Powered by Blogger.

Pages

  • Home
facebook twitter instagram

Widya's Babble

Self Reminder. Bukan berarti sudah baik.



                Ada orang yang bilang kalau saya itu orang yang cerewet. Gatel suka komentar tentang apa pun yang dilihat yang enggak sesuai sama saya. Bagi saya hal itu ga masalah. Selama saya masih bisa ambil pelajaran. Terlebih bisa jadi pelajaran buat orang lain.
                Waktu itu lagi mau sholat maghrib di mesjid DT. Naik ke lantai tiga karena tempat sholat di lantai dua udah penuh. Pantes, udah mulai ternyata. Dengan segera masuk ke shaf, ngeluarin mukena dari tas, sambil nutup lagi retsleting tas sambil nyimpen tas di depan saya. Meskipun masjid itu rumah Allah, tapi Rasul juga mengajarkan untuk selalu mengikatkan untanya bukan?
Tiba-tiba kaget. Ada yang nendang mukena yang saya simpen di sebelah kanan saya. Sempet ngedumel juga. Ihh ni orang ga sopan banget. Tiba-tiba masuk ke shaf dan ambil bagian kanan saya dengan terburu-buru sambil bilang “cepet,cepet”. Padahal waktu itu imam baru bacain basmalah buat alfatihah rakaat kedua setelah bangun dari sujud. Sempet ngedongak sambil numpukin map yang saya bawa di atas tas saya. Ibu-ibu ternyata. Hmm. Ga sampai situ, itu orang masih aja nambah gelengan kepala saya. Dia ngomel-ngomel “ ini tas jangan ditaruh di depan. disimpen di belakang aja” dengan nada ga ramah dan mindahin tas orang di sebelah kanannya yang lagi pake mukena. Karena tas orang yang di sebelah kanannya, tepat ada di depannya. Orang yang lagi pake mukena Cuma diem, dan ngambil tasnya lagi, mindahin tasnya itu ke depannya lagi. Idihhhhh.
Beneran deh itu orang bikin sholat saya ga khusyu karena kesel. Mungkin agak lebay juga. Masa kaya gitu aja kesel. Tapi banyak hal yang bikin menggelitik. Pertama, memindahkan benda dengan kaki itu menurut saya itu ga sopan. Kedua, itu orang sembarangan banget mindahin tas orang lain. Gimana kalau pemilik tas itu udah sholat dan ga sempet mindahin lagi ke depannya. Terus tasnya hilang. Apa ibu itu ga bakalan dituduh sebagai komplotan pencuri bermodus jadi jamaah mesjid?
Buat saya aneh aja. Itu mau sholat, mungkin maksud Ibu itu baik. Pengen lebih cepat menghadap Allah. (Padahal menurut saya, tenang aja kaleee. Imam aja baru aja baca basmallah buat alfatihah) Tapi menurut saya, sholat itu harus dilaksanakan dengan tertib. Termasuk persiapannya. Ga khusyu juga kan kalau lagi sholat tiba-tiba inget pintu belum dikunci? Ibu itu pernah belajar tentang toleransi dan sopan santun dengan orang lain ga sih? Ga ngerti deh. Gimana sih batasannya Hablumminallah sama Hablumminannas
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Saya anak UPI. Ambil kuliah jurusan pendidikan. Dicetak untuk menjadi seorang pendidik. Meski tidak semua mahasiswa UPI, menjadikan pendidikan itu sebagai hal yang disukainya. Mungkin juga termasuk dosen-dosennya. Banyak juga dari mereka yang merasa terjebak di jurusan yang saat ini jadi tempat mereka menuntut ilmu. Tapi saya rasa dari ketidakseriusan ini, akhirnya menghasilkan lulusan yang tidak serius juga.

Rasanya tidak asing guru-guru bimbel bahkan guru di sekolah yang ternyata bukan berasal dari jurusan pendidikan. Entah mereka memang akhirnya suka pendidikan atau karena keterpaksaan, hingga memilih untuk menjadi pendidik. Buat saya itu cambukan. Sering saya diskusi ringan bersama teman-teman. Kami merasa tidak adil, apabila orang-orang yang tidak memiliki basic pendidikan, ikut berkecimpung juga dalam ‘bisnis’ ini. Saya sebut ini bisnis, karena memang banyak kepentingan yang ada dalam pendidikan. Kita tidak bisa menutup mata bahwa pendidikan juga menghasilkan uang. 

Namun, jangan pula sampai tertutup matanya dengan tujuan utama dari pendidikan itu sendiri. Kembali pada orang-orang yang sebut ‘mengambil lahan orang lain’ itu. Apabila saya kemukakan hal ini dihadapan orang lain atau mereka. Pasti semuanya akan tertawa. Semua orang akan bilang bahwa kami, hanya mencemaskan sesuatu karena kami tidak siap bersaing. Kami memang tidak bisa lari dari kenyataan, bahwa kami memiliki kemampuan keilmuan yang lebih rendah dibanding mereka yang berasal dari kampus yang lebih bergengsi.

Menjadi seorang pendidik itu bukan sekedar punya ilmu. Tapi bagaimana bisa mentransformasi ilmu itu kepada siswa. Saya sebut ini mentransformasi. Karena menurut saya proses pendidikan itu bukan hanya sekedar membuat siswa paham akan materi pelajaran. Namun, bagaimana menjadikan siswa dapat mengaitkan ilmu yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih dapat menghasilkan sesuatu yang berguna dari ilmu yang mereka pelajari. Apa kemampuan ini dimiliki setiap orang?
Saya rasa, kami saja yang sebagai mahasiswa ‘pendidikan’ yang setiap hari bergelut dengan strategi pembelajaran, masih sering merasa kesulitan mencari langkah yang tepat untuk mencerdaskan siswa. Saya rasa, pekerjaan guru bukan hanya sekedar membutuhkan ilmu dan kreativitas. Tapi juga hati.

Saya miris mendengar curhatan siswa yang bilang bahwa ia lebih senang belajar bersama guru bimbelnya (yang bukan berasal dari kampus pendidikan) dibanding gurunya di sekolah. Saya yakin siswa tidak tahu bahwa sesungguhnya gurunya di sekolah itu lebih punya ‘hati’ untuk menjadikan mereka orang cerdas dan berakhlak dibanding guru bimbelnya itu. Siswa itu tidak tahu bahwa jumlah uang yang orang tua mereka keluarkan untuk bimbel lebih besar dibandingkan uang sekolah mereka. Lantas bagaimana ini bisa terjadi?

Mungkin berawal ketidakseriusan itu. Bahwa tidak semua orang yang dididik dalam pendidikan keguruan, berniat sedari awal menjadi seorang pendidik. Hingga ilmu pendidikan yang diberikan di bangku kuliah tidak diperoleh secara optimal. Kami baru menyadari dan menerima bahwa kami memiliki tanggung jawab besar itu, setelah mendekati tingkat akhir atau justru setelah menjadi guru.

Saya tidak tahu apakah menjadi seorang guru itu harus memiliki bakat tersendiri. Namun yang jelas, bukankah bakat itu bisa terkalahkan oleh niat dan kesungguhan?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Kamis sore itu pulang dari kampus dalam perjalanan menuju rumah murid privat saya. Kaget banget dengan isi SMS dari salah satu teman yang bilang saya disuruh menghubungi salah satu dosen terkait dengan mata kuliah yang saya kontrak dengan beliau. Duhh, langsung mues deh ini perut. Membayangkan kalau nilai saya jelek dan harus dapet perbaikan. Apalagi coba jika dipanggil dosen saat masa pemasukan nilai kalau bukan karena nilai kita yang bermasalah.  Enggak sabar pengen cepet nyampe tempat yang memungkinkan buat menghubungi dosen yang bersangkutan.

Begitu nyampe rumah murid saya, sambil nunggu anaknya siap, saya telpon itu dosen. Tapi jawabannya bikin makin mules semalaman. Beli bilang “hmm, kayanya harus ketemu. Besok saja ya temui saya di ruangan saya. Sekalian sama Lailatul Husna ya.” Huwaaaa, apa pula? Langsung remedial kah? Dari sekelas, Cuma berdua yang nilainya jelek? Hmm, saya coba inget-inget lagi. UTSnya emang rada susah. Tapi UASnya perasaan saya bisa ngerjain. Karena materi UAS itu juga saya dapatkan dari mata kuliah dasar dulu. Huhuhuhu. Saya jadi merenung sepanjang perjalanan pulang menuju rumah. Apa karena saya terlalu meremehkan sesuatu, akhirnya saya ditegur dengan cara ini. Nyampe rumah, kalau bukan karena cape dari pagi sampe malam berkegiatan, kayanya saya bakal insomnia malam itu.
Paginya, ga semangat banget deh pergi ke kampus. Bawaannya mules terus. Setelah selesai kuliah, capcus ke ruangan dosen itu sambil ngonrol sama temen yang juga disuruh menghadap. Sejelek itu ya nilai kita? Tapi ko Cuma berdua? Apa emang Cuma berdua yang bodohnya? Huhuhuhu.

Begitu sampai, dosen itu nyuruh duduk dan nyuruh nulisin nama dan NIM kita masing-masing. Apa coba? Agak ngerasa aneh juga. Tiba-tiba dia sodorin dua lembar jawaban UAS dengan nama Lailatul Husna. Saya yang masih rada kebawa tegang, belum ngeh maksudnya apa. Sampai dosennya bilang “coba kenapa nama Lailatul Husna bisa ada dua gini?” Barulah saya sadar ketika melihat itu UAS saya, tapi kenapa namanya nama Ilel? “Lohh, Bu. Ini punya saya” refleks dong saya bilang gitu karena emang itu tulisan saya dan saya masih inget jawaban saya di nomor pertama.
“Nahh, ko bisa gini?”

Secepat-cepatnya saya panggil kembali seluruh memori otak saya buat inget kejadian waktu UAS. Ya ampuuun, saya baru inget. Waktu itu Ilel (nama panggilan buat Lailatul Husna) duduk di bangku depan saya. Dia nanya tanggal buat diisi di lembar jawaban. Waktu itu saya juga lagi ngisi identitas dong. Entah kenapa waktu saya ngisi nama, saya jadi nulisin nama dia. Ouchhh, mungkin waktu saya liat tulisan “Nama : ...” yang otak saya tangkep, ini kertas nanyain nama ilel. Haduhhh,,,

Seketika itu juga saya lagsung ceritain kejadian dan analisis saya itu. Huhuhuhu. Dosennya percaya. Karena memang dibandingkan dengan tulisan saya saat UTS pun sama. (ya ya lah, emang saya yang ngerjain). Awalnya dosen itu curiga dengan praktik per’joki’an ketika tahu ada dua nama yang sama di lembar UAS. Wadahhhhh, Ibuuuuu segitunyaaaa.Tapi saya juga ga bisa nyalahin. Yaa itu dosen pasti bingung dan suudzon duluan. Ga mungkin beliau mikir ada orang yang lupa namanya saat UAS (pula). Tapi emang itu kenyataannya, saya lupa nama saya. Sebenarnya bukan lupa. Saking grogi dan banyak pikirannya saat itu, mungkin saya jadi kalut.

Duhhh, entah dosen itu nyangka saya pake joki, atau saya nge’joki’in Ilel, saya ga tahu. Yang jelas ketika dosen itu sempet bilang “ohh gitu.  Ya awalnya saya sangka ini kaya per’joki’an”.  Dan saya pun motong “Bu, saya ga punya niat kaya gitu. Yang jelas kejadian ini entah konyol atau malah justru berbahaya, saya ga tahu. Yang pasti setelahnya saya bener-bener introspeksi diri. “Ko bisa lupa nama. Saat UAS pula men”. Yaa meskipun setelahnya, jadi bahan ketawaan temen-temen juga.
Buat Ilel, maafkan diriku ya. Sudah membuatmu ikut galau bersamaku semalaman karena mikirin nilai kita. Padalah enggak ada masalah dengan nilai kita. Hahahaha. Buat Ibu dosen Kimia Fisika 4, maafkan kecerobohan mahasiswa mu ini ya, Bu. Aku hanya mahasiswa lemah yang berlumur dosa dan khilaf. Hahahaha.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Haii, saya sempat sakit untuk beberapa hari. Meninggalkan aktivitas sebagai mahasiswa deh. Jadi pengangguran di tempat tidur sambil nonton tv. Jadi mengikuti berita politik sampai gosip artis. Ckckck. Kalau kuliah, ga bakal kaya gini deh. Paling denger dari curhatan ibu waktu saya saya ambil makan atau nonton berita selanjutnya. Dari mulai adanya bocor surat dari Istana lah, kasus loncatnya salah satu mahasiswi, ampe kabar Krisdayanti yang jengukin Raffi Ahmad.

Besok, saya mulai kuliah lagi. Hadeuhhh, baru saja meninggalkan 2 hari, rasanya udah ketinggalan lama sekaleee. Ga tau saya yang terlalu ketakutan sama sesuatu atau emang jadi mahasiswa semester 6 Jurusan Pendidikan Kimia itu emang nakutin. Meskipun informasi tak henti mengalir dari sobat-sobat saya di kampus, tetep aja ada perasaan khawatir ketinggalan informasi dan ketinggalan pelajaran. Secara kuliah itu ge segampang waktu jaman sekolah.

Iseng sore untuk terakhir kalinya ada di rumah, nulis curhatan (red.keluhan) saya sebagai mahasiswa Pend. Kimia. Entah karena ini awal semester dan saya belum terbiasa, saya ngerasa semester ini bakal jadi lebih berat dari semester kemaren. Sampe baru seminggu menjajal semester ini, tumbang deh. Hahaha. Mungkin sebenarnya bukan karena semester baru juga. Mungkin emang udah banyak rasa lelah dari kegiatan-kegiatan sebelumnya yang bikin saya jadi ga liburan (huwaaaaa) *kegiatan apa itu? Nanti saya cerita di lain forum.

Dari kegiatan selama jadi pengangguran, malah keasyikan menjadi pengamat televisi. Hihihi. Abisnya kadang saya ngerasa kuper juga. Seharian di kampus. Sela waktu dipake ngerjain tugas kelompok (ciee). Nyampe rumah ngerjain tugas, kalo ga tepar duluan, baru bangun lagi dan ngerjain tugas. Kapan baca beritanya? Padahal waktu jaman sekolah, saya selalu punya ritual rutin setelah makan siang. Baca koran. (paginya ga sempet men) meskipun itu berita pagi, tapi cukup bikin saya selalu ngerasa pede dan fresh keeseokan harinya. 

Entah saya yang ga bisa ngatur waktu, atau emang keadaan yang maksa saya jadi anak kuper akhir-akhir ini. Padahal Bapak saya udah wanti-wanti buat selalu update pengetahuan umum, disamping pengetahuan yang jadi konsentrasi saya di kampus. Apa saya kurang baca ya? Mungkin juga. Tapi kalau saya boleh beralasan, kadang saya ngerasa waktu 24 jam dalam satu hari itu ga cukup buat ngelakuin semua aktivitas (padahal aktivitas saya cuma kuliah dan ngajar privat).

Ngiri juga sama mereka yang bisa punya aktivitas seabrek, tapi masih bisa jadi yang terbaik di tiap aktivitasnya. Hufftt.

Ngeluh lagi deh sebagai anak kimia. Rasanya beban belajar dan tugas yang diberikan bikin kita jadi sulit mengembangkan diri selain di kimia deh. Jadi inget obrolan sama seorang temen di bis dalam suatu perjalanan. Dia bilang anak jurusan lain makin tinggi semesternya makin santai, karena memang dipersiapkan buat skripsi. *garuk-garuk. Itu temennya boong dengan niat mau bikin kita ngiri apa gimana. Yang jelas kita ketawa deh. Buat anak kimia kayanya enggak. Makin atas, makin lupa sama dunia luar. Jadi ngerasa kasian sama orang yang punya bakat lain. Mungkin mereka pengen ngembangin bakat mereka, tapi banyak kesendat sama beban tugas. (hahaha, alasan). Soalnya emang udah ada bukti. Dua orang teman saya menghilang dari kelas. Hehehe. Alias mengundurkan diri. Ga tau juga sih alasannya apa. Tapi yang satu masih suka maen ke kampus dan dari ceritanya yaaa gitu deh.

Ga ngerti juga sama dosen dosen kimia yang masih bisa bikin produk dibalik kesibukannya. Halahhh, mereka aja bisa yaaa. Mereka juga pernah jadi kita. Masih idup sampe sekarang. Berarti emang jadi mahasiswa belum bikin orang mati ko. Pasti bisa. ^^

Intinya jadi mahasiswa kimia ituuuu....

fabulousssss

harus kuat fisik, mental, spiritual

hahahaha

ga salah itu jargon Kimia Kuat-kuat ada waktu jaman Osjur
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pernah suka sama orang dan susa lupa a.k.a susah move on?  hashtag galau. Mau bercuap-cuap bukan tentang susah move on-nya. Tapi tentang akibat yang ditimbulkannya. Tidak menyebabkan mulas-mulas seperti abis makan Keripik Ma I*ih level tinggi. Apalagi menyebabkan kantuk seperti obat flu.

Pernah ketemu sama orang yang mengingatkanmu sama orang yang susah di-move on-in? Terus ngedeketin dia dengan harapan dia akan dapat menggantikan ‘seseorang’ itu dan sejenak menemani kesendirian dan kesepianmu akan kehadiran perasaan dag-dig-dug saat menanti balasan SMSnya atau berbinar ketika mengangkat telepon darinya.

Itu bukan move on man.

Gara-gara baca blog tetangga (yang saya ikuti juga). Jadi rada kesentil gara-gara ungkapan dia tentang ‘tumbal’. Agak sadis bin kasar sih. Entah dia ternyata jelmaan penyihir jahat, Si Sirik di cerita Oki dan Nirmala atau jangan-jangan Mak Lampir di film Misteri Gunung Merapi. Hehe. Bukan deng. Dia ‘pure’ manusia (insyaallah) dan sahabat saya sebenarnya. Cuma emang ceplas-ceplos dan kaya toa aja. Tapi dibalik kebrutalan dia, hatinya tetep rapuh dan mudah retak juga.
            
Ceritanya rada kesentil juga sama uangkapan yang satu itu. Entah dia pernah ngalamin pengalaman yang sama atau gimana, yang jelas saya berasa kesindir.
                
Ga pernah kepikir sebelumnya apa akibat dari ‘main-main’ di zona berbahaya menyangkut perasaan orang. Terus sekarang tiba-tiba jadi kepikiran. Gimana kalau orang yang dideketin itu ternyata cinta tulus sama kita sementara kita masih menyimpan harapan untuk orang lain. Oke lah ternyata kita juga suka. Dan jadian lah. Tapi ketika orang yang kita puja-puja setengah dewa itu datang lagi, masih bisa jamin setia?
                
Itu sama jahatnya dari orang yang kita kagumi itu. Kalau dipikir-pikir harusnya kita marah dan berontak saat mengagumi seseorang secara berlebihan. Apalagi kalau perasaan itu Cuma bikin kita jadi cengeng (red.gampang nangis tiap denger lagu galau). Sementara kita sibuk sama perasaan sendiri, dan membiarkan diri kita kita ga berkembang. Susah buat buka mata bahwa kehidupan di luar sana yang penuh dengan tantangan dan petualangan menanti kita. (alah, apa sih ini)
               
Intinya, sadari lah kalau diri kita cantik. Diciptakan istimewa. Patut dikagumi. Bukan hanya untuk mengagumi. Kalau hanya karena kita tidak dapat membuat kagum satu orang, bukan berarti kita tidak mampu membuat dunia kagum akan diri kita. Bangun dan coba melihat dunia dengan kacamata yang berbeda (kacamata kuda mungkin).
                  
Tentang ‘tumbal’ itu, gimana ya?

Mending jangan dulu memutuskan untuk dekat dan suka dengan orang lain sebelum kita bener-bener mampu ga girang kalau nerima SMS dari ‘seseorang’ itu. Bener-bener mampu ga nengok tiap denger namanya. Bener-bener mampu ga nyembunyiin fotonya di balik fotomu  bersama sahabatmu di dompet. Bener-bener ga nangis setelah tau dia punya pacar ternyata (huwaaaaa).
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

Widya P Suharman

Melankolis-Plegmatis
Ibu dari satu anak kandung dan Ibu dari puluhan siswa

Popular Posts

  • Membuat Surat Keterangan (Suket) Sehat Jasmani dan Rohani Serta SKBN di RSUD Cibabat
    Saat melamar pekerjaan atau mendaftar sekolah (biasanya kedinasan), ada instansi yang mensyaratkan surat keterangan (suket) sehat jasmani ...
  • Penghambat Seleksi CPNS
    Sekali lagi ya, jadi PNS itu bukan cita-cita semua orang. Bukan juga cara cepat biar kaya karena penghasilannya biasa saja. Masih banyak pe...
  • Dua Manusia Yang Salah Sangka
    “Nikah deh, nanti bakal tahu rasanya gimana.” Seolah tidak     merasakan bagaimana sumpeknya jadi jomblo yang tiap lebaran ditanya...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 3 - SKB) #2019goestoASN
    Ada empat orang yang nilainya melampaui  passing grade  SKD, tapi yang lolos ke SKB maksimal 3 X formasi. Karena formasi Guru Kimia di SMA ...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 4 - Pemberkasan) #2019goestoASN
    Sebulan lebih menunggu pengumuman hasil integrasi SKD-SKB yang menjadi penentu kelulusan seleksi CPNS (tentang proses SKB 👉 bisa buka ini...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 2 - SKD) #2019goestoASN
    Setelah kemarin nulis tentang bagaimana mencari formasi yang sesuai dengan latar pendidikan sampai dengan tahapan seleksi administrasi (kl...
  • Seangker Itukah Anker ??
    Sebetulnya bukan pertama kali saya pake moda transportasi commuter line alias KRL yang menjadi sangat berjasa bagi kaum komutasi. Gara-ga...
  • Malu Bertanya, Motor Tertahan, Uang Melayang, Pengalaman
    Kejadian ini hanya dilakukan oleh profesional. Jangan ditiru jika ada anda belum cukup sabar. *padahal kayanya banyak yang ngalamin lebih ...
  • Sepuluh Hari Pertama Jadi Istri
    Pekan lalu, tepatnya Minggu 1 Juli 2018 saya melepas lajang 💑. Ada sedikit penyesalan ... kenapa ga dari dulu 😅. Tapi, tetap aja masih ad...
  • Jangan Asal Speak Up
    Peran manusia sebagai makhluk sosial menuntut kita untuk bisa berkomunikasi secara sosial, entah lewat tulisan atau yang lebih seringkali k...

Blog Archive

  • ▼  2022 (1)
    • ▼  September 2022 (1)
      • Menyusun LK 3.1 Best Practice (PPG Dalam Jabatan 2...
  • ►  2019 (10)
    • ►  May 2019 (1)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (6)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (16)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  July 2018 (2)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  March 2018 (5)
    • ►  February 2018 (4)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (4)
    • ►  September 2017 (1)
    • ►  August 2017 (2)
    • ►  July 2017 (1)
  • ►  2016 (9)
    • ►  September 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (1)
    • ►  April 2016 (4)
  • ►  2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
    • ►  March 2015 (1)
  • ►  2014 (8)
    • ►  August 2014 (2)
    • ►  July 2014 (1)
    • ►  June 2014 (2)
    • ►  April 2014 (1)
    • ►  January 2014 (2)
  • ►  2013 (26)
    • ►  December 2013 (4)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (1)
    • ►  August 2013 (3)
    • ►  June 2013 (2)
    • ►  April 2013 (1)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (3)
  • ►  2012 (22)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (1)
    • ►  October 2012 (1)
    • ►  September 2012 (2)
    • ►  August 2012 (3)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  June 2012 (9)
  • ►  2010 (2)
    • ►  April 2010 (2)

Categories

  • cerita guru (1)
  • cerita PPL (1)
  • corat-coret (37)
  • kuliah (2)
  • meluangkan waktu (3)
  • nyastra (2)
  • opini (36)
  • perjalanan (6)
  • The Journey of Emak-emak (9)

Created with by ThemeXpose . Distributed by Weblyb