Powered by Blogger.

Pages

  • Home
facebook twitter instagram

Widya's Babble

Self Reminder. Bukan berarti sudah baik.


Menjadi manusia itu gampang-gampang susah. Gampang kalau kita mengikuti aturan baik agama, norma sosial, dan hukum yang berlaku di suatu daerah tersebut. Sulit jika ditinjau dari segi interaksi sosial. Lho ko sulit? Lebay nih ah. 

Interaksi sosial itu memaksa kita, mau tidak mau, berbenturan dengan berbagai manusia yang memiliki karakter beragam, dibesarkan oleh orang tua dan pola pengasuhan yang tak sama, serta berbagai pengaruh yang diterima manusia-manusia tersebut juga akan berbeda.

Lalu bagian sulitnya? Memang tak ada pelanggaran apa pun yang kita lakukan. Tapi sayangnya, jika kita tak mau peka, atau mungkin acuh tak acuh dengan orang lain ada beberapa hati yang tanpa sengaja jadi tergores *cielee.

Pasti pernah denger kan tulisan-tulisan yang mengajak kita untuk menghindari pertanyaan atau pernyataan basa-basi macam
"Kapan lulus?"
"Kapan nikah?"
"Udah isi belum?"
"Ihh jalan-jalan mulu. Oleh-oleh ya jangan lupa."
"Traktir dong yang ulang tahun."
Memang kenapa perlu dihindari? Baper deh ah. Oke mungkin kita akan sama-sama belajar ketika ada di posisi orang tersebut.

Dan sekarang muncul juga nih istilah kekinian yang justru membuat kita merasa tidak membuat kesalahan.
Sumber : http://puan.co/wp-content/uploads/2017/03/20170330_pasukan-perempuan-perempuan-nyinyir-yang-langsung-kepo.jpg
  • "Lebay deh"
Kalimat yang biasa kita ucapkan sebagai tanggapan curhatan teman yang ditegur si boss. Atau melihat situasi yang tidak sesuai standarmu. Atau berbagai kondisi lain yang membuat kamu berfikir "Ini orang kenapa sih. Biasa aja kali"
Kalimat tanggapan itu sudah biasa kita dengar bahkan dibaca tadi di awal tulisan. Karena sudah terbiasa itu membuat kita jadi mafhum terhadap kalimat tersebut dan ikut menyalahkan si objek yang dituduh lebay. Padahal kalau mau menelisik ke dalam, apa salahnya berempati dengan cerita teman meski menurutmu itu biasa saja dan sering terjadi. Karena bisa jadi kondisinya berbeda dan kalian adalah manusia yang berbeda. Semua kesulitan itu memang relatif tapi rasanya sama. Kita tidak bisa menilai sesuatu secara egois dari standar diri kita sendiri.

  • "Ah paling juga orang nyinyir"
Istilah nyinyir juga mirip dengan lebay. Booming karena katanya fenomena iri dengki yang merajalela. Suruh siapa pamer sana-sini. Media sosial dan ucapan penuh dengan kesombongan. Setelah ditegur orang karena sedikit melenceng, malah balik menyerang. Atau kondisi lain lah ya. Itu cuma contoh. Tapi entah karena hati kita udah batu atau iman lagi lemah sampai setan nyusup dengan perasaan tinggi hatinya itu. Kita jadi tutup mata dengan kritik dan nasihat orang. Entah lewat ceramah ulama, teguran teman, atau status orang yang kesannya nyindir kita banget, padahal dia ga tau urusan kita sama sekali. Kadang kita jadi mengabaikan teguran alam dengan bersembunyi dibalik istilah nyinyir. Padahal bisa aja emang apa yang dia bilang ada benernya, cuma kita tolak dengan istilah itu.

  • "Kamu mah baperan"
Niatnya kan cuma bercanda. Ko serius banget sih. Berani ga bercanda sama dosen pembimbing "Pak, keteknya basah tuh." ?? Ya kali gila jangan bandingin sama dosbim lah. Nah, justru disini belajarnya. Kenapa kita ga berani bercanda gitu sama dosen karena kita tahu level bercanda yang tadi udah berlebihan. Terus ko kita pinter banget menempatkan diri kita depan dosen, tapi lupa menempatkan diri depan temen? Karena kadang ngerasa udah deket banget, ga perlu ada yang dijaga lagi. Ya kalau semua orang sewoles itu. Sepengalaman saya sih, ga semua orang kaya gitu. Pernah ga nemu orang yang doyannya bercanda mulu tapi sekali dibercandain terus malah jadi pundung? Coba inget-inget. Entah oleh kamu atau ga sengaja kamu jadi saksi perbuatan temen yang lain. Bukan mau nyalahin kalau orang itu baperan. Tapi yaa perlu belajar. Kita ga bisa menempatkan orang semau kita karena dalih "ahh santai aja sama dia mah".

Jadi, ga boleh pake ungkapan itu? Itu pilihan ya. Sama aja ketika kamu masih ngerjain skripsi setelah kuliah enam tahun, saat yang lain udah kerja atau bahkan udah ada yang bawa buntut (red. anak), terus ada yang tanya "kapan lulus?", apa rasanya? Cuma belajar berempati aja sebelum ngomong sesuatu.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Lagi viral yang nikah dengan biaya 50jt aja. Sebetulnya berapa pun biayanya bisa aja, tergantung prinsip dan keinginan kita seperti apa. Apa kita menyikapi pernikahan sebagai suatu awal ibadah atau ada niat lain.

Sebetulnya "pesta pernikahan" juga melibatkan banyak kepala. Kadang ada beberapa orang tua yang pengen ini itu yang bikin proses persiapan jadi makin lama atau makin mahal karena berbagai permintaan 😑. Tapi, alhamdulillah kalau orang tua woles dan silahkan aja gimana anak-anak kaya saya, persiapan jadi bisa makin cepat dan murah 😆. Apalagi pihak suami dan keluarga juga ga ada permintaan apa pun sama sekali. Alhamdulillah punya keluarga sesantai itu.

Kali ini pengen cerita tentang persiapan dan realisasi pernikahan saya kemarin, 1 Jui 2018. Barangkali ada yang sedang persiapan 😋, ambil baiknya, buang buruknya, jangan dihujat karena insyaallah ini pertama dan terakhir jadi ga akan ngalamin lagi kecuali nikahin anak nanti 😄.
Sertifikat Halal 😆
  • Tempat (Atau kerennya sih venue)
Agak jiper juga kalau bilang venue mengingat tempatnya cuma di aula sekolah. Hasil survey? Iya. Tapi bukan sengaja keliling kota tamasya demi cari venue. Jadi kalau memang sudah merasa akan menikah (taunya darimana? Ketika kita sudah mulai dapat undangan ya), maka ketika datang kondangan jangan cuma makan lalu pulang. Minimal sambil liat-liat venuenya gimana. Kalau ada business card dari vendor, ambil. Nah begitu juga ketika milih tempat ini. Saya bukan tipe yang sering kondangan banget tapi pernah lah beberapa kali dan kasih tanda tuh yang enak dimana. Yang ga enak juga perlu diingat beserta setiap alasannya. Dapat tempat ini pun hasil dari kondangan temen, nyontek gitu ceritanya. Sebetulnya ada satu lagi pilihan bahkan direkomendasikan sama orang tua. Alasannya karena lebih deket dan akses yang gampang dijangkau karena di pinggir jalan banget. Tapi saya pribadi kurang suka sama tempat itu karena terlalu gersang dan panas. Justru karena di pinggir jalan itu jadi bikin suasananya terlalu berisik dan ga enak buat makan. Akhirnya menjatuhkan pilihan pada aula MAN 1 Bandung karena meski posisinya agak ke dalem gitu, tapi suasananya malah lebih adem, sejuk, dan enak aja gitu dipake makan. Karena tamu pasti pada makan-makan dong. Selain itu, parkirnya juga lumayan enak dibanding gedung yang direkomen sebelumnya. Dan yang paling penting, harganya terjangkau dibanding gedung-gedung lain di pusat kota. Harganya 4,5jt untuk sehari pakai standar nikahan ya sampai jam2an dan termasuk kursi 100 biji plus meja 10 buah. Booknya lebih cepet lebih baik. Kemarin saya book empat bulan sebelum. Itu pun tanggal yang saya mau udah booked, akhirnya maju ke seminggu sebelumnya. Mengingat keluarga saya bejibun jumlahnya saya juga ga tau kondisi di lokasi sehectic apa karena sibuk salaman tanpa henti di pelaminan.

Jadi apa jadi bahan pertimbangan saya buat milih tempat ??
- Harga (as always yang pertama)
- Jarak dari rumah
- Akses transportasi umum buat tamu
- Kenyamanan buat tamu
- Parkir
- Kapasitas orang

  • Make Up, Dekor, Foto, Entertain (Borong coyy)
Proses nyari vendor ini awalnya dilema. Mau pisah-pisah karena sempet pengen dimake up sama temen SMA, tapi duhh harganya selangit karena doi udh jadi MUA papan atas, hiks. Akhirnya ya udah cari wedding service yang bisa menyediakan one stop service. Alasannya biar lebih murah dan enak komunikasinya karena kita yang tanpa WO ini ga perlu repot hubungin banyak vendor. Cukup satu dan dia yang akan handle semua. Kekurangannya yaa kadang kita ga puas sama salah satu komponennya. Tapi kalau budget minimal ya jangan pengen segala sempurna dong ya. Harus mau menurunkan ego untuk berdamai dengan ketidaksempurnaan. Dapat ini hasil search dari ig, janjian ketemuan, tanya harga sesuai kebutuhan kita, tawar-tawar, lalu pulang lagi. Mikir gimana ya mau diambil aja apa cari vendor lain. Sementara waktunya udah tinggal empat bulan lagi. Mikir karena pengen dapet harga yang lebih murah sebetulnya. Akhirnya konsul sama temen yang nikah setahun lalu, dia bilang segitu udah cukup murah.  Pake jurus tawar dikit dan saya delete beberapa komponen yang kayanya cuma nambah budget, kaya lengser dan siraman karena saya maunya cuma ada pengajian aja. Sejak memutuskan ke satu vendor itu, langsung unfollow semua akun vendor lain biar ga galau 😅. Nama vendornya ANS Wedding Service.

Over all, murah dan lumayan bagus make upnya. Saya ga minta baju baru tapi dia bikinin, padahal di awal perjanjian kita pakai baju ready stock 😆.

Dekornya standar harga nawar 😂. Saya juga maklum sih dengan harga segitu masih mending mereka bikinin photobooth coba.

Fotografer dan videografernya juga oke. Liat dari video clipnya juga lumayan. Cuma wadaw thumbnailnya wajah saya serius? 😅 *ya kali wajah Mamah kan yang nikah siapa. Saya juga belum liat hasil foto lainnya juga. Cuma dari videonya saya suka bagian awal, kalo ke bagian tengah tonenya udah mulai terlalu warm gitu. Apa lah ga ngerti tentang fotografi 😅.
https://youtu.be/m2ybZCxcKAY

Yang bikin kecewa justru entertainnya. Si saya ga terlalu cerewet masalah make up dan hal besar lain tapi justru paling hati-hati sama yang satu ini. Awalnya pengen kecapi-suling eh ko pas briefing h-7 mereka bilang pop sunda 😱.  Bilangnya semua kecapi-sulingnya udah full booked. Nooo. Kalau pop sunda jatohnya tetep aja bakal dancai shayyy. Bukan anti sama dangdut ya. Wagelaseh saya penggemar Via Vallen waktu perform di ICA Net 5.0. Tapi kalau kelas gini mah biasanya ... 😅 ya gitu lah. Udah wanti-wanti biar itu biduan pake baju sopan dan jangan nyanyi lagu yang aneh-aneh. Realitanya ... para bibi sama uwa pada goyang coyy 😑. Ampuun. Vendor leadernya naik ke pelaminan dan berbisik "neng, itu mah request-an keluarga ya. Kita ga bisa nolak ga enak" setelah berkali-kali si saya lirik panggung mulu. Rasanya pengen bilang "ya makanya dari kemarin saya cerewet pengen kecapi-suling karena ga pengen kaya gini 😠😡". Suami nenangin dengan bilang "ya udah sih nyenengin keluarga juga kan". Ya udah lah ada benernya 😑😂😅.

Evaluasinya mungkin saya kurang cerewet kali ya, jadinya apa yang kita pengen miss gitu lho di pihak vendornya. Padahal mereka udah bagus dan sangat membantu banget dari mulai persiapan sampai hal detail banget kaya mahar nantinya harus ada yang megang setelah proses simbolis, jangan sampai asal simpen.

  • Catering
Nah ini sih ga bisa banyak cerita karena bibinya Bapak buka usaha catering, jadi saya bener-bener minta tolong aja sama beliau. Kasarnya cuma ngasih modal doang itu juga kayanya masih dikasih diskon deh. Aslinya harganya berapa saya juga ga berani tanya, takut ngerasa bersalah 😆. Dan alhamdulillahnya banyak sodara yang ngisi food stall juga, jadi makin lumayan kebantu banget tuh. Food stall itu apa? Food stall itu makanan sampingan selain buffet yang utama ya.

O ya sedikit tips dari hasil ngobrol sama Nenek saya itu (bibinya bapak) jadi ketika nentuin jumlah pax yang akan kita pesan itu adalah 2 kali jumlah undangan. Kenapa? Karena yang dihitung adalah jumlah orang yang makan dengan estimasi setiap orang yang kita undang akan bawa pasangannya. Tapi untuk food stall biasanya cuma disediain 1/3 dari jumlah pax yang kita pesen. Tapi tenang aja biasanya jasa catering gini udah nentuin PL harga per pax plus makanannya apa aja rinci dengan food stallnya juga. Jadi kita bisa pilih sesuai mau dan budget kita. Bagi yang pengen tanya2 harga catering Nenek saya bisa hubungi saya aja ya 😊.

  • Undangan
Ini pun sama halnya kaya catering. Menantu bibinya bapak punya kakak yang buka usaha percetakan, akhirnya saya cuma kasih modalnya doang dan minta tolong cetakin. Masalah desain, jenis kertas, dan sebagainya saya angkat tangan. Pokoknya tau jadi dengan hasil simpel banget, karena harganya juga yang miring banget 😆. Prinsip saya dalam milih undangan sih karena budget minim dan ga bisa kasih undangan awet macam kipas, goody bag atau bentukan lain yang bisa bermanfaat, maka yowes yang murah aja karena toh akan orang buang juga.
Simple tiada dua 😆
E-invitation saya dapat gratis dari teman kantor dan hasilnya lucuuu bangeeet 😍. Bisa kontak di ig @vdesign.concept. Suka pokoknya. Proses designnya saya disuruh cari referensi design undangan yang dipengenin. Saya cari-cari tuh dan akhirnya saya menggabung 3 contoh undangan jadi satu undangan yang saya mau. Saya konsultasikan keinginan dan jadilah ...
Dikasih ukuran buat full screen dan ukuran 1:1 buat post IG sebetulnya 😊
Keberadaan e-invitation ini sangat sangat membantu. Karena saya adalah manten yang merangkap segala tugas sampai kurir undangan juga (untung hari H ga rangkap jadi tukang parkir) agak repot kalau harus semua pakai undangan fisik. Beberapa teman yang sudah saya kirim e-invitation lalu saya minta alamat buat kirim undangan fisik menolak katanya udah cukup, kebanyakan mereka yang gini udah nikah dan pernah mengalami riweuhnya sebar undangan yang nambah keriweuhan besar lainnya.

  • Souvenir
Cari souvenir mulai dari survey langsung ke Baltos serta search di ig dan shoopee. Akhirnya nemu juga souvenir pouch kulit gitu dari akun shoopee souvenirunikterbaru atau kalau mau liat ignya di @souvenirunikterbaru, yang menurut saya udah paling murah dibanding tempat lain. Pelayanannya juga cepat dan sabar ngadepin maunya konsumen. Harganya pouchnya 5k per buah untuk order minimal 300 biji dan udah termasuk emboss inisial nama mantennya. Mau design sendiri juga bisa.
Ketika acara selesai, temen kantor ada yang chat minta souvenirnya lagi, tapi udah ludes 😩🙏
Pertimbangan pemilihan souvenir menurut saya pertama tetap harga sesuai budget yang ditentukan sejak awal. Dan kalau saya lebih pilih benda yang bisa bermanfaat, kan undangan udah kebuang tuh. Tapi tetap balik ke maunya pribadi masing-masing juga ya. O ya dan jumlah yang saya pesan itu lebih dari undangan. Kenapa? Karena saya estimasiin juga orang yang sekiranya akan datang walau diundang via e-invitation atau undangan yang saya gabung. Misal teman kantor yang undangannya ga saya sebar per orang tapi cukup per divisi, saya hitung aja kira-kira siapa aja yang bakal dateng. Belum lagi saudara yang diundang langsung tanpa undangan fisik yang pasti bakal dateng juga.

  • Box Seserahan + Box Mahar
Sebetulnya ini ga terlalu krusial, tapi sekalian saja saya share karena dapat yang muraaaah bangeet. Sepanjang jalan kenangan, eh sepanjang perjalanan saya nyari sana sini (saya search di ig sih) rata-rata harga sewa box seserahan itu 50k++/box. Dan saya nemu yang harganya 25k/box ... 😚👏👍 dan kabar baiknya ga kalah cantiknya kok sama yang harga di atasnya, bagi saya sama aja akrilik atau mika 😅. Sayang lagian kalo mahal-mahal. Saya nemu di ig @seserahanbdg.bysofia
Foto kiriman tetehnya. Barang-barang yang semula tumplek di trash bag berubah jadi cantik 😆
Tetehnya bageur pisan. Dari teteh itu pula saya dapet info tentang henna artist yang murah tapi rapih pisan, saya ceritain nanti di bawah ya.
Ini setelah ditutup mika
Biar ga bolak-balik saya juga sekalian sewa box mahar buat perhiasannya. Harga sewa box mahar perhiasannya 30k. Tapi sayang ga ada box cincinnya di tempat ini.

Ini kotak perhiasannya. Kualitas foto kiriman tetehnya mah oke ya, beda sama si saya 😅
Sedikit cerita tentang seserahan, isi seserahan saya bener-bener simpel dan isinya barang pribadi semua. Jadi ga ada tuh bawa-bawa selimut yang gedenya nyusahin yang bawa. Apalagi sampai bawa kompor dan isi dapur. Kenapa? Ya pertama biar simpel. Kedua, sayang aja kalau udah beli terus ternyata ada yang ngasih kado benda yang sama 😆. Dan kalo pun ga ada yang kasih, tinggal beli aja di tempat tinggal kita nanti. Apalagi kaya saya yang bakal pindah kota dari tempat nikah. Repot juga pindahan bawa barang banyak.

Tips saat beli seserahan ala saya adalah belanja online dengan memanfaatkan marketplace. Kenapa online? Lebih praktis, ga perlu keluar ongkos dan tenaga buat jalan. Kenapa memanfaatkan marketplace? Karena biasanya banyak promo kaya diskon atau gratis ongkir seperti di shoopee. Saya beli online semua kecuali sepatu soalnya takut ga cukup karena biasanya beda brand beda ukuran juga. Rajin pula pantengin ig @katalogpromosi dan berbagai info promo lain biar tau updatean kapan lagi ada diskon. Intinya manfaatkan segala jenis promo dan diskon 😆😅.

Eh jadi seserahannya beli sendiri? Iya. Saya dikasih duitnya aja. Alhamdulillah MaMer saya orang yang sangat woles. Jadi katanya mending saya yang beli biar sesuai kebutuhan dan selera saya. Karena banyak kasus barang seserahan ga kepake karena istrinya ga suka terutama barang yang dipake pribadi.


  • Cincin Kawin
Kita tahu kan dalam Islam laki-laki itu ga boleh pakai emas. Soo, karena bagi saya ga adil dong kalau cuma saya yang pake cincin sementara Aa dianggap jomblo terus, saya keukeuh pengen beli cincin kawin terpisah dari mahar yang bukan dari emas. Tanya PL ke berbagai onlineshop untuk harga cincin paladium ternyata mahal syekali, meski memang bisa dijual lagi. Per gramnya hampir sama kaya harga emas putih. Dan kalau mau beli sepasang itu kita harus beli 10 gram (masing-masing 5 gram) dengan budget kisaran 3-5 juta waktu itu. Wahh sayang dong. Akhirnya cari lagi bahan lain yang lebih murah. Nemu titanium yang harga sepasangnya cuma dibawah 200k di ig @cincin.couple. Lumayan buat tanda bahwa kita udah taken.
Suami lagi ke Bogor, jadi cincinnya sendirian 😅

  • Box Cincin Kawin
Karena kita beli cincin kawin tanpa boxnya dan di tempat sewa box seserahan juga ga ada, maka saya cari lagi box cincin di ... shoopee (seperti biasa, hehe). Kenapa beli? Karena lumayan setelahnya bisa saya pake buat kotak perhiasan juga 😎 (😂 gaya ya kaya yang mau koleksi perhiasan aja). Akhirnya dapet di shoopee akun earthwood (ga nemu ignya) dengan harga 150an aja, dari kayu sih tapi udah dihias dan dikasih nama juga. Setidaknya lebih murah dibanding box terrarium dengan harga yang sama tapi masih kosong tanpa hiasan apa-apa.
Plus nama juga di bagian tutupnya

  • Guest Book
Tadinya mau beli buku tamu yang udah ada aja di pasaran. Tapi rasanya pengen yang lebih berkesan. Awalnya pengen guest book dari box kayu dan nanti tiap tamu dikasih kayu bentuk hati gitu buat tempat tanda tangan terus dimasukin ke frame gitu, setelah selesai bisa jadi pajangan. Tapi mahal euy, habisnya bisa 500k-an. Akhirnya yowes paper based aja dan nemu yang agak murah di @sumewadesign pesennya di shoopee biar gratis ongkir (teteeep ya) dengan harga 90k saja.
Maafkan saya yang ga bisa foto-foto 🙏
Jadi kalo direview, saya ngerasa seneng liat printilan-printilannya dibanding hal yang besarnya 😂. Tapi, ya udah lah ya. Masa mau diulang 😅. Segitu paling yang diinget dan mungkin ini beberapa catatan penting selama persiapan nikah
  • Persiapan nikah itu dilakukan jauh sebelum kita siap. Jadi jangan ngerasa geli buat intip vendor meskipun kita  ngerasa belum mau atau belum siap.
  • Jangan ngerasa gengsi ketika ngobrolin biaya nikah sama calon suami. Karena ini kan juga acara kita berdua. Kami hitung anggaran dari mulai tempat, catering, make up, dekor, foto, hiburan, sampai undangan dan souvenir yang bakal kita tanggung sama-sama (di luar seserahan dan mahar ya karena itu memang pemberian dari pihak laki-laki). Setelah dapat jumlahnya cari kesepakatan deh mau dibagi masing-masing berapa persen. Terbuka juga masalah penghasilan dan pengeluaran bulanan biar kita tahu berapa perkiraan saving money masing-masing dari kita tiap bulannya hingga menuju hari H.
  • Fokus tujuan dan kuat prinsip. Jangan mudah tergoda atau pengen kaya si A,B,C tapi duit ga mumpuni. Kalau mulai goyah, inget lagi tujuan nikah itu ibadah. Dan tujuan resepsi itu hanya memberi kabar pada orang tentang pernikahan kita. Selebihnya biasanya permainan gengsi dan nafsu duniawi.
  • Inget juga kehidupan setelah resepsi. Nikah itu bukan cuma sehari lalu beres. Jangan sampai setelah nikah kita ga punya pegangan uang sama sekali. Jadi di awal, alokasikan dana buat kehidupan selanjutnya. Kalau bahasa saya, minimal buat beli kasur harus ada. Dan ketika tabungan udah kumpul semua, kunci dana kehidupan awal itu, jangan diutak-atik lagi. Kalau saya sama Aa, biasanya sambil diskusi persiapan nikah, kita sambil bercanda tentang rumah atau kendaraan yang kita pengen. Kalau udah inget sama hal besar gini, biasanya naluri jajan akan menurun dan naluri nabung makin meningkat.
  • Siapkan dana kepentingan pribadi. Maksudnya dana untuk acara yang tidak ditanggung berdua. Seperti pengajian atau siraman. Saya lebih milih pengajian tanpa siraman biar lebih hemat. Karena kalo siraman kita juga perlu sewa dekornya juga.
  • Siapkan juga dana tak terduga. 😅😅😅 Ini sih yang bikin ketawa. Anggarinnya berapa ternyata membengkak sampai berapa. Hmmm. Intinya jangan kaget dan harus ikhlas dengan segala pengeluaran yang tak direncanakan itu. Karena awalnya saya memang ga nganggarin buat saweran, angpau buat orang-orang yang bantuin, hansip, petugas kebersihan, dan segala macam pengeluaran lain yang cuma puluhan ribu tapi sering heuuu.
  • Pakai Wedding Planner ga? Budget dikit mah plannernya kita aja ya. Jadi, jangan heran kalau ngerasa cape, lelah, bosen, yang berdampak pada ketidakstabilan emosi. Keuntungan pake Wedding Plannner apa? Setau saya mereka membantu perencaan pernikahan buat cari vendor sesuai dengan konsep yang kita mau. Jadi kalau kita ga sibuk-sibuk amat dan masih punya waktu buat hunting vendor sih ya lakukan sendiri aja.
  • Pakai WO ga? No juga. Saya punya keluarga besar yang sangat peduli dan mau membantu dengan senang hati. Jadi, saya minta tolong salah satu adeknya bapak buat jadi ... istilahnya korlap acara deh buat mantau semua vendor ga mengalami hambatan ketika menjalankan tugas di hari H. Berhubung saya merangkap planner juga, semua konsep ada di saya, sementara saya harus stand by di pelaminan, saya juga nunjuk adek buat jadi "kaki tangan" saya selama acara. Kita komunikasi pake app Zelo (semacam walkie talkie ya) dan si adek pake handsfree jadi dia bener2 stand by dapat arahan dari saya. Itu ekspektasi. Realitanya saya bener-bener ga sempet pegang hp sama sekali 😅.
  • Manfaatkan teknologi semaksimal mungkin biar ga terlalu cape. Saya cari vendor pure pake bantuan internet saja. Barulah ketika nemu yang sekiranya bakal deal nih, kami ketemuan dan ngobrol lebih intens.
  • Acara nikah itu bukan bertujuan menyenangkan semua  pihak ya. Maksudnya kita ga bisa memuaskan semua orang. Jadi kalau ada tanggapan negatif dari orang, cuek aja 😜. Bukan maksudnya ga terima kritik, tapi kalau mereka kasih kritik setelah nikahan dan kita ga berniat ngulang 😅 kan kita juga ga bisa apa-apa.

PS : Bagi yang lagi cari henna. Awalnya saya ga berencana pake henna. Tadinya udah beli nail art ready stock warna putih dan mau pake itu aja, karena make upnya cuma muka sama hijab doang ya. Rencananya buat akad aja karena baju resepsi saya warna peach takut ga nyambung kan kalo nail artnya warna putih. Tapi ketika kontak2an sama teh sofi dari box seserahan, liat profpic foto nikahannya lagi pake henna marun ko rapih banget dan detail gitu. Akhirnya tanya dan dapet no kontak @iinhennabdg yang menurut teh sofi emang rapih dan murah harganya. Tapi ga sempet foto 😢😩.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Pekan lalu, tepatnya Minggu 1 Juli 2018 saya melepas lajang 💑. Ada sedikit penyesalan ... kenapa ga dari dulu 😅. Tapi, tetap aja masih ada kangen masa gadis. Emang ga bahagia jadi istri? Justru lebih bahagia dibanding sendirian. Bingung ya? Iya, sama 😆.

Jangan tanya gimana capeknya proses nikah ya. Cukup satu kali aja 🙅. Dengan proses sesederhana itu saja, rasanya pengen cepet jam 2 🕑 siang aja (batas waktu resepsi selesai). Dari 12.30 udah mantengin jam di sebrang pelaminan terus. Tamu ga berhenti, kalau lagi kosong si fotografer nyuruh pose mulu.
Beberapa kali mas fotografernya bilang "teh, senyumnya lebih tulus ya".
Ga tau aja dari tadi pengen rebahin punggung yang panas 😒.

H+1 sampai H+3 full di rumah. Istirahat? Iya sambil beresin juga. Karena dari H-3 sampai H+2 keluarga Ibu dari Cilacap datang ke rumah yang seuprit ini. Jadilah kedatangan tamu yang cuma beberapa gelintir aja terasa rame. Tapi seru. Karena sepupu punya putri 17 bulan yang lagi lucu-lucunya. Walau mereka lebih banyak jalan-jalannya selama di Bandung, tanpa kita 😆. Jahat ya. Soalnya kami lagi riweuh maafkan ya 🙇. Baru di H+3 lho kita tidur sekamar. Ngobrol tentang keinginan masing-masing. Terutama keinginan Aa buat punya rumah sendiri. Sementara saya masih ngerasa cape dan butuh waktu ngarenghap (red.menghela nafas). Makanya ga ada bulan madu dalam kamus Aa 😅, karena mending uangnya ditabung aja 😆. Iya iya, A.

H+4 giliran kami yang refreshing. Segala kelelahan ini butuh bayaran coy. Saya dan Aa plus Mamah, Bapak serta adek melepas penat sejenak. Yang murah aja. Kita makan aja di Punclut yaa 🍛🍗🗻 lumayan ga nyampe 200k buat berlima lho.

H+5, hari Jumat mulai beredar. Mulai dari meet up sama tamu jauh dari Tanjung Uban plus ummi atasan jaman di BEM dan dua temen seangkatan. Kakak tingkat terdabest layaknya kakak sendiri. Walau suka nyadar sendiri kadang saya kelewat batas sama itu anak, padahal dia kan lebih tua 😂😂😂.
Ini semua masih avalaible lho *kecuali si saya
Sorenya kami ke Garut. Niatnya buat pamitan sama orang tuanya karena Minggu mau ke Bogor dalam rangka memenuhi rekeningnya lagi 💰 demi DP rumah (keukeuh). Nginep cuma semalem doang. Pengennya diajak ke Kamojang Resort gitu, tapi realita tak sesuai ekspektasi 😒😄. Kita nginep di M. Romli's Guest House a.k.a Pondok Indah Mertua. Emang niatnya gitu sih, sekalian ngobrol juga sama keluarga suami kan ya. Dan karena rumah orang tua Aa agak tinggi posisinya, jadi bisa liat city light view-nya Garut 🌃 dari tempat jemuran. Lumayan kaaan.
Ini aslinya bagus banget. Hanya karena keterbatasan kamera.


H+6 kami pulang lagi ke Bandung. Sebelumnya berenang dulu di daerah Cipanas 🏊. Sabda Alam? Kemahalan. Cipanas Indah dooong 20k doang 😂. Lain kali aja kalo lagi waktunya lebih santai. Sayang cuma punya waktu satu jam doang soalnya. Dan mulai terlihat keujuban Aa nyoba teknologi anti air dari Hpnya 😑.
😂😂😂 kenapa Aa terlihat kaya budak??

H+7 go to Bogor. Momotoran lagi 😎. Yang kuat ya badan 💪. Kenapa ikut? Jadi ceritanya sekolah tempat Aa ngajar bakal pindah lokasi dan Aa dapat info ada sekolah lain dekat lokasi baru yang lagi buka loker guru kimia. Tapi, kepseknya minta masukin lamaran sambil ketemu di sekolahnya. Jadi lah saya pun ikut ke Bogor. Di Cianjur tepatnya setelah perempatan Alun-Alun Cianjur (eh bener ga ya) di Jl. Ir. H. Juanda (kalo di Bandung sih ini dago 😆) kiri jalan arah ke Bogor kita istirahat sambil sarapan. Tempatnya tenda pinggir jalan gitu, lupa foto kami. Disana ada menu bubur ayam, nasi kuning, lontong kari, sama sate maranggi. Mungkin karena menu lengkapnya itu jadi rame pembeli. Kebanyakan juga orang yang transit perjalanan sih. Recomended. Daan sampai lah di sekolah rekomendasi temen Aa yang lagi buka loker itu. 😑😑😑. Jauh bangeeet. Aa ga izinin, karena konsepnya pesantren gurunya memang disarankan ikut mondok, tapi liburnya Kamis 😅. Kapan kami punya anaknya ketemunya dong. Setelah delapan jam pantat tepos di atas motor sampai juga di asrama sekolah tempat Aa ngajar. Kami harus usir teman serumah Aa dulu 😆 biar saya bisa nginep maksudnya. Tapi santaai, teman serumahnya sepupu Aa juga.


H+8 kembali jadi jomblo ke Bandung. Tempat Aa ngajar itu juga tempat ngajar saya dulu 😆. Jadi semacam nostalgia. Apalagi ketika naik bis yang tiap dua minggu sekali saya naikin dulu. Bandung-Leuwi Liang yang tarifnya masih belum naik sejak dua tahun lalu 👏.

H+9 dan H+10 berdiam lagi di Bandung. SENDIRIAN 😆 *capslock mode. Karena Aa harus kerja lagi di Bogor, makanya ga ikut ke Bandung lagi. Merenung. Mulai menata diri dan kehidupan lagi dari nol 😧. Karena aturan perusahaan saya yang hanya memperbolehkan freelance bagi perempuan yang sudah menikah. Ngeluh? Bukan. Karena jujur perasaannya campur aduk. Antara excited, takut, masih cape setelah nikahan terus ga berhenti kesana kemari. Keinginan saya memang tetap "berkegiatan" walau sudah jadi IRT. Yaa berkegiatan yang pengennya menghasilkan 💰 dong 😆 *tetep.
Tapi hidup memang harus terus bergerak. Mencari tempat paling tepat untuk menetap. 
Kadang setelah nemu juga belum tentu terus-menerus nyaman. Akan ada hambatan atau tantangan yang bikin kita bergerak lagi biar kita ga stagnan dan jalan di tempat.

Sepuluh hari jadi seorang istri itu ...

  • Belajar menerima kodrat lain sebagai perempuan, jadi seorang istri 😆.
  • Belajar memahami suami yang dulunya orang lain terus sekarang kita temui mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi (walau sekarang lagi ga bareng).
  • Belajar 'memperkenalkan' kita ke suami plus lingkungan pergaluan kita (makasih ya A mau nemenin meet up bareng temen). Apa yang kita suka dan ga suka juga sebaliknya.
  • Belajar jadi bagian anggota keluarga lain (red.keluarga suami) juga sebaliknya ya.
  • Belajar hidup bareng dan menyatukan visi misi yang pasti bakal ada perbedaan.
  • Belajar 'memindahkan tempat curhat' dari Mamah ke suami 😅. Karena kemarin ketika mau nolak sekolah yang dilamar itu malah bilang "mau tanya Mamah dulu". Lahhh lupa kalo sekarang punya suami 😅😅😅.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kejadian ini hanya dilakukan oleh profesional. Jangan ditiru jika ada anda belum cukup sabar. *padahal kayanya banyak yang ngalamin lebih parah, hehe

Ini blog udah nganggur lama dan balik lagi dengan cerita yang mengundang tawa dan tangis. Hiks. Semoga dengan ini semua pihak dapat mengambil hikmah dan pelajaran.

Jadi ceritanya Senin, 11 Juni 2018 saya memutuskan untuk buka puasa di luar. Pengen makan seafood di tempat baru daerah pasteur, namanya Seafood Pasteur 76 gara-gara teracuni postingan ig @makanpakereceh dan karena tempatnya masih baru sehingga harganya masih murah. Rasanya? Not bad at all. Karena saya sedang ingin makan kepiting dan ingin mencoba kerang dara juga, jadilah pesan menu plater yang bisa mengakomodir semua keinginan sejak sebulan lalu yang baru terealisasi (kurang sedih apa coba, hiks). Sepertinya saya salah pilih saus, padahal si saya udah pede ahh saus padangnya kayanya enak. Tapi partner jajan saya hari itu ingin saus lada hitam, yowes mengalah dan akhirnya rasanya yaa gitu lah. Hehehe.

Oke kembali ke cerita yang menguras kesabaran serta air mata. Singkat cerita karena estimasi kemacetan sedangkan realitanya lancar jaya akhirnya masih 16.20 sudah sampai di lokasi. Yahh masih lama menuju buka. Akhirnya setelah pesan dulu kita main dulu aja yuk. Kemana? Katanya pengen ke pvj udah lama ga kesana. Ngapain? Ya kali aja ada yang bisa dibeli. Emang yakin mampu belinya? Walau ujung-ujungnya yang kebeli mah Miniso lagi. (Hidup rakyat jelata).

Nahh ini nih dimulai ketika kita sok-sokan main ke mall padahal biasanya juga ikut emak ke pasar, hee. Masuk parkir penuuuh ampe susah cari tempat. Sampai akhirnya nemu di deket pintu keluar parkir, yeayyy. Yuk, masuk. Tapiii, wait. Itu spanduk apaan?

"Siapkan e-money dan karcis parkir anda. Pastikan saldo e-money anda cukup."

Eh eh serius e-parking system udah mulai berlaku? Uang kartal ga laku lagi nih di parkiran PVJ? Ini uang beneran yang resmi dikeluarkan BI sebagai alat pembayaran lho (hehe). Sebagai pengguna setia motor, punya e-money card aja kagak. Ya kecuali kalo motor udah boleh masuk tol. Karena saat ini sih di Bandung penggunaannya belum terlalu familiar kecuali buat bayar tol doang. Buat yang tinggal di Jakarta kayanya udah ga asing ya walau kalian jarang masuk tol pun, banyak yang pake buat KRL atau busway. Googling ah beneran harus banget pake sistem yang katanya masih sosialisasi itu? Oo ternyata sejak agustus 2017 gaess, kemana aja. Wihh ko rame komentar orang yang kesel di twitter. Oke mulai panik nih.
https://www.yooying.com/p/1576090832677911027
Ini nih dan komentar orang di twitter yang bikin kita yakin ga ada jalan lain

Coba naik dulu ke atas kali aja ada tempat belinya. Ehh di pintu masuk ada mesinnya nih. Lho cuma buat top up doang. Gimana dong. Santai, minimarket jual ko. Ya udah di luar ada Indomaret. Jalan ke luar dan tanya ada e-money card ga. Kata masnya "habis mba, cuma bisa top up". Kalem, tetap slow ya. Melipir ke belahan jiwanya Indomaret, Alfamart di sebelah, sama juga. Hee. Udah boleh panik? Mana udah jam 5 lewat, gimana dong. Masa iya mau nyusurin sepanjang sukajadi terus singgah dengan pertanyaan sama "ada e-money card?". Mikir dulu.

Ya udah balik ke pasteur aja, tadi di deket tempat makannya juga ada Indomaret. Kali aja di situ ada. Ya udah akhirnya balik ke pasteur .... pakai grab, karena motor tak bisa keluar, hee. Motornya kita percayakan pada mamang parkir pvj yahhh. Kita bawa kendaraan sendiri, tapi ujungannya pakai transportasi umum. Sekocak itu.

Alhamdulillah ga macet dan sampai 5 menit sebelum adzan. Yuk ke Indomaret dulu. "Maaf mba kosong. Coba Indomaret yang sebelum masuk tol mba." Makasih lho, mulai lemes kita. Ya udah makan dulu aja. Setelah makan dan shalat petualangan kita mulai lagi. Lihat di maps coba ada ga indomaret deket pintu masuk tol. Ga ada. Heee. Eh tadi sebelum muter, perasaan lihat Indomaret juga di seberang sekitar 100 meter dari sini. Ya udah coba kesana yuk. Setelah perjuangan naik turun tangga JPO serta jalan 100 meter dengan perut kenyang, karena platernya lumayan banyak juga kayanya cukup kalo buat empat orang porsi perempuan. Dan akhirnya ... dapat. Yeayyyyyy. Mari kita ambil motor.
https://m.tokopedia.com/jayajaket/indomaret-card-e-money
O ya kita akhirnya beli indomaret card, karena e-money yang keluaran mandiri itu habis. Tapi fungsinya antara lain tetap sama ko.

Oke kembali kesana dan sebelum keluar pintu menuju parkir lirik lagi pake ujung mata si mesin top up e-money itu dengan hawa judes. "Hehh, nih dapet nih kita e-money cardnya" Ehh bentar bentar, itu apaan, ko di bawahnya ada bagian menjorok dan ada tulisan "silakan ambil kartu disini". Hihh, bisa beli jugaa disini? Ah itu mah buat ambil kartu setelah top up kali. Bukaan, kalo mau top up mah cuma tinggal di-tap doang. Coba dicobaa dulu beneran bisa ga? Kita coba-coba lah. Heee beneran bisa beli disitu juga dong. Setelah mendaki JPO lewati sukajadi-pasteur hanya untuk sebuah kartu. Penyesalan pertama. Lho? Masih ada emang? Masih dooong.

Ya udah lah pengalaman yak lain kali jangan panik dulu, orang bisa beli kartu disitu juga. Keluar parkir deh ah. Pas lagi antri ... eh eh ko di depan kita ngasiin duit. Duit elektronik? Bukan, serius duit. Heeeee, penyesalan kedua. Jadi hikmahnya coba tanya dulu kalo liat sesuatu. Jangan panik duluan, kali aja emang ada jalan yang lebih mudah kan.

Jadi, parkir hari itu serasa kita parkir di Jerman. Karena kalau ditotal buat bayar parkir kita jadi nambah 30k buat grab bolak-balik, 25k buat beli e-money card, dan 50k buat saldo e-money yang kita beli di indomaret dan minimalnya cuma bisa segitu. Padahal tadi di mesin top up itu juga bisa yang 20k aja. Canggih ga tuh parkir aja udah kaya bayar tol Bdg-Jkt kaaan.


PS : Someday, sistem uang elektronik itu mungkin bakal jadi pembayaran kita sehari-hari ampe mamang cilok pun udah sedia mesin EDC deh entar. Dan sekarang udah banyak banget platform penyedia si duit giral ini. Tiap bank punya bahkan Telkomsel aja ngeluarin T-Cash kan. Keuntungannya apa? Praktis aja keluar ga takut dicopet. Yang dirasa rakyat awam mah gitu aja kali. Kerugiannya apa? Yaa agak keder di awal. Selain itu, di ujungnya jadi kaya nasabah yang ga nutup rekening. Membiarkan uang beberapa ribu di rekeningnya, yang bersangkutan meninggal, ya udah duitnya jadi milik si banknya. Dan berapa ribu nasabah yang melakuan hal yang sama? Wowww.

PPS : Parkir PVJ masih bisa pakai cash tapi hingga hari kemarin. Ga jamin bakal sampai kapannya.
Share
Tweet
Pin
Share
4 comments
Peran manusia sebagai makhluk sosial menuntut kita untuk bisa berkomunikasi secara sosial, entah lewat tulisan atau yang lebih seringkali kita lakukan, secara lisan. Manusia diberi kemampuan berbicara lewat proses belajar. Masih ingatkah kita dengan kata pertama yang kita ucapkan? Kebanyakan berbicara "mama" sesuai dengan yang sering ia dengar. Ada juga yang malah mengucapkan kata "ayah" padahal si Ibu lebih sering berinteraksi dengan bayinya. Lucu kalau kita mengingat atau melihat proses bagaimama seorang bayi belajar berbicara.

Beranjak besar, berbagai kosakata kita kenal. Entah lewat lingkungan bermain atau media televisi. Semakin besar, tuntunan zaman juga makin besar. Orang tua menyarankan "baca koran, supaya pengetahuanmu bertambah" karena biasanya banyak istilah baru yang kita tahu.

Istilah yang kita tahu kemudian kita gunakan. Apa yang kita fahami, kita sampaikan kembali. Meski tak jarang ... apa yang kita fahami ... belum sepenuhnya sesuai dengan kebenaran yang ada. Ilmu pengetahuan mengenal sifat relativitas, maka apa yang dianggap benar saat itu, bisa diterima banyak pihak selama belum ada teori baru yang menyanggah teori sebelumnya.

Tapi kehidupan tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan yang diisi orang-orang bernalar dengan daya analitis tinggi serta rangkaian fakta yang dapat diuji. Ada beberapa sisi kehidupan dengan orang-orang yang hanya pandai menerka tapi merasa menjadi orang yang paling tahu dan hebat dalam merangkai hipotesis. Mereka lupa ada rangkaian data yang tidak mampu mereka jamah, privasi.

Tidak setiap orang membiarkan orang lain masuk ke hidupnya terlalu jauh. Sebagian mungkin bisa menunjukkan dirinya seutuhnya pada lingkungan. Sebagian lagi hanya memunculkan beberapa sisi dan meninggalkan sisi yang lain untuk dia simpan sendiri. Apa itu sebuah kesalahan? Ketika kita melakukan aksi menuntut berbagai hak pada lembaga besar, kadang kita lupa memenuhi hak orang lain pada organisasi yang lebih kecil, diri kita sendiri. Menjaga privasi orang lain.

Setiap orang punya kemampuan berbicara, tapi tidak semua orang punya kemampuan mengatur apa yang mereka bicarakan.

Setiap orang memiliki 'pengetahuan', tapi tanya kembali apa kita memiliki wewenang yang cukup untuk menyampaikan apa yang kita tahu?

"Ini bukan rahasia. Orang itu tidak pernah menambahkan embel-embel 'jangan bilang siapa-siapa'"

"Ini sudah rahasia umum. Semua orang sudah tahu."

"Batasan ghibah itu membicarakan apa yang ada pada diri orang lain yang jika ia mendengarnya, maka ia tidak suka. Sementara, ini bukan sebuah aib yang akan membuat ia tidak suka."

Sebelum mengeluarkan pembelaan demi menyamankan hati, pernah coba bertanya ini pada diri sendiri :

Apakah ada keuntungan jika saya membicarakan ini?

Apakah ada kerugian jika saya memilih diam?

Apakah ada batasan yang jelas tentang apa yang ia suka dan tidak suka?

Apakah ada jaminan orang-orang yang mendengar sudah memiliki hati yang cukup bersih untuk memandang segala sesuatu dari sisi positifnya?

Apakah ada jaminan tidak akan ada dampak negatif ketika saya menyampaikan ini?

Masih banyak orang dengan kemampuan mengumpulkan data yang lebih akurat, memilih diam karena dia tahu batasan diri. Ya batasan manusia dalam menerka atau pun berencana akan kalah jauh dengan Allah yang Maha membolak-balik segala sesuatu.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kantor saya tetap memberlakukan jam kerja di hari Sabtu. Jadi bahagia sekali ketika Sabtu tanggal merah, bisa merasakan bagaimana libur dua hari dalam sepekan. Demi mengisi agar tetap bermanfaat, maka saya memutuskan untuk silaturahim ke Garut. Rencana pergi selepas subuh, malah susah melepas godaan selimut dan akhirnya pergi sekitar pukul 6.

Sampai di sana masih pagi. Masih jam 9 lebih. Ngobrol-ngobrol sebentar sambil makan suguhan nasi plus ceker yang dibumbui .. apa ya? Ga tau. Hahaha. Karena tak ada kegiatan lagi akhirnya mulai mencari tempat makan apa yang agak aneh di Garut. Dari hasil pencarian, kebanyakan masih tentang baso cilok, suki dan yakiniku ala-ala yang di Bandung aja udah mulai berantakan. Akhirnya menemukan Baso Iga. Alamatnya di Jl. Baratayudha pertigaan makorem. Karena ga sempet foto, bisa cek di ig-nya @baso_buntel_babeh. Oh ya, buat yang males langsung ke tempatnya, bisa DO atau via go-food. Tapi saat itu di go-food belum ada daftar menunya. Jadi harus pesen manual.

Sebetulnya baso jenis ini udah ada juga di Bandung. Tapi emang belum pernah nyoba. Pamornya kayanya masih kalah sama baso tengkleng. Makanya demi mengalahkan penasaran, meski ini di kota orang, coba aja karena baca komen dari orang katanya enak.

Lokasinya strategis dan mudah ditemukan, karena di pertigaan dan ada spanduk juga di bagian depan. Tempatnya biasa saja dengan konsep lesehan. Tapi agak kecewa karena untuk ukuran penjual makanan yang perlu membangkitkan selera makan, harusnya penataan di atas meja juga perlu diperhatikan. Proses clean up meja kaya jadi dilakukan ala kadarnya, cuma beresin mangkok dan alat bekas makan lain. Kecap dimana, saos dimana, kerupuk tercecer dibiarkan gitu aja. Sampai saya jadi gereget sendiri buat beresin saking ngalangin pandangan. Bukan ngeluh karena bantuinnya ya. Tapi jadi bahan pelajaran buat para pengusaha kuliner, kebersihan dan kerapihan tempat juga perlu diperhatikan.

Oke akhirnya lihat menu. Untuk ukuran baso iga relatif murah. Menu lengkap harganya cuma 20k aja. Kalo mau porsi setengah juga ada. Minuman beragam mulai dari air mineral, jus sampai kelapa dawegan juga ada. Murah meriah lah. Akhirnya pesen baso iga komplit dan jus strawberry.

Isi menu ini banyaaak banget. Ada mie, bihun, sayuran, siomay basah isi ayam, tahu, baso kecil, dan baso iga itu. Kuahnya standar. Mie bihun juga yaa standar ya. Siomay basah isi ayam juga yang sering kita makan di yamin atau bakmi. Tahunya juga standar yang sering kita makan di cuankie. Baso kecilnya enak. Baso iganya? Nahhh. Kalau kata orang enak, malah menurut saya biasa aja dan lebih enak baso kecilnya. Daging iganya malah jadi kehilangan rasanya. Mungkin karena terlalu lama direbus kali ya. Akhirnya tekstur unik iganya malah cenderung hampir hilang. Yaa ujung-ujungnya kaya makan baso biasa.

Recomended? Iya kalau untuk yang lapar mengingat porsinya kenyang ko untuk ukuran cowok juga. Tapi buat yang cari rasa, kita coba bandingkan dengan yang di Bandung ya.

Jus strawberrynya? No juga. Cuma berasa susu aja. Heee. Mending beli teh botol aja dengan rasa yang udah tau biar ga kecewa.

Sekian review singkat jajanan di Garut. Untuk ukuran kuliner di Garut, lumayan lah dengan harga yang ga terlalu mahal juga.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Tema berkenaan tentang media sosial kayanya lagi seneng banget buat ditulisin. Hehehe. Ga tau kenapa akhir-akhir ini lagi banyak merenung tentang ini. Karena jujur aja kayanya hampir lebih dari 2 jam tangan ini pasti buka medsos. Apalagi kalau nyambung sama wifi. Bagaikan dimanja keadaan.

Sementara itu, akhir-akhir ini juga, keinginan untuk memperbaiki diri lagi menggebu. Lagi banyak merenung juga tentang usia segini tapi udah bisa melakukan apa sih buat masyarakat? Atau setidaknya prestasi apa aja yang udah diraih? Jadilah ada bagian perenungan tentang apakah ada manfaat dari aktifitas sehari-hari? Atau jangan-jangan hanya sekadar menghabiskan sisa umur di dunia? Apalagi kalau memikirkan si medsos ini yang lumayan menghabiskan waktu (saya sih). Karena stop dari media sosial itu rada ga mungkin, maka mulai terfikir bagaimana caranya supaya si medsos ini tetap bisa ngasih manfaat minimal buat diri sendiri dulu aja. Bagi beberapa orang yang sudah bisa 'belajar' lewat media sosial, mungkin fikiran saya jadi terkesan telat ya.  

Oke, bermula dari fikiran bahwa scrolling media sosial ini cukup menguras waktu saya dalam sehari, padahal kewajiban lain sebagai manusia yang luput saya laksanakan. Yang sederhana aja kaya menuntut ilmu. Sudah seberapa tau kita tentang sejarah Islam, sementara kita hafal banget sama gosip artis dari akun lambe-lambean? Dan masih banyak ilmu yang harusnya dipelajari entah itu tentang keduniawian atau yang bisa nolong kita di akhirat nanti, malah lupa diperdalam gara-gara godaan si media sosial.

Jadi, yang pertama dilakukan adalah ..
Memfilter lingkaran media sosial.
Atas nama persahabatan dan menjunjung asas silaturahim, ga mungkin dong kita unfollow temen-temen kita. Walau pun kadang postingan mereka bikin kita jadi menghabiskan waktu untuk stalking yang tidak berfaedah. Maka, untuk mengimbangi mata yang tak sengaja membaca urusan orang lain, mari follow akun-akun berfaedah yang biasa share ilmu. Meski sampai sekarang masih butuh informasi tentang akun-akun itu.

Serta yang kedua dilakukan adalah ...
Menundukkan hati, baik dari sisi pelaku aktif mau pun pelaku pasif media sosial.
Sebagai pelaku aktif, kurang-kurangi update yang sifatnya hanya untuk "pamer" deh ah. Karena kita ga tau follower kita orang-orang seperti apa. Entah ini masuk kategori suudzon atau bukan, tapi yang jelas khawatir ada oknum yang nyinyir dengan kebahagiaan yang kita posting. Karena kalau ditanya tujuannya apa update kegiatan makan, liburan, atau belanja? Ditanya ulang apa ini ada manfaatnya untuk diri sendiri dan orang lain? Walau pun menurut kita bermanfaat, kita ga tau isi hati orang seperti apa. Tidak ada yang menjamin bahwa semua orang menyukai kita. Jadi belum tentu orang juga mau tau dengan kegiatan kita atau turut senang dengan kebahagiaan kita.

Dan dari segi pengguna pasif, kurangin nyinyir dengan postingan orang dong. Karena dinyinyirin itu ga enak, maka hindari nyiyir-in orang. Meski prinsip pertama mengurangi update "kepameran", tapi tetap menghargai postingan orang. Mencoba melihat dari sisi positif tiap postingan yang kita lihat dan jangan lupa filter informasi. Semoga ini juga bagian dari menundukkan hati. Lihat orang "pamer" sekadar kue kekinian pasti bikin ngiler, beli aja nanti abis gajian. Tapi ga perlu pake balik update ya. Selamat belajar bijak. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pencapaian yang orang lain raih bisa jadi menimbulkan berbagai rasa dalam diri. Apalagi kalau orang itu orang terdekat kita atau orang yang bergelut di bidang yang sama. Antara kagum dan menjadi motivasi diri agar bisa seperti dirinya. Atau malah sebaliknya, iri dan antipati.

Sebetulnya manusiawi ketika rasa iri muncul di hati, tapi juga perlu diimbangi dengan kadar lapang dada yang sesuai. Lapang dada? Kaya dapat musibah. Ya karena walau sulit diakui, terkadang prestasi yang dimiliki seseorang akan jadi musibah bagi yang lain. Jangan heran ketika tetangga beli furniture baru, minggu depannya yang sebelah nyusul beli motor baru.

Kebahagiaanmu = kesedihanku

Egois banget ya? "Tapi aku ga kaya gitu ko." Yakin? Sedikitnya pasti ada. Tapi ya itu. Belajar untuk menerima dan mengakui apa yang orang lain raih. Mengapresiasi itu tindakan sulit lho. Serius. Apalagi kalau sudah ada perasaan 'merasa' lebih baik dibanding orang lain. "Masa dia bisa? Padahal kan jelas aku lebih a b c." Sesungguhnya yang namanya prestasi atau hal lain yang menimbulkan rasa bangga dan bahagia itu rejeki Allah. Ya tentu atas ikhtiar dan ketawakalan dia juga dong.

"Ah baru juga segitu." Bersikap tidak berlebihan dalam menilai sesuatu itu harus. Ojo gumun kalau dalam bahasa jawa. Jangan sedikit-sedikit heran. Karena mungkin cenderung norak dan lebay. Tapi jangan sampai alibi ini ditunggangi oleh perasaan tidak mengakui kehebatan orang lain. Hati-hati malah menjurus ke arah sombong.

Jadi, bersikap kalem terhadap sesuatu itu harus. Tapi juga bukan tidak mengapresiasi. Minimal ucapan selamat rasanya cukup, supaya orang tidak membaca ke'iri'an kita. Lebih baik lagi jika dibarengi dengan tetap rendah hati. Dan ingat bahwa setiap manusia diciptakan dengan kelebihannya. Bukan berarti kita tidak bisa memiliki pencapaian seperti yang lain, mungkin hanya belum diberi kesempatan atau butuh usaha yang lebih. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sabtu itu memutuskan cuti ala Tahu Bulat (red.dadakan *maksa bgt ya, hee) karena badan luar biasa ga bisa diajak kompromi. Dibilang sakit juga enggak sih, bisa saja tetap memaksakan masuk kerja. Walau akhirnya beberapa hari kemudian tahu penyebab si badan remuk ini, PMS. Akhirnya hanya leyeh-leyeh di rumah, baru bada dzuhur keluar dengan agenda nyari souvenir di Baltos, makan di dago, kemudian jalan ke salah satu wisata baru di daerah ciumbuleuit. Faktanya? Baru sampai destinasi Baltos sudah merasa eneg dengan kondisi jalanan. Heee, Bandung. Akhirnya setelah agenda mencari souvenir beres, hanya menikmati seblak di food court sambil ketawa-ketawa. Ceritanya dulu berencana makam malam romantis di salah satu hotel belakang Baltos. You know yang view sky lounge-nya langsung ke Pasupati gitu. Dan kalau malam sempurna dengan citylight Bandungnya. Tapi sekarang terdampar di sini ditemenin seblak (tapi seblaknya enak ko serius). Lihat kondisi lalu lintas dari atas yang padat gitu akhirnya memutuskan untuk pulang.

Sorenya leyeh-leyeh lagi di kasur dan tiba-tiba mendapat berita duka bertubi-tubi. Ibu dari salah satu siswa meninggal dan disusul dengan Ibu dari salah satu rekan guru juga meninggal. Seketika ingat Ibu beserta orang-orang terdekat yang kalo kita bayangin kehilangan mereka rasanya .. ga akan pernah siap.

Maut itu rahasia dan hak Allah. Entah subjek yang akan meninggalkan atau pun yang ditinggalkan udah siap atau belum. Bagi yang dikasih sakit dulu, biasanya itu jadi pertanda. Walau sebetulnya mereka masih berharap kesembuhan, tapi itu bisa jadi semacam warning untuk sekadar berbuat hal-hal untuk meninggalkan kesan baik dan mengucapkan salam perpisahan. Meski ga sedikit juga yang tanpa tanda alam, tiba-tiba jadi korban bencana atau musibah kecelakaan.

Intinya, ga tau kapan Malaikat Izrail bakal say hello ke kita dan orang-orang di sekitar kita. Momen takziyah yang bisa jadi dzikrul maut memang harusnya cukup jadi pertanda buat kita juga. Bahwa kita akan ditinggalkan dan suatu saat juga akan meninggalkan. Makanya suka masih aneh ketika ada orang takziyah masih sibuk selfie atau update status. Oke update tulisan kalo memang tujuannya untuk memberi kabar kematian supaya lebih banyak orang yang mendoakan dan menghibur yang ditinggalkan. Tapi lihat sikon ya. Jangan sampai momen itu malah jadi menyinggung keluarga karena kita malah ketawa-ketiwi ketika selfie. Pliss, coba berempati dong. Kenapa masih bilang gini? Karena pernah menemukan sendiri orang macam gini. Segelintir orang yang entah lah, mungkin dia ga maksud tidak menghormati momen duka cita ya, tapi malah selfie dan upload di sosmed dengan caption "Takziyah si fulan".

Balik ke ketidaksiapan kita menghadapi kematian ya. Kalo udah ada yang meninggal gini, baru diri ini sadar untuk siap-siap. Kemana? Ya ke tujuan akhir lah. Dunia itu hanya persinggahan katanya. Tempat mencari bekal untuk perjalanan jauh menuju ke tujuan akhir, pulang lagi ke asal kita. Udah seberapa siap? Atau udah seberapa banyak amal yang kita siapin untuk menandingi dosa yang kayanya bakal lebih banyak?

Mengingat mati sejenak membuat kita jadi egois. Ya karena siapa lagi yang bakal nolongin kita. Kelak di akhirat, masing-masing orang bakal sibuk sama urusannya sendiri. Tapi sekaligus juga jadi mengingat seberapa banyak kebaikan yang sudah kita lakukan untuk orang lain? Seberapa bermanfaat keberadaan diri kita di dunia? Kalau inget ini tiba-tiba jadi merasa kecil. Merasa ingin mengulur waktu lebih lama di dunia supaya lebih banyak lagi kesempatan mendulang pahala. Tapi juga kadang manusia lalai, waktu yang dikasih malah hanya digunakan untuk kepentingan duniawi. Tiba-tiba udah dipanggil Allah aja.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kecewa karena beberapa minggu lalu, di hari keempat tayang, dengan ganti dua bioskop, itu tiket Dilan kalau mau kebagian harus ambil jam 9 malam. Ya kali Cinderella, boleh pulang jam 12 malam. Padahal itu film menghabiskan minimal 3/4 jatah studio di tiap bioskop. Tetep aja membludak ya. Ckckck.

Sebulan kemudian, muncul lagi film sekuel ala-ala AADC. Dulu seinget saya, kesuksesan film pertamanya juga mirip-mirip AADC. Cuma kalau saya lihat pasarnya beda. AADC (walau waktu itu diperankan sama anak SMA) merambah ke orang yang beranjak dewasa. Sedangkan film ini sangat sangat remaja. Mana yang main Shandy Aulia dengan karakter manja yang menurut saya agak berlebihan juga, jatohnya malah pengen jadi nimpukin karena kemanjaannya. Tapi karena penasaran, tetep aja pengen nonton film Eiffel I'm in Love 2 ini.

Penayangannya bareng sama film Marvel "Black Panther". Saat yang lain justru penasaram sama film luar, ga tau ini selera susah banget diajak buat tinggi. Tetep aja pengen nonton film Indonesia. Wkwkwk. Ya udah lah ya. Apa harus ikut-ikutan biar dibilang keren dan kekinian?

Berkaca dari pengalaman nonton AAC 2 yang beli tiket OTS yang mepet waktu penayangan dam kebagian di kursi paling depan, akhirnya saya dan teman beli via ticketing online. Daaan wihh beruntung lagi ada promo diskon 40%. Jam penayangan 19.00 dan kita baru keluar kantor jam 18.30. Setelah beres sholat maghrib, order ojol baru dapet jam 18.45. Hahaha. Ya sudah  lah. Memang pasti terlambat juga.

Masuk studio 19.25 memang sudah mulai. Tapi kayanya belum ketinggalan jauh. Awalnya diceritain Tita yang lagi LDR sama Adit, sekarang udah jadi dokter hewan dan sahabatan sama Adam. Uni, sahabatnya Tita jadi kakak ipar Tita. Iya dia nikah sama Alan. Suka sama Uni sekarang. Lebih keliatan dewasa dan matang. Nanda, sahabat Tita yang satu lagi udah nikah juga. Konfliknya bermula di situ sih. Di saat yang lain udah pada nikah, Tita masih aja belum dilamar sama Adit. Dan keluarga mereka memutuskan pindah ke Paris sampai entah kapan. Jadi lah Tita ga LDR lagi. Daaan saat itu lah, harapan Tita untuk segera dilamar makin naik. Belum lagi Uni sama Nanda yang jadi kompor banget. Puncak konfliknya sih tentang miskomunikasi gitu. Adit nyuruh Tita buat nunggu sebentar lagi. Tita salah paham karena lihat adit pegangan tangan sama Celine (temen Adit di Paris) dan nyangka Adit belum siap karena masih ingin bebas. Padahal, Adit belum siap karena ia perlu merencanakan semua masa depannya pasca ditinggal meninggal Babehnya. Jadi rumah Adit dijual untuk lunasin semua utang Babeh dan restorannya dan sisanya ia beli apartemen .. yang viewnya langsung Eiffel tapiii, belum direnov dan belum ada isinya. Nahh, Adit ini belum siap karena ingin mempersembahan yang terbaik buat Tita. Itu intinya sih. Ada bumbu-bumbu lewat kehadiran Adam juga di Paris yang bikin mirip FTV sih sebetulnya. Heee.
Recomended? No.
Banyak adegan dan menurut saya frame ceritanya sama kaya EIIL 1. Dan sangat remaja sekali. Jadi berasa ketuaan, ya cukup menghibur buat yang kangen sama karakter Tita yang manja plus Adit yang sombong, arogan, nan cool itu.

Dan entah kenapa, pengalaman ini saya rasakan di AAC 1. Ngerasa cuma jadi bagian reuni film sebelumnya. Frame ceritanya sama, konfliknya besarnya sama, ending ceritanya pun sama. Hmmm. Saya ga baca novel AAC 2, tapi menurut yang udah baca sih, mereka kecewa. Saya aja yang ga baca novelnya merasa kecewa. Gini doang? Jadi untuk kedua film ini ngerasa terlalu maksa dibikin sekuel. Memaksa mencari celah cerita dari bagian film pertama yang sebetulnya sudah selesai semua.

Tapi justru saya merasa beda ketika nonton sekuel AADC. Ada pengembangan cerita dan konflik di sana. Karakter tokohnya juga jadi beda menyesuaikan dengan umur yang makin dewasa. Jadi lah ini memang cocok untuk ditonton anak AADC dulu. Walau banyak yang kecewa dengan film ini. Saya malah merasa puas. Memang ada bagian yang belum selesai di film pertama dan terselesaikan di film kedua.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
"Aku ngomong monyet, kamu aja ngerasa dipanggil"

Itu penggalan kalimat di film Petualngan Sherina. Kalau di film itu konteksnya memang sebetulnya si Sadam manggil monyet ke Sherina. Tapi kalo tanpa lihat adegan filmnya, jadi berasa kesentil. Sering banget ngalamin gitu. Geer duluan.

Geer yang saya maksud bukan geer dalam konteks negatif ya. Karena beberapa geer bisa menimbulkan perbaikan diri. Asal kita mau sedikit merendahkan hati sih. Sebagian bahkan setiap orang pasti pernah mengalami. Ketika datang ke kajian atau event motivasi, speakernya bilang tentang sesuatu ko mirip banget sama kondisi kita. Lalu kita jadi makin tertarik untuk mendengarkan karena memang ngerasa butuh solusi dari permasalahan kita. Ahh tapi itu bukan kebetulan juga sih. Bisa aja kita hadir kesana memang karena menyesuaikan dengan tema yang dibahas.

Ada yang lebih kebetulan. Sedang galau, iseng buka timeline, lalu nemu twit Aa G*m yang bikin kita jadi melting serasa diguyur siraman rohani saat kemarau panjang. Padahal pernah curhat aja enggak sama beliau. Ko bisa langsung ngasih solusi atau sebatas penghiburan yang pas banget.

Aau lewat buku yang sedang kita baca dengan judul yang sama sekali tak ada hubungan dengan permasalahan kita, tapi menuliskan quote yang sangat mengena. Atau tanpa sengaja baca stiker di angkot. Atau status teman di media sosial yang jumpa langsung aja jarang banget. Dan berbagai kebetulan yang bikin kita jadi mikir "Ih ko bisa tau? Ko bisa pas?"

Saya sih ga ngerti teori psikologi atau ilmu lain yang bisa membahas berbagai kebetulan ini. 
Entah karena sugesti atau memang alam sedang berkonspirasi menolong lewat tangan-tangan tak dikenal. 
Yang jelas lewat kebetulan ini, kita jadi seperti berdialog dengan Allah. Lebay ya? Seperti mendapat jawaban dari kegamangan yang sudah atau bahkan belum sempat kita doakan. Rasanya ingin berterima kasih tapi pastinya yang bersangkutan bakal bingung untuk apa terima kasih yang kita beri. 

Atau geer bentuk lain yang biasanya diinisiasi sama temen sendiri. Tapi kalau ini kadang ada penyertaan suudzon, meski sebetulnya lagi-lagi kalo kita mau menurunkan ego, mungkin itu teguran alami dari Allah. Misal teman tiba-tiba ngomongin kejelekan si A yang bla bla bla. Terus kita ngerasa kesindir dan malah sebel sama temen kita itu. Kita kira dia lagi negur tapi pake majas ironi. Padahal temen kita sama sekali ga punya niatan itu, toh karena dia juga ga tau tentang kejelekan kita yang satu itu. Coba sedikit peka, kalau kita memang ga salah, kenapa harus merasa tersindir dong? Berarti memang ada sesuatu dalam diri kita yang bikin kita ngerasa kesindir.

Jadi, geer itu baik dalam beberapa kondisi ya. Dengan konsekuensi ya kita juga ga perlu jadi orang yang baperan karena ngerasa kesindir sama orang yang padahal belum tentu tahu permasalahan kita. Positifnya mungkin orang-orang itu dengan sengaja dikirim Allah menjadi teguran level rendah supaya kita mau memperbaiki diri. Atau justru sekadar pelipur lara kala hati tersiksa. Ceilee.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Beberapa hari lalu, salah satu teman bercerita pengalaman scaling pertamanya. Memang menyadari sejak beberapa bulan lalu, karang gigi saya juga menumpuk, keinginan untuk mengikuti jejak timbul juga. Teman saya itu datang ke RSKGM UNPAD, karena ada temannya yang sedang koas disana. Saya juga diberi nomor kontaknya dan menyarankan untuk scaling disana juga. Tapi karena jarak kesana cukup jauh dari rumah, maka saya putuskan untuk scaling di faskes sesuai BPJS saya saja, di Puskesmas Melong Tengah. Biar gratis juga. Hehe.

Datang jam 7 pagi dengan adik yang juga mau tambal gigi. Baru ke Puskesmas lagi setelah terkahir sekitar setahun lalu. Dan sudah banyak berubah, lebih bagus. Nomor antrian sudah menggunakan print out macam di RS. Bukan zamannya lagi pakai kertas yang ditusuk di paku kali ya. Dapat nomor antrian pendaftaran C5. Dan antrian ini juga kita gunakan untuk antri dokter. Oh ya ketika mengambil nomor antrian, maka sesuaikan dengan poli yang akan kita tuju. Ada poli umum, poli lansia, poli gigi, poli KIA, poli TB Paru, satu lagi saya lupa. Hehe. Jadi awalan C di no antrian itu menunjukkan poli gigi yang akan saya datangi.

Nomor antrian

Menunggu lumayan lama. Karena pasien di poli gigi rata-rata menghabiskan minimal 10-30 menit. Ya pasti telat ngantor sih,  makanya antisipasi izin telat duluan. Hehe.

Sekitar jam 9. Setelah menunggu dag-dig-dug ditambah penjelasan hasil googling yang mengatakan bahwa prosesnya menggunakan anestesi, antrian saya pun dipanggil. FYI, saya ini sebetulnya takut untuk datang ke dokter. Khawatir segala penyakit akan terungkap dan menambah beban fikiran. Hheee.

Jadi sejak antri, kalau ini berhasil tanpa trauma, sebuah prestasi bagi saya. Begitu masuk ruangan, dokternya ramah. Pertanyaan pertama malah "Tetehnya lagi hamil?" Heee. Mungkin karena gamis saya yang gedombrangan. Setelah dijawab tidak, masih bertanya "Tapi udah nikah?" Heee. Setelah menjawab belum untungnya tidak ada pertanyaan lagi. Malah sepatah dua patah kata penghibur. Padahal biasa aja dok. Lagipula memang belum siap. Dan setelah selesai baru saya tahu dari teman kalau ibu hamil memang tidak disarankan scaling, karena khawatir menambah kebutuhan kalsium bagi gigi, sedangkan bayinya juga sedang membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan tulangnya. Jadi ya semacam rebutan kalsium antara ibu dan bayi nantinya.

Basa-basi selesai proses scaling pun dimulai. Saya minta gigi bagian bawah dulu, bagia atasnya dokternya bilang kamis depan. Tapi kayanya saya ga bakalan datang lagi. Bukan karena sakit sih. Tapi malas saja. Hahaaa. Rasanya hanya ngilu-ngilu sedikit. Memang ada darah yang keluar, tapi biasanya dokternya minta kita kumur-kumur di tengah prosesnya kalau darah memang sudah banyak keluar. Overall, ga kapok karena ga kerasa apa-apa. Yang saya ga tahan justru mualnya selama prosea scaling itu. Entah kenapa ya. Mungkin karena mulut kita dimasuki benda asing dan itu bikin mulut jadi asing seharian. Belum berani makan dan minum yang terlalu panas atau terlalu dingin juga selama dua hari. Sikat gigi pun masih terasa ngilu saat berkumur padahal airnya suhu ruangan. 

Intinya, boleh dicoba apalagi kalau merasa karang gigi sudah mulai menumpuk dan sulit dibersihkan hanya dengan sikat gigi. Demi kesehatan gigi juga kan.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

Widya P Suharman

Melankolis-Plegmatis
Ibu dari satu anak kandung dan Ibu dari puluhan siswa

Popular Posts

  • Membuat Surat Keterangan (Suket) Sehat Jasmani dan Rohani Serta SKBN di RSUD Cibabat
    Saat melamar pekerjaan atau mendaftar sekolah (biasanya kedinasan), ada instansi yang mensyaratkan surat keterangan (suket) sehat jasmani ...
  • Penghambat Seleksi CPNS
    Sekali lagi ya, jadi PNS itu bukan cita-cita semua orang. Bukan juga cara cepat biar kaya karena penghasilannya biasa saja. Masih banyak pe...
  • Dua Manusia Yang Salah Sangka
    “Nikah deh, nanti bakal tahu rasanya gimana.” Seolah tidak     merasakan bagaimana sumpeknya jadi jomblo yang tiap lebaran ditanya...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 3 - SKB) #2019goestoASN
    Ada empat orang yang nilainya melampaui  passing grade  SKD, tapi yang lolos ke SKB maksimal 3 X formasi. Karena formasi Guru Kimia di SMA ...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 4 - Pemberkasan) #2019goestoASN
    Sebulan lebih menunggu pengumuman hasil integrasi SKD-SKB yang menjadi penentu kelulusan seleksi CPNS (tentang proses SKB 👉 bisa buka ini...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 2 - SKD) #2019goestoASN
    Setelah kemarin nulis tentang bagaimana mencari formasi yang sesuai dengan latar pendidikan sampai dengan tahapan seleksi administrasi (kl...
  • Seangker Itukah Anker ??
    Sebetulnya bukan pertama kali saya pake moda transportasi commuter line alias KRL yang menjadi sangat berjasa bagi kaum komutasi. Gara-ga...
  • Malu Bertanya, Motor Tertahan, Uang Melayang, Pengalaman
    Kejadian ini hanya dilakukan oleh profesional. Jangan ditiru jika ada anda belum cukup sabar. *padahal kayanya banyak yang ngalamin lebih ...
  • Sepuluh Hari Pertama Jadi Istri
    Pekan lalu, tepatnya Minggu 1 Juli 2018 saya melepas lajang 💑. Ada sedikit penyesalan ... kenapa ga dari dulu 😅. Tapi, tetap aja masih ad...
  • Jangan Asal Speak Up
    Peran manusia sebagai makhluk sosial menuntut kita untuk bisa berkomunikasi secara sosial, entah lewat tulisan atau yang lebih seringkali k...

Blog Archive

  • ►  2022 (1)
    • ►  September 2022 (1)
  • ►  2019 (10)
    • ►  May 2019 (1)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (6)
    • ►  January 2019 (2)
  • ▼  2018 (16)
    • ▼  August 2018 (1)
      • Sembunyi Dibalik Istilah "Penolak"
    • ►  July 2018 (2)
      • Untuk Kamu yang Sedang Mempersiapkan Pernikahan. I...
      • Sepuluh Hari Pertama Jadi Istri
    • ►  June 2018 (1)
      • Malu Bertanya, Motor Tertahan, Uang Melayang, Peng...
    • ►  March 2018 (5)
      • Jangan Asal Speak Up
      • Baso Iga Buntel di Garut.
      • Merapikan Media Sosial
      • No Gumun X Apresiatif
      • Cuti Berujung Mengingat Mati
    • ►  February 2018 (4)
      • Sekuel : Lanjutan Atau Reunian? (Review EIIL 2)
      • Ge-Er Yuk !!
      • My First Scaling
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (4)
    • ►  September 2017 (1)
    • ►  August 2017 (2)
    • ►  July 2017 (1)
  • ►  2016 (9)
    • ►  September 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (1)
    • ►  April 2016 (4)
  • ►  2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
    • ►  March 2015 (1)
  • ►  2014 (8)
    • ►  August 2014 (2)
    • ►  July 2014 (1)
    • ►  June 2014 (2)
    • ►  April 2014 (1)
    • ►  January 2014 (2)
  • ►  2013 (26)
    • ►  December 2013 (4)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (1)
    • ►  August 2013 (3)
    • ►  June 2013 (2)
    • ►  April 2013 (1)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (3)
  • ►  2012 (22)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (1)
    • ►  October 2012 (1)
    • ►  September 2012 (2)
    • ►  August 2012 (3)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  June 2012 (9)
  • ►  2010 (2)
    • ►  April 2010 (2)

Categories

  • cerita guru (1)
  • cerita PPL (1)
  • corat-coret (37)
  • kuliah (2)
  • meluangkan waktu (3)
  • nyastra (2)
  • opini (36)
  • perjalanan (6)
  • The Journey of Emak-emak (9)

Created with by ThemeXpose . Distributed by Weblyb