Powered by Blogger.

Pages

  • Home
facebook twitter instagram

Widya's Babble

Self Reminder. Bukan berarti sudah baik.


Berasa lagi cerewet banget akhir-akhir ini. Sering posting dimana-mana. Biasanya juga media sosial cuma dipake buat save informasi yang sekiranya bakal kepake di kemudian hari. Sekarang apa-apa update 😜. Berasa balik ke masa … (alay?) 😅.

Ini semua dikarenakan aktivitas yang belum padat. Subuh masak buat sarapan dan bekal suami, setelah suami berangkat mulai bebenah kontrakan yang seuprit ini. Nyuci dan nyetrika juga kalau ada 😅. Karena belum punya baby, ya sudah setelah jam 9 pagi biasanya cuma leyeh-leyeh, mentengin layar entah TV, smartphone, laptop juga jarang karena bukan penikmat film. Paling streaming food vlogger, travel vlogger, atau kalau lagi centil scroll channelnya Mother of Skincare versi saya, Suhay Salim untuk meracuni diri dengan dunia perskincare-an yang tak ada ujungnya. Apa daya yahh. Hormon ini membuat jerawat selalu muncul tiap bulan tanpa absen. Dan merasa kalau jenis kulit kami sama bangeet 😚😂. Walau nasib mah jauh beda 😥. Yaa nasib.

Mudah-mudahan semua kecentilan ini hilang setelah panggilan kerja itu datang 😀. Sambil menunggu masih cari informasi tentang sistem kerja nanti seperti apa. Lingkungannya kaya gimana. Dan dapat info kalau nanti full lima hari dalam seminggu menggunakan empat pakaian … SERAGAM. Informasi sepele tapi saya senang sih 😁.

Bagi saya yang suka bingung “besok pakai baju apa?”, aturan itu sangat mengurangi beban. Apalagi baju di lemari saya terbilang sedikit untuk ukuran perempuan. Walau saya lumayan bisa cuek dengan budaya fashion show kantor, tapi tetep aja mikir dulu “baju ini terakhir dipakai kapan yah?”. Pinter-pinter atur strategi dalam menyiasati ‘pola keberulangan pakaian’ 😆. Keuntungan lain adalah lumayan terbebas dari nafsu pengen bali baju, kok bajuku dikit ya, karena liat yang lain gonta ganti mulu kaya punya Mall. Meski cuek tetep aja naluri kewanitaan tak bisa dibohongi yee.

Tapii, ada juga lohh yang ga suka dengan peraturan seragam. Buat para pekerja yang kantornya mengatur masalah ini pasti pernah ketemu sama orang yang hobinya melanggar masalah si seragam ini.
Yang pinter sih masih akal-akalin tambahin outer atau aksesoris lain. Atau pakai baju bukan seragam yang warnanya mirip biar terkesan kamuflase kaya bunglon gitu, supaya ga kena tegur atasan. Sampai yang paling ekstrim sih yaa pakai baju bebas walau jadi main kucing-kucingan 😅.
Kalau seragamnya kaya seragam sekolah anime gini lucu ya 😀
Tinggal dibikin panjang aja dan pake jilbab 😆
Sumber : http://beautynesia.id/1423
Emang kenapa ya? Kalau menurut saya sih ...

  • Tipe fashionista

Si stylist abis gitu dan seragam yang dipake ga masuk kategori modis menurutnya. Biasanya orang tipe ini emang pinter mix and match sih ya. Seragam yang keliatan biasa aja dia pake jadi bak pakaian desainer ternama gitu 😅 (lebay). Entah karena dia kasih aksen lipit atau dia rombak dikit modelnya atau kasih aksesoris macam di atas. Pokoknya memancing perhatian dan pujian deh jadinya.

  • Si pamer

Hampir mirip sama si fashionista sih. Cuma kalau ini biasanya ga pinter-pinter amat dandan juga sih. Kebanyakan masuk tipe pertengahan atau tipe ekstrimis yang bener-bener menghilangkan baju seragam resmi dari badannya. Biar dibilang orang … bajunya banyak 😆.

  • Dasarnya doyan langgar

Asli emang ada orang kaya gini. Motif hobi melanggarnya macam-macam. Bisa karena kelainan jiwa karena merasa bangga telah mendobrak kebiasaan 😅. Atau punya ketidakpuasan sama kantor terus melanggar sebagai bentuk protes.

  • Malu ketahuan kerja di kantor tersebut

Biasanya mereka ini nutupin seragam mereka ala kadarnya dengan jaket sepanjang perjalanan dan baru membuka jati diri mereka ketika sudah sampai kantor. Ini sih yang parah dan ga boleh banget yaa.
Apapun dan dimana pun pekerjaannya, selama pekerjaan itu baik dan tidak merugikan orang lain, kita harus bangga. Karena pekerjaan kita pasti menyumbang kebermanfaatan buat hidup orang lain.

Yahh, jadi itu lah hasil suudzon hari ini 😅🙏. Jangan dianggap bercanda *lho. Sebetulnya bisa jadi seragamnya masih basah, ga keburu nyetrika karena anak rewel tadi pagi, atau emang cuaca dingin makanya pakai jaket. Tapi kalau dilakukan terus tiap hari itu namanya hobi dan bisa jadi karena salah satu dari alasan di atas 😜. Atau mungkin ada alasan lain.

Intinya peraturan itu dibuat agar terciptanya kondisi yang kondusif dan sehat serta mengurangi kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan antara hubungan karyawan-karyawan atau karyawan-kantor (baku amat). Selama aturan itu tidak melanggar prinsip hak asasi manusia dan masih manusiawi ya dijalani saja. Kita juga ga bisa menyangkal kalau masih butuh makan dari gaji kantor kan. Makanya kalau mau bebas, yuk wirausaha *lho?

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

“Nikah deh, nanti bakal tahu rasanya gimana.”


Seolah tidak  merasakan bagaimana sumpeknya jadi jomblo yang tiap lebaran ditanya kapan nikah mulu. Enak banget ngomong kaya gitu karena dia nemu jodoh dengan enteng kaya beli bala-bala. Sementara kita usaha mulai minta dikenalin sampai daftar biro jodoh aja belum ada yang nyangkut. Ada sih yang nyangkut, tapi ga masuk kriteria. Lagian kita juga masih nyaman kok sendirian. Enak lagi ga perlu repot tentang suami atau anak.
Percakapan yang merusak persahabatan 😀
Sumber : https://seribuanimasi.blogspot.com/2018/06/kumpulan-gambar-kartun-orang-ngobrol.html

“Eh mending apply ke perusahaan tempat aku kerja deh. Sistem kerjanya enak”

Tanpa beban banget ngomong gitu karena begitu lulus keberuntungan menghampirinya dengan langsung diterima di perusahaan bonafit. Padahal IPK juga pas-pasan masih gedean kita. Juga tidak tahu bagaimana rasanya di perusahaan yang memeras kita kerja lembur bagai unicorn (biar cantik ya jangan bagai kuda). Padahal belum tentu juga lebih nyaman karena harus jauh dari orang tua. Walau lelah tiada terkira mending pulang ke rumah sendiri lah pulang makanan sudah tersedia ga perlu mikirin uang kos pula.
Lembur buat beli unicorn
Sumber : https://tenor.com/search/unicorn-gifs
Itu sekelumit respon refleks ketika mendengar saran teman yang dengan seenaknya tanpa memikirkan posisi kita.
Secara tak sadar kadang kita menjadi manusia menyebalkan padahal niat baik memberi tanggapan atas curhatan kawan. Entah cara kita yang terlalu frontal atau memang dia hanya butuh didengarkan, bukan dorongan.
Dualisme hidup antara dua posisi yang bertolak belakang. Yang satu merasa telah menjadi manusia seutuhnya karena beberapa resolusi hidupnya sudah tercapai. Yang satu merasa tetap bahagia walau belum mendapatkan apa yang orang lain dapatkan.

Niat si pemberi saran hanya lah menjadi pemandu sorak agar hidup kawannya lebih bahagia. Karena pengalamannya mendapatkan apa yang ia mau mengantarkannya pada peningkatan hormon endorphin yang luar biasa. Juga mengantarkannya agar mendorong orang lain merasakan hal yang sama dengan cara yang sama. Padahal apa yang menjadi kenyamanan dan kebahagiaan setiap orang tidak sama.

Sebaliknya si penerima saran hanya menganggap kawannya sedang mengeluarkan sisi angkuhnya dengan cara yang lebih konotatif. Setiap orang punya potensi untuk menjadi besar kepala apalagi jika sedang di atas awan. Tak sedikit pun ia rasakan ketulusan si kawan yang berusaha  mengangkatnya ke tempat lebih tinggi.

Hidup yang tak sekejap di bumi membuat kita pasti pernah merasakan di dua posisi manusia itu. Pun dengan perasaan yang sama. Syaithan begitu lihai mempermainkan batin yang tak terlihat oleh yang lainnya itu ya. Entah menjadi pemberi saran tanpa diminta atau menjadi si suudzon yang mengelak nasihat.

Interaksi antar manusia mengharuskan kita lebih berhati-hati agar tidak terjerumus pada dosa tanpa sadar yang pastinya lebih banyak daripada yang disadari. Semoga semesta mendukung kita untuk tetap menjaga hati dari rasa-rasa sepersekian detik yang tetap menjadi catatan keburukan di mata malaikat. Dipertemukan dengan lingkungan yang kondusif, teman yang selalu mengingatkan dalam kebaikan, keluarga yang mendukung dan diri yang tanpa henti belajar setiap hari.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Saat melamar pekerjaan atau mendaftar sekolah (biasanya kedinasan), ada instansi yang mensyaratkan surat keterangan (suket) sehat jasmani dan rohani serta surat keterangan bebas narkoba (SKBN). Kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang bagaimana proses pembuatan surat tersebut di RSUD Cibabat, Cimahi. Mulai dari ke poli mana kita harus datang, biaya yang dihabiskan, dan berapa lama waktu pembuatan masing-masing suket tersebut.

Secara umum, dari segi biaya pembuatan suket di RSUD ini terbilang rata-rata, karena ada yang lebih murah misal di RSHS tapi prosesnya lebih lama dan perlu sabar mengantri, ada juga yang lebih mahal dari ini. Dari segi pelayanan lumayan oke dan waktu pembuatan sampai semua suket selesai hanya memakan waktu 2 hari kerja saja 😇.
Tampak Depan
Sumber : http://rsudcibabat.cimahikota.go.id/unit/klinik-mcu.html
Tata letak gedung rumah sakit ini cukup mudah dipahami karena areanya juga tidak terlalu besar. Bagian paling depan rumah sakit ada apotek, di belakangnya ada gedung IGD, kemudian berjejer ke belakang lagi gedung C dan gedung D. Pada masing-masing gedung terdapat huruf besar yang cukup memudahkan kita menemukan gedung yang dituju kok.
Denah RSUD Cibabat
Sumber : http://rsudcibabat.cimahikota.go.id/images/denah/DENAH-UTAMA.png

Day 1

Pertama kita perlu mendaftar di Poli Umum yang ada di Gedung C lantai 2. Oya, pusat informasi juga ada di gedung ini lantai satu dekat pintu masuk. Pendaftaran dibuka sekitar pukul 7.30, jadi sebaiknya datang lebih awal untuk mengambil nomor antrian dan duduk menunggu panggilan. Saat mendaftar, sampaikan tujuan kita ingin membuat suket sehat dan SKBN. Petugas akan bertanya apakah sudah pernah berobat di RS itu. Kalau belum maka perlu registrasi dulu, syaratnya cukup KTP dan tambahan biaya Rp 10.000.

Kemudian petugas akan meminta kita ke kasir yang masih ada di gedung dan lantai yang sama juga. Cuma keluar dari ruangan poli umum dan menyebrang ke bagian ruang di depannya. Disana saya membayar Rp 465.000 dengan rincian sebagai berikut :
Pendaftaran Pasien Baru                                                                               Rp   10.000
Pendaftaran Poli Umum                                                                                Rp   30.000
Pendaftaran Poli Spesialis (Klinik Jiwa)                                                       Rp 100.000
Tes MMPI (Tes Sehat Rohani)                                                                      Rp 270.000
Suket Sehat Rohani                                                                                       Rp   55.000

Jadi, jika hanya ingin membuat surat keterangan sehat rohani saja, (sepertinya) biaya yang dibutuhkan hanya poin pendaftaran poli spesialis, Tes MMPI, dan suket sehat rohani. Kita akan diberi berlembar-lembar kuitansi (yang saja aja pusing awalnya) heuu. Intinya yang warna pink kita serahkan di masing-masing poli sebagai bukti kita telah membayar, yang warna putih kita simpan.

Lalu kasir akan mengarahkan kita menuju ruang MCU (Medical Check-Up) yang ada di gedung IGD lantai 3. Alhamdulillah ada lift kok. Jadi ga perlu cape naik tangga ke lantai 3 , lumayan 😊. Ruang MCU dan tempat tes MMPI-nya ternyata tepat ada di depan lift. Sangat memudahkan lagi 😁.

Masuk ke dalam ruang MCU, perawatnya ramah banget walau keliatan sudah berumur. Kita diminta menyerahkan kuitani warna pink untuk pendaftaran poli umum. Kalau bingung kasih aja semua, nanti perawatnya yang milih haha. Periksa BB, TB, dan tensi lalu tunggu antrian dokter. Ditanya untuk keperluan apa aja dan butuh rontgen segala macem atau enggak. Saya jawab enggak karena memang cuma butuh itu.  Kayanya kalau pake rontgen kena biaya lagi hehe.

Dipanggil dokter dan masuk ke ruangannya. Diperiksa detak jantung dan periksa badan gitu tapi ga sampai diminta melepas pakaian sih. Ga lama kok. Ditanya lagi buat keperluan apa untuk mengisi keterangan di suketnya. Dan yeayy jadi deh suket sehat jasmaninya.

Jadi kalau untuk suket sehat jasmani cuma butuh waktu 1 hari saja.

Setelah suket sehatnya selesai, lanjut ke lab untuk tes bebas narkoba. Masih di gedung yang sama tinggal turun satu lantai saja. Dari pintu lift, belok kiri dan ada meja pendaftaran lagi. Bilang aja mau bikin surat keterangan bebas narkoba. Diminta KTP dan bayar lagi 475.000. Sebetulnya tes urinnenya Cuma Rp 375.000 tapi SKBN-nya bayar lagi Rp 100.000 ternyata 😅. Tes urinnya ada lima item dengan rincian benzodiazepine, amphetamine kualitatif, methamphethamin kualitatif, opiate, dan cannabinoid. Kayanya ini paket jadi emang ga bisa minta berapa item sesuai keinginan kita.

Setelah mendaftar, kita diminta tunggu dan kemudian dipanggil. Masuk ruangan cuma dikasih vial tempat urine dan kalau udah diisi (pake urine sendiri ya) simpen deh di bak deket pintu toiletnya. Setelah selesai, sebetulnya harusnya ke klinik jiwa buat wawancara. Wawancara? Iya.

Tapi karena perawat di MCU sebelumnya bilang abis dari lab ke atas lagi buat tes MMPI, maka saya lebih milih ke atas lagi aja. Ternyata MMPInya di aula gedung D lantai 4 karena waktu itu yang tes lumayan banyak dan ruangan MMPI di sebelah MCU itu ga akan muat heuu. Akhirnya ke gedung lantai 4 .. Alhamdulillah ada lift lagi.

Tes MMPI buat mengetahui kesehatan jiwa dilakukan dengan cara menjawab 500 sekian soal. Lupa tepatnya berapa. Bentuknya Cuma “ya” dan “tidak” aja sesuai kepribadian kita atau sikap kita. Susah sih enggak, tapi cape baca hehe. Dan harus dikerjakan dalam rentang waktu 1,5-2,5 jam. Ditambah beberapa pertanyaan essai lain. Setelah selesai, perawat yang ada di situ nyuruh kita pulang aja dan balik lagi besok langsung ke klinik jiwa buat wawancara dan ambil suketnya.

Proses hari pertama (mulai dari daftar) jam 7.30 selesai sekitar jam 10.30. Cepet kaan.

Day 2

Saya datang agak siang karena harus ke Polres buat ngurus SKCK dulu. Sampai di klinik jiwa sekitar jam 8 langsung ketemu perawat dan serahin kuitansi yang warna pink itu lagi. Klinik jiwa ini letaknya di bagian depan sebelah apotik mojok di ujung gang kecil. Antrinya lamaaa, karena pasiennya banyak dan dokternya baru datang jam 10an. 😠 kesel ya lumayan sebagai orang yang jarang banget ke RS 😅.

Baru dipanggil sekitar jam 12.00. Entah lah itu dokternya ga istirahat kali ya. Perawatnya ada dua jadi saya perhatiin mereka istirahat gentian gitu. Di dalem ada dua sesi wawancara.

Pertama, wawancara bebas narkoba. Pertanyaannya sama kaya bagian essai waktu tes MMPI. Cuma ditambah ditanya tujuan pembuatan suketnya dan memperjelas jawaban yang udah kita tulis aja sih.

Kedua, wawancara kesehatan jiwa. Pertanyaannya agak aneh sih 😅. Apakah anda pernah melihat makhlus halus? Hee Apakah anda merasa ada orang yang memusuhi/tidak suka terhadap anda dan keluarga anda? Dan dokternya nanya dengan santai kaya orang lagi ngajak ngobrol sambil sesekali tanya tentang tempat tinggal, orang tua, dan lingkungan pekerjaan kita gimana. Apa karena saya jawab "tidak" ya maka proses wawancaranya ga sampai 10 menit, padahal pasien sebelumnya yang sama-sama buat suket sehat rohani dan SKBN sekitar 30 menitan deh.

Setelah selesai, akhirnya suket sehat rohani dan SKBN-nya selesaaiii.

Hari kedua ini lumayan selesainya jam 13.00 😞 karena saya masih butuh legaliser suketnya. Fotokopi sendiri ya, kalau mau deket ada di sebrang gedung D,  ada pintu turun tangga lalu belok kanan. Kalau jam istirahat kaya saya kemarin, terpaksa keluar RS. Ada di sebelah kanan RS banget satu tempat sama counter pulsa yang depannya ada mamang-mamang batagor 😅.

Jadi, kalau ditotal dari awal registrasi dengan asumsi belum jadi member (😆 member) sampai tiga surat itu selesai menghabiskan biaya Rp 940.000.
Sebelum dijalanin rasanya males banget kalau harus berurusan sama RS. Karena kebayang bakal antri apalagi RS pemerintah. Ditambah yang diurus tiga surat, bukan cuma 1. Tapi setelah dijalani ternyata ga terlalu ribet juga. Apalagi perawat disana Alhamdulillah sangat memudahkan. Kaya waktu di MCU sambil tunggu dokter, saya disuruh ke lab dulu aja. Jadi lumayan menghemat waktu tunggu juga.

Share
Tweet
Pin
Share
16 comments
Sekali lagi ya, jadi PNS itu bukan cita-cita semua orang. Bukan juga cara cepat biar kaya karena penghasilannya biasa saja. Masih banyak perusahaan swasta yang menawarkan gaji besar kok. Apalagi bagi orang yang senang berwirausaha dengan peluang penghasilan yang tak terhingga. Gaji bulanan yang angkanya sudah pasti ini tentu ga bakal menggiurkan.

Belum lagi image masyarakat yang masih menganggap PNS hanya makan uang rakyat, melayani sekadarnya, masuk kantor seenaknya. Jadi PNS itu harus pake uang atau punya orang dalam. Kenapa sekolah tinggi-tinggi hanya untuk jadi pembantu negara? Dan berbagai persepsi buruk lainnya. Semua itu balik ke diri masing-masing mau disikapi bagaimana. Yang jelas kalau semua berfikir seperti itu, sistem birokrasi pemerintahan juga bakal tersendat.
Setiap orang punya jalan hidup dan jalan rejekinya masing-masing. Tinggal amanah dalam tugas agar hidup lebih berkah.

Seleksi CPNS yang lumayan panjang bukan hanya tentang tahapan seleksi yang tidak satu kali. Ada beberapa hal yang ternyata bisa jadi benturan saat kita menjalani proses seleksi sampai akhirnya resmi jadi CPNS. Saya pun menulis ini masih dalam tahap menunggu pengumuman TMT setelah pemberkasan. Jadi mungkin masih ada printilan lain yang bisa saja saya temui nanti.

Beberapa hal yang bisa membuat proses seleksi CPNS lebih sulit khususnya saat pemberkasan ini tidak semua saya alami, tapi berdasarkan yang saya lihat langsung dari teman-teman seangkatan seleksi CPNS 2018.
Sumber : https://www.studilmu.com/blogs/details/3-faktor-penghambat-karir
Saya tulis berdasarkan yang saya tahu ketika menjalani proses di instansi Pemprov DKI Jakarta ya dan saya tambah sedikit dari orang terdekat yang saya tahu langsung melakukan pendaftaran di instansi lain.

Karena setiap instansi kemungkinan memiliki kebijakan yang berbeda.

  • Kesesuaian Nama

Ini yang paling krusial dan ternyata banyak terjadi. Mungkin sebagian orang memiliki nama yang berbeda di berbagai dokumen. Misalnya di KTP menuliskan nama marga, tapi di ijazah tidak dituliskan karena terlalu panjang. Atau double huruf yang juga sering terjadi. KTP menuliskan ‘Anisa’, sedangkan ijazah menggunakan ejaan ‘Annisa’. Hal macam ini akan mempersulit kita saat pemberkasan karena pada proses itu semua dokumen kita akan dilihat dan nama yang tercantum di semua dokumen harus sama. Khususnya KTP, KK, Ijazah, dan surat pendukung lain yang perlu disertakan saat pemberkasan seperti SKCK, Surat Keterangan Sehat Jasmani dan Rohani, serta Surat Keterangan Bebas Narkoba.
Lalu, bagaimana jika berbeda? Nama yang diakui adalah nama yang tertera di Ijazah. Jadi silakan pilih ingin memperbaiki dokumen yang mana. Ada orang yang menyarankan lebih baik ubah KTP daripada ubah ijazah karena prosesnya lebih sulit.
Jadi jika berniat mendaftar CPNS tahun nanti, silakan lihat kesesuaian nama di seluruh dokumen. 


  • Tanda Tangan Legalisir Ijazah dan Transkrip Nilai
Sudah menjadi hal yang wajar proses lamaran pekerjaan dimana pun biasanya menyertakan dokumen legalisir ijazah sebagai salah satu persyaratan. Begitu juga saat proses CPNS. Tahapan administrasi awal yang kebanyakan sudah dilakukan secara full online biasanya hanya mengharuskan kita mengunggah scan ijazah. Meski ada juga beberapa instansi yang masih mengharuskan mengirim dokumen fisik ke almaat tertentu via pos atau langsung datang disamping mengunggah dokumen secara online.

Namun setelah semua seleksi dilewati , dinyatakan lulus,  hingga sampai pada tahan pemberkasan, ijazah hasil legalisir juga diperlukan.
Ini contoh ketentuan pejabat penandatangan legalisir untuk CPNS 2018
Tidak perlu hasil legalisir terbaru. Yang terpenting adalah pejabat yang menandatangani harus sesuai dengan pengumuman yang diberikan. Sepenting itu? Ya.
Setelah proses pemberkasan yang dilakukan secara tatap muka selesai, saya menunggu di teras gedung karena hujan. Saya ga sengaja menguping pembicaraan seorang peserta yang sedang menelepon (entah siapa), dia meminta orang di ujung telepon untuk melegalisir ulang. Karena proses pemberkasan ini lumayan baik hati. Jika kita belum dapat melengkapi persyaratan di jadwal pemberkasan yang seharusnya, panitia memberikan kesempatan kedua beberapa hari setelah itu untuk melengkapi berkas. Tapi alangkah lebih baiknya kalau kita mempersiapkan berkasnya dengan benar kan 😉.

  • Surat Keterangan Sehat dan SKCK

Surat-surat ini akan jadi persyaratan saat pemberkasan dimana pun instansinya. Tapia ada juga instansi yang menjadikan surat keterangan sehat sebagai syarat administrasi di awal lho. Meski dibolehkan hanya tingkat puskesmas dengan biaya murah menurut saya jadi sayang dan buang-buang uang juga kalau tidak lulus. Lagi pula untuk surat keterangan sehat rohani, setahu saya belum ada puskesmas yang bisa melayani. Harus ke RS dan biayanya lumayan juga (bagi saya).
Jadi begini, untuk tahap pemberkasan surat keterangan sehat jasmani dan rohani harus dikeluarkan oleh RS Pemerintah. RS Polri boleh? Boleh. Yang penting masih miliki pemerintah bukan swasta ya. Mungkin tujuannya biar uang yang kita keluarkan ga masuk ke pihak swasta kali yee.
Untuk Pemprov DKI Jakarta yang mengumumkan kelulusan CPNS pada bulan Januari 2019, dokumen surat-surat itu termasuk SKCK harus dikeluarkan pada bulan Januari juga.
Akhirnya saya juga harus bikin SKCK ulang karena SKCK saya dikeluarkan tangga 26 Desember 2018. Lebih nyesek ada juga yang SKCKnya dikeluarkan tanggal 31 Desember 2018. Yaa tetap harus mengurus ulang karena peraturannya begitu.

Untuk SKCK ga terlalu nyesek karena biaya ga terlalu mahal. Beda sama surat keterangan sehat yang lumayan. Dulu saya juga sempat berinisiatif membuat lebih dulu seperti SKCK karena pengumuman yang cukup lama dan khawatir waktu yang diberikan untuk melengkapi berkas singkat. Alhamdulillah bertemu perawat baik di RSUD Ciawi yang menerangkan bahwa pembuatan surat keterangan sehat menghabiskan biaya satu juta lebih disana (akhirnya saya ga buat disini, nanti insyaallah saya ceritakan buat dimana dan dengan harga sedikit lebih murah). Ia menyarankan untuk membuat setelah pengumuman. Meski saya sempat keukeuh ingin buat karena khawatir waktu mepet (hehe ngeyel ya), ia juga meyakinkan bahwa biasanya panitia menyediakan waktu yang cukup.
Jadi, saran untuk surat keterangan dibuat setelah pengumuman saja. Insyaallah waktunya cukup yaa asal mau sibuk dan rada ribet aja. Tohh ujung-ujungnya juga memang harus buat sesuai waktu yang diminta.

  • TMS (hati-hati dengan persyaratan formasi ­­cum laude dan pendidikan)

TMS (Tidak Memenuhi Syarat) adalah pengumuman yang ditakutkan peserta karena berdasarkan pengalaman beberapa instansi mengeluarkan pengumuman ini di tengah-tengah proses seleksi. Entah jeda setelah SKD saat menunggu tes SKB atau lebih parah setelah SKB saat menunggu pengumuman. Kalau dipikir kembali sangat disayangkan kalau kita tidak lulus gara-gara si TMS ini mengingat perjuangan kita menuju tempat tes juga tidak ringan setelah biaya perjalanan apalagi bagi yang di luar kota dan jauh ditambah dengan penginapan. Belum lagi harus meminta izin ke perusahaan tempat bekerja (bagi yang masih bekerja) lengkap dengan alasan yang dibuat-buat karena perusahaan melarang pegawainya mengikuti seleksi CPNS.

Idealnya TMS ini tidak akan keluar jika proses administrasi dilakukan dengan ketat. Namun namanya juga seleksi yang tidak semua prosesnya dilakukan by computer system, pastilah ada ketidaksempurnaan manusia.
Kebanyakan penyebab TMS disebabkan ketidaksesuaian pendidikan dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Misal kita yang lulusan S-1 Pendidikan Kimia mencoba peruntungan mendaftar ke formasi dengan kualifikasi S-1 Kimia.
Banyak juga terjadi di formasi cum laude yang mensyaratkan lulusan PT dan Prodi berakreditasi A saat tahun lulus. Namun pendaftar baru menyadari akreditasi A yang didapat PT/Prodinya adalah yang terbaru. Sementara akreditasi saat ia lulus masih B.
Jadi daripada menyesal di tengah padahal sudah lulus tes, lebih baik jangan coba-coba dan lebih hati-hati ketika membaca persyaratan di setiap instansi maupun formasi. Karena sangat mungkin ditemukan banyak perbedaan.

  • Dualisme grup telegram

Menambah jejaring informasi lewat berbagai akun media sosial unofficial sangat dianjurkan. Banyak informasi tambahan atau tips bahkan pembahasan soal-soal. Begitu juga dengan keberadaan telegram yang mampu memfasilitasi grup dengan ekstra besar pasti seringkali digunakan pada event tertentu. Yaa tak terkecuali di seleksi CPNS ini.
Bergabung di dalamnya? Saya sarankan tidak terlalu penting.
Kecuali kalau kita termasuk orang yang senang bercuap-cuap di grup, atau silent reader bijak yang mampu membiarkan orang-orang berceloteh (yang biasanya itu-itu saja) tanpa berkomentar “coba pembahasannya focus ke informasi CPNS, nanti kalo ada info takut tenggelam”. Karena biasanya isinya lebih banyak menyimpang dari topik.
Apa sama sekali tak ada info tambahan? Ada. Tapi biasanya sekadar asumsi dan biasanya … tak benar dengan kenyataan di lapangan nantinya.
Contohnya ketika hendak pemberkasan, ribut soal map harus menggunakan snelhecter karena khawatir berkas tercecer, padahal pengumumannya hanya mengatakan stopmap. Kenyataannya peserta yang menggunakan snelhecter (kebetulan saat pemberkasan di sebelah saya) malah diminta ganti dengan map biasa.

Sekarang ketika pemberkasan telah selesai, sedang hangat-hangatnya persiapan seragam dan atribut lain seperti nametag. Lagi-lagi malah menimbulkan perdebatan. Yang satu berdasarkan kenyataan di lapangan ketika dia PPL di sekolah. Satu lagi merujuk pada Pergub. Yaa sudah lah tunggu saja pengumuman aslinya. Kayanya lebih tepat biar ga sia-sia kaya SKCK kalau ternyata salah.

Jadi, saran saya silakan saja bergabung dengan grup-grup yang ada kalau takut ketinggalan informasi. Tapi langkah yang kita ambil sebaiknya tetap mengacu pada pengumuman resmi panitia.
Lucu juga kadang membaca tingkah polah orang-orang di grup itu. Ada yang merasa paling benar, ada yang ngegas, ada yang ngademin, yang ngomporin juga banyak.

Sekian sharing tentang hal-hal yang kadang jadi menghambat proses seleksi CPNS khususnya ketika pemberkasan kalau dinyatakan lulus. Semoga ada waktu (ga malas) untuk sharin tentang pengalaman membuat surat keterangan sehat.
Share
Tweet
Pin
Share
7 comments

Sebetulnya bukan pertama kali saya pake moda transportasi commuter line alias KRL yang menjadi sangat berjasa bagi kaum komutasi. Gara-gara pake kereta ini juga saya dapet istilah komutasi dan menyelamatkan saya untuk bisa menjawab soal SKD CPNS kemarin. Tapi pengalaman baik biasanya diikuti pengalaman yang ga menyenangkan.
Biar kebayang rutenya 😅
http://www.krl.co.id/peta-rute-loopline/
Berangkat dari stasiun Bogor menuju Rawa Buntu sama suami. Berarti kita harus naik kereta ke arah Jatinegara/Angke, transit di Tanah Abang dan lanjut pake kereta ke arah Maja/Parung Panjang. Walau kata mba di balik speaker  dengan suara merdu kereta menuju Angke berangkat jam 6.20, kami masuk jam 6.05 semua kursi udah penuh. Dan akhirnya berdiri aja. Toh walau bukan anker (anak kereta) profesional, beberapa kali naik ini biasanya saya kuat kok berdiri minimal sampai stasiun transit.

Entah karena sarapan yang seadanya, atau angin subuh karena sebelum sampai di stasiun Bogor saya dan suami melakukan perjalanan motor dari Caringin (you know Bogor mepet Sukabumi) selama hampir satu jam, atau emang kondisi badan saya yang lagi error karena semalam tiba-tiba insomnia. Baru di Stasiun UI dan penumpang makin padet (selayaknya office hour yee), kaki saya pegel (wajar lahh) dan saya udah mulai pusing, saya lirik jam pantes lumayan juga saya berdiri hampir satu jam.

Makin lama kepala saya pusing dan beberapa orang mulai ngeliatin saya. Waktu itu posisi suami berdiri di belakang buat menjaga hal-hal yang tak diinginkan dan nahan badan biar saya ga kejepit. Saya nengok ke suami buat bilang saya udah ga kuat berdiri dan mau turun aja, pas nengok bener aja kata suami keringet saya udah banyak segede jagung.

Akhirnya kita memutuskan turun dan turunlah kami di stasiun Pasar Minggu. Saya duduk sambil tarik nafas dan akhirnya mau lanjut jalan pake kereta selanjutnya. Kereta dateng, penuh banget, ga ada yang keluar, akhirnya kita ga naik. Kereta kedua, beruntung ada yang dua orang turun dan naiklah kita, walau dengan kondisi bener-bener mepet pintu. Saya ngerasain banget snack yang saya bawa di ransel (saya simpen di depan) remuk waktu pintu keretanya ditutup.

Stasiun berikutnya beberapa orang turun dan bikin kami terlempar-lempar 😅. Parahnya di stasiun Cawang . Waktu itu posisi saya udah agak bergeser, ga lagi persis di depan pintu. Ada sekitar 2 barisan orang menuju pintu, jadi saya kaya baris ketiga gitu. Saya pikir posisi itu aman lah yaa udah lumayan tengah, ga akan bikin saya kelempar-lempar lagi kalau ada yang turun. Ternyata saya salah besar pemirsa. Ketika pintu kereta dibuka, saya baru ngeuh banyak orang yang mau turun di belakang, kanan, kiri saya. Tadinya saya ga bakal turun karena mikirnya udah lumayan tengah tuh, tapi desakan orang-orang yang gilee baru ngerasain saya. Ternyata itu alasan Bapak ngelarang saya nonton Persib di stadion jaman saya SMP lagi seneng-senengnya sama Kosin Hattairatanakool 😂 (ada yang tahu doi?).

Akhirnya otak saya nyuruh saya buat udah keluar aja dulu dari kereta, tapi mungkin karena desakan itu lebih dulu datang dan bikin saya lebih dulu di posisi pintu kereta dibandingkan kesiapan saya buat melangkahkan kaki. Akhirnya … saya jatuh dari pintu kereta ke peron dan lengan kiri saya nahan badan waktu itu.

Bunyinya apa ya? Bluk? Ah ga bunyi sih.
Yang bunyi adalah suara seorang perempuan (kayanya ibu-ibu) “aaa” dan seorang laki-laki yang bilang “dibilangin suruh keluar dulu keluar dulu” tapi suaranya menjauh mungkin dia penumpang yang turun dan langsung pergi aja sambil komentar. Saya ga bisa liat orangnya karena posisi kepala saya ngadep lantai peron saat itu.

Saya berdiri dibantu suami yang ga jatuh sih karena mungkin dia lebih siap. Tadinya mau diem dulu karena masih kaget. Eh tapi ngapain kaya orang bego. Langsung berdiri aja dan masuk kereta lagi dengan cueknya. Ada malunya dikit tapi lebih banyak dongkolnya. Penumpang yang masih di dalam kereta juga diem aja. Masih penuh walau ga sepadat tadi karena cukup banyak yang turun.

Salahnya mungkin karena kami bukan anker asli ya jadi ga tau budaya di kereta itu kaya apa. Kalau kita di dekat pintu, ingat ya DEKAT pintu, bukan cuma DEPAN pintu, mending turun dulu buat kasih jalan sama yang mau turun. Karena kondisi kereta padet betul bikin ga bisa gerak sama sekali. Yaa memang harus begitu. Kalau saya tiap hari naik kereta ini mungkin saya bakal tahu aturan kecil macam itu. 

Jam menunjukkan hampir jam 9 saat itu. Mungkin orang makin ganas dikejar waktu masuk kantor demi ga kena potongan gaji kali ya. Sampai rela lohh nyikut, dorong, atau slading orang pakai badan tanpa permisi, maaf, dan tanpa merasa bersalah. Dan sudah dianggap ... wajar.

Saya ga mau komentar tentang ganasnya Ibu Kota karena isi kereta dari stasiun Bogor itu entah darimana aja. Tapi cukup saya jadi belajar juga tentang kondisi kota ini. Dulu pernah ada temen yang bilang “saya udah ga minat the buat tinggal di Jakarta”. Padahal doi berasal dari suku yang terkenal suka rantau.

Memang ga ada yang mengundang orang buat tinggal disana. Tapi beberapa bulan ke depan, karena kondisi saya pun mau tidak mau harus tinggal di daerah pinggran kota itu 😣. Jujur jadi deg-degan karena kejadian ini 😭. Meski sebetulnya ga adil kalau menilai kehidupan Jakarta hanya dari pengalaman KRL. Masih ada keindahan yang bisa diambil seperti yang direkan babang Mada Riyanhadi di IGnya. Ga nyambung ya😅. Sebelum kejadian ini saya masih takut buat tinggal disana dan kadang suka liat video itu buat sedikit menghibur diri.

Ga adil juga menggeneralisir anker sebagai orang yang … angker. Sebelumnya pernah juga naik dari Depok menuju Jakarta Kota jam empat subuh. Kaget juga saya jam segitu kereta udah penuh layaknya pagi hari. Sekitar di Manggarai udah mulai pada turun tapi saya masih berdiri. Ada seorang bapak muda yang manggil saya karena tempat duduk di depannya kosong. Alhamdulillah jadi terharu 😭.

Kereta sudah sangat sepi dan menyisakan beberapa penumpang aja (setelah Gondangdia kalau ga salah). Bapak itu masih ada dan duduk agak jauh tapi masih bisa saya dengar. Dia ngajak ngobrol hal standar, turun dimana, mau kemana, kerja atau sekolah. Kemudian bapaknya pamit dan turun duluan.
Bukti masih ada kok orang baiknya.
 😇😇😇
Cuma yang ga habis pikir itu … kalo ga nolongin, setidaknya ga usah ngatain gitu lho. Mengingatkan ga gitu caranya.
Kadang masih dongkol, tapi ya sudah lah. Yang saya alami mungkin karena lagi sial atau jadi semacam penggugur dosa untuk dosa yang terlalu banyak ini. Jadi pelajaran aja untuk tetap mempertahankan budaya kata maaf, permisi, dan terima kasih. Sepanjang perjalanan itu aja yang dibahas sama suami. 
Semoga Allah tetap mengingatkan kita agar tetap jadi manusia yang memanusiakan orang lain. Aamiin



Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

Widya P Suharman

Melankolis-Plegmatis
Ibu dari satu anak kandung dan Ibu dari puluhan siswa

Popular Posts

  • Membuat Surat Keterangan (Suket) Sehat Jasmani dan Rohani Serta SKBN di RSUD Cibabat
    Saat melamar pekerjaan atau mendaftar sekolah (biasanya kedinasan), ada instansi yang mensyaratkan surat keterangan (suket) sehat jasmani ...
  • Penghambat Seleksi CPNS
    Sekali lagi ya, jadi PNS itu bukan cita-cita semua orang. Bukan juga cara cepat biar kaya karena penghasilannya biasa saja. Masih banyak pe...
  • Dua Manusia Yang Salah Sangka
    “Nikah deh, nanti bakal tahu rasanya gimana.” Seolah tidak     merasakan bagaimana sumpeknya jadi jomblo yang tiap lebaran ditanya...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 3 - SKB) #2019goestoASN
    Ada empat orang yang nilainya melampaui  passing grade  SKD, tapi yang lolos ke SKB maksimal 3 X formasi. Karena formasi Guru Kimia di SMA ...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 4 - Pemberkasan) #2019goestoASN
    Sebulan lebih menunggu pengumuman hasil integrasi SKD-SKB yang menjadi penentu kelulusan seleksi CPNS (tentang proses SKB 👉 bisa buka ini...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 2 - SKD) #2019goestoASN
    Setelah kemarin nulis tentang bagaimana mencari formasi yang sesuai dengan latar pendidikan sampai dengan tahapan seleksi administrasi (kl...
  • Seangker Itukah Anker ??
    Sebetulnya bukan pertama kali saya pake moda transportasi commuter line alias KRL yang menjadi sangat berjasa bagi kaum komutasi. Gara-ga...
  • Malu Bertanya, Motor Tertahan, Uang Melayang, Pengalaman
    Kejadian ini hanya dilakukan oleh profesional. Jangan ditiru jika ada anda belum cukup sabar. *padahal kayanya banyak yang ngalamin lebih ...
  • Sepuluh Hari Pertama Jadi Istri
    Pekan lalu, tepatnya Minggu 1 Juli 2018 saya melepas lajang 💑. Ada sedikit penyesalan ... kenapa ga dari dulu 😅. Tapi, tetap aja masih ad...
  • Jangan Asal Speak Up
    Peran manusia sebagai makhluk sosial menuntut kita untuk bisa berkomunikasi secara sosial, entah lewat tulisan atau yang lebih seringkali k...

Blog Archive

  • ▼  2022 (1)
    • ▼  September 2022 (1)
      • Menyusun LK 3.1 Best Practice (PPG Dalam Jabatan 2...
  • ►  2019 (10)
    • ►  May 2019 (1)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (6)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (16)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  July 2018 (2)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  March 2018 (5)
    • ►  February 2018 (4)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (4)
    • ►  September 2017 (1)
    • ►  August 2017 (2)
    • ►  July 2017 (1)
  • ►  2016 (9)
    • ►  September 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (1)
    • ►  April 2016 (4)
  • ►  2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
    • ►  March 2015 (1)
  • ►  2014 (8)
    • ►  August 2014 (2)
    • ►  July 2014 (1)
    • ►  June 2014 (2)
    • ►  April 2014 (1)
    • ►  January 2014 (2)
  • ►  2013 (26)
    • ►  December 2013 (4)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (1)
    • ►  August 2013 (3)
    • ►  June 2013 (2)
    • ►  April 2013 (1)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (3)
  • ►  2012 (22)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (1)
    • ►  October 2012 (1)
    • ►  September 2012 (2)
    • ►  August 2012 (3)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  June 2012 (9)
  • ►  2010 (2)
    • ►  April 2010 (2)

Categories

  • cerita guru (1)
  • cerita PPL (1)
  • corat-coret (37)
  • kuliah (2)
  • meluangkan waktu (3)
  • nyastra (2)
  • opini (36)
  • perjalanan (6)
  • The Journey of Emak-emak (9)

Created with by ThemeXpose . Distributed by Weblyb