. Sehingga pada tahun 1953, ia menerima hadiah Nobel pada bidang kimia atas penemuan pada bidang kimia makromolekul tersebut.

                Untuk hasil penelitiannya, Staudinger menerima banyak penghargaan dan gelar kehormatan; seperti Dr. Ing. h.c. dari Technische Hochschule Karlsruhe; Dr.rer.nat.h.c. dari Universitas Mainz; dr.(C)h.c. dari Universitas Salamanca; Dr.chem.h.c. dari Universitas Torino; Dr.sc.techn.h.c. dari Eidgenössische Technische Hochschule di Zurich; dan Dr.h.c. dari Universitas Strasbourg.

            Staudinger tutup usia tanggal 8 September 1965 pada usianya yang ke 84 tahun. Penemuan Staudinger ini berhasil membuka jalan bagi kelahiran bidang kimia polimer.

Referensi :
http://en.wikipedia.org/wiki/Hermann_Staudinger.html
http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/chemistry/laureates/1953/staudinger-bio.html
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Meskipun Bandung Air Show, Braga Festival, dan serangkaian acara yang diadakan pemerintah kota Bandung atau lembaga usaha yang ikut meramaikan ‘milangkala’nya kota Bandung sudah selesai, namun sisa-sisa sampah, dekorasi, atau papan publikasi masih tersisa. Jadi tidak ada salahnya juga bukan, sedikit mengulas kota yang selalu dipenuhi kendaraan plat luar kota saat weekend ini.

Yang nulis lahir di Bandung 21 tahun silam. Ibu orang Jawa tulen. Bapak campuran Bandung dan Ciamis. Jadi yaa masih ada 25% lah untuk dibilang orang Bandung. Daripada orang yang cuma numpang lahir padahal tidak sama sekali memiliki garis keturunan Bandung, ehh ngaku orang Bandung juga. Itu masih mending. Ada lagi orang yang baru tinggal setahun di Bandung, udah ngaku orang Bandung juga. Punya pesona apa sih Bandung sampai pada rebutan gitu. Hehehe. Bercanda yaa. Yang kesindir pasti pada bilang “saya enggak pernah ngaku orang Bandung kok”. Yang jelas Bandung itu milik semua orang yang mau ‘mengakuinya’. Pake tanda kutip yaa. Karena kalau sudah ‘mengakui’ harus mau juga menjaga dan memelihara segala yang ada di kota ini.

Ada yang tahu tanggal berapa kota Bandung berulang tahun? Yap betul 25 September. Baru tahu setelah datang ke salah satu acara perayaan HUT kota Bandung? Sama. Saya juga. Meskipun tahun ini inget, pasti tahun depan lupa lagi dan diingatkan dengan acara-acara model gituan juga. Hahaha.

Kemarin yang nulis sempet ke Bandung Air Show dan kecewa karena udah bayar tiket masuk, tapi enggak liat ‘show’nya akibat peristiwa pesawat jatuh itu. Ckckck. Udah kedua kalinya ini. Banyak yang harus dievaluasi kayanya. Denger-denger, acara ini terancam enggak akan diadain lagi buat tahun depan.

Akirnya meluncur ke Braga Festival dan terbayarkan lah disana. Baru nyadar kalau orang Bandung itu kreatif banget. Dan jadi malu juga karena belum bisa kaya mereka. Meski cuma bentar, tapi udah kebayang itu semua panitia dan pengisi acara di tiap sudut, kerja dan muter otaknya kaya apa. Two Thumbs Up. Bener-bener menyediakan hiburan untuk segala ‘tipe’ masyarakat. Hehehehe.

Ok lah itu sekilas tentang acara ulang tahun yang setahun sekali itu. Sekarang pengen beropini bebas tentang hasil renungan tiap pergi atau pulang kuliah.

Bandung itu sejuk. Dulu tapi. Orang luar Bandung yang dulu berkunjung dan sekarang berkunjung lagi pasti menyadari perbedaan itu. Banyak dari mereka yang bilang “Bandung enggak sedingin dulu ya”. Salah satu yang disuka dari Bandung itu karena dia dingin. Yang nulis adalah tipe orang yang lebih milih dingin daripada keringetan. (apa ini, enggak ada hubungannya). Beberapa orang pernah bercanda sih, katanya “Bandung itu cuma satu kurangnya. Enggak punya laut.” Aduhh helloowww, itu Geografi-nya remedial ya? Haha. Mungkin bukan itu juga maksudnya. Dalam benak mereka (mungkin) sebagian besar ibu kota propinsi itu emang berada di daerah pantai, makanya mereka bilang gitu. Tapi disitu keunikan Bandung. Apa malah jadi satu-satunya ibu kota propinsi yang enggak punya laut ya? (aduh ini yang nulis juga perlu dicek nilai Geografi-nya). Tapi saat ini, keunikan itu mulai menguap. Sedih juga sih. Beberapa waktu ini kerasa banget Bandung lagi panas. Meskipun kata Bapak Wakil Walikota Bandung saat diwawancara di acara Braga Festival bilang, kalau daerah hutan kota di Bandung sudah mengalami peningkatan menjadi 11% dari luas Kota Bandung sendiri pada tahun ini, tapi menurut sumber (entah apa) jumlah segitu masih kurang. Ada benarnya juga. Dengan jumlah polusi yang enggak tahu jumlahnya tapi bisa dirasain efeknya, kayanya emang masih kurang. Tapi sebagai masyarakat jangan kalah saing dong dengan usaha pemerintah. Seneng baget deh ketika tahu salah satu temen yang nge-kos ternyata memelihara tanaman walaupun dalam pot. Itu sudah jadi bukti bahwa mereka punya usaha untuk menghijaukan bumi juga. Khususnya Bandung sebagai tempat tinggal mereka saat ini. Tapi suka kesel juga karena masih ada aja orang yang padahal (mungkin) orang Bandung asli, masih aja buang sampah senbarangan kalau lagi jalan-jalan.

Ngomong tentang polusi kaya diatas, kayanya udah enggak asing kalau polusi itu sumber utamanya dari kendaraan. Dan selain polusi, kendaraan juga mengakibatkan apa? Ya macet.  Rada enek juga ketika salah satu temen yang nge-kos di Bandung (tapi yang bukan memelihara tanaman)bilang kalau di Bandung itu jumlah angkotnya keterlaluan. Sopirnya pada enggak tahu aturan lalu lintas. Setiap satu kendaraan pribadi pasti di depan dan belakangnya itu angkot. Gerah juga denger pendapat gini. Masalahnya menurut yang nulis, problem ini tuh enggak bisa cuma nyalahin satu aspek aja. Emang dia pikir pengguna kendaraan pribadi enggak nyumbang macet? Coba kalau semua orang pada pake angkutan umum, kan lumayan ngurangin jumlah kendaraan juga. Ini pendapat yang nulis sebagai pengguna setia angkutan umum, karena enggak punya kendaraan pribadi. Tapi ya kita juga enggak bisa nyalahin orang yang milih buat pakai kendaraan pribadi. Mungkin mereka kurang nyaman dan kurang merasa aman ketika pakai angkutan umum. Menurut yang nulis solusi yang adil ya penertiban angkutan umum dan pembatasan jumlah kendaraan pribadi. Tapi dua alternatif solusi ini juga enggak segampang yang dipikirin. Pasti banyak penentangan dari para sopir angkot kalau penertiban angkutan ini jadi membuat mereka harus kehilangan pekerjaan. Mau dikasih makan apa keluarga mereka? Dan lagi pabrik yang bikin kendaraan pastinya enggak bakal langsung setuju sama aturan yang ngurangin pendapatan mereka. Teknis dan detailnya yang harus dibikin seapik mungkin lagi.

Ahhh, apa lagi ya harapan buat Kota Bandung? Itu sih yang paling kepikiran dam kerasa tiap pergi dan pulang kuliah. Lainnya..

Ohh ya, semoga Bandung tetap menjadi kota dengan masyarakat yang kreatif, mampu menjadi trendsetter,tetap menjadi kota fashion dan kuliner. Bukan apa-apa. Lumayan kan buat pemasukan masyarakatnya sendiri. Daaan pengennya sih jadi kota yang lebih agamis dan intelektual. Supaya bisa mengimbangi dua predikat sebelumnya yang kayanya kok identik sama konsumerisme dan hura-hura belaka. Meski tidak dipungkiri, kaum intelektual Bandung saat ini udah mulai keliatan dan mulai bisa menyumbangkan ide cemerlangnya buat kemajuan dan perbaikan kota ini ke arah yang lebih baik. Dan semoga yang nulis dan yang baca kelak akan jadi salah satu dari mereka. Amin.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

Widya P Suharman

Melankolis-Plegmatis
Ibu dari satu anak kandung dan Ibu dari puluhan siswa

Popular Posts

  • Membuat Surat Keterangan (Suket) Sehat Jasmani dan Rohani Serta SKBN di RSUD Cibabat
    Saat melamar pekerjaan atau mendaftar sekolah (biasanya kedinasan), ada instansi yang mensyaratkan surat keterangan (suket) sehat jasmani ...
  • Penghambat Seleksi CPNS
    Sekali lagi ya, jadi PNS itu bukan cita-cita semua orang. Bukan juga cara cepat biar kaya karena penghasilannya biasa saja. Masih banyak pe...
  • Dua Manusia Yang Salah Sangka
    “Nikah deh, nanti bakal tahu rasanya gimana.” Seolah tidak     merasakan bagaimana sumpeknya jadi jomblo yang tiap lebaran ditanya...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 3 - SKB) #2019goestoASN
    Ada empat orang yang nilainya melampaui  passing grade  SKD, tapi yang lolos ke SKB maksimal 3 X formasi. Karena formasi Guru Kimia di SMA ...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 4 - Pemberkasan) #2019goestoASN
    Sebulan lebih menunggu pengumuman hasil integrasi SKD-SKB yang menjadi penentu kelulusan seleksi CPNS (tentang proses SKB 👉 bisa buka ini...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 2 - SKD) #2019goestoASN
    Setelah kemarin nulis tentang bagaimana mencari formasi yang sesuai dengan latar pendidikan sampai dengan tahapan seleksi administrasi (kl...
  • Seangker Itukah Anker ??
    Sebetulnya bukan pertama kali saya pake moda transportasi commuter line alias KRL yang menjadi sangat berjasa bagi kaum komutasi. Gara-ga...
  • Malu Bertanya, Motor Tertahan, Uang Melayang, Pengalaman
    Kejadian ini hanya dilakukan oleh profesional. Jangan ditiru jika ada anda belum cukup sabar. *padahal kayanya banyak yang ngalamin lebih ...
  • Sepuluh Hari Pertama Jadi Istri
    Pekan lalu, tepatnya Minggu 1 Juli 2018 saya melepas lajang 💑. Ada sedikit penyesalan ... kenapa ga dari dulu 😅. Tapi, tetap aja masih ad...
  • Jangan Asal Speak Up
    Peran manusia sebagai makhluk sosial menuntut kita untuk bisa berkomunikasi secara sosial, entah lewat tulisan atau yang lebih seringkali k...

Blog Archive

  • ▼  2022 (1)
    • ▼  September 2022 (1)
      • Menyusun LK 3.1 Best Practice (PPG Dalam Jabatan 2...
  • ►  2019 (10)
    • ►  May 2019 (1)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (6)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (16)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  July 2018 (2)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  March 2018 (5)
    • ►  February 2018 (4)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (4)
    • ►  September 2017 (1)
    • ►  August 2017 (2)
    • ►  July 2017 (1)
  • ►  2016 (9)
    • ►  September 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (1)
    • ►  April 2016 (4)
  • ►  2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
    • ►  March 2015 (1)
  • ►  2014 (8)
    • ►  August 2014 (2)
    • ►  July 2014 (1)
    • ►  June 2014 (2)
    • ►  April 2014 (1)
    • ►  January 2014 (2)
  • ►  2013 (26)
    • ►  December 2013 (4)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (1)
    • ►  August 2013 (3)
    • ►  June 2013 (2)
    • ►  April 2013 (1)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (3)
  • ►  2012 (22)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (1)
    • ►  October 2012 (1)
    • ►  September 2012 (2)
    • ►  August 2012 (3)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  June 2012 (9)
  • ►  2010 (2)
    • ►  April 2010 (2)

Categories

  • cerita guru (1)
  • cerita PPL (1)
  • corat-coret (37)
  • kuliah (2)
  • meluangkan waktu (3)
  • nyastra (2)
  • opini (36)
  • perjalanan (6)
  • The Journey of Emak-emak (9)

Created with by ThemeXpose . Distributed by Weblyb