Powered by Blogger.

Pages

  • Home
facebook twitter instagram

Widya's Babble

Self Reminder. Bukan berarti sudah baik.

“Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari kiamat nanti di hadapan Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara: umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa dihabiskan, hartanya dari mana dia dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan sudahkah beramal terhadap ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At Tirmidzi no. 2340) ~ngutip dari websitenya rival saya, Oki Setiana Dewi.

Jangan-jangan pertanyaan yang jadi judul tulisan ini bakal ditanyain juga. Oh enggak. Tidak ada dasarnya. Saya juga enggak mau dituduh merubah hadits. Ya habis, jejaring sosial itu bisa jadi ladang amal atau malah lumbung dosa juga sih.

Sejak kapan fenomena jejaring sosial yang mengangkat pamor internet ini mulai menjamur , tidak tahu pasti. Saya bukan pengamat teknologi. Tapi setuju kan kalau saya bilang gara-gara facebook orang jadi melek internet?

Pagi itu saya iseng buka timeline twitter. Masih mesem-mesem ingin tahu kelanjutan tentang Taman Jomblo. Tanggapannya lucu-lucu. Dan parahnya Kang Emil malah suka nimpalin mention dari warganya itu. Mulai dari pertanyaan apa taman jomblo itu bisa menampung semua jomblo se-Bandung Raya sampai masukan untuk melarang orang berpacaran di Taman Jomblo. Alasannya bukan lantaran pemandangan pacaran itu menganggu atau dilarang agama. Tapi katanya orang yang berpacaran di Taman Jomblo itu serakah. Makan lahan orang. Haduhh. Tapi itu lah jejaring sosial. Setiap orang bebas berpendapat, bahkan bisa langsung disampaikan ke pemimpinnya. Kalau sudah begini, jangan-jangan peran ‘wakil rakyat’ juga bisa diganti dengan jejaring sosial.

Tapi kadang kebebasan ini juga bisa ‘menganggu’ orang lain. Mata saya tidak sengaja membaca twit salah seorang teman ke pacarnya yang juga teman saya. Dan parahnya lagi isi mention itu seolah menandakan kalau mereka sedang bermasalah. Bukan seolah sih. Memang begitu. Orang awam yang tidak kenal mereka saja pasti bisa tahu kalau mereka adalah dua sejoli yang sedang mengalami masalah dalam hubungan mereka. Atau mantan dua orang sejoli yang baru saja putus dan ramai saling menyalahkan. Hadeuhh, mood saya untuk mencari informasi tentang Taman Jomblo jadi turun. Beberapa hari yang lalu juga begitu. Bahkan timeline saya penuh sama ocehan mereka berdua. Apa saya unfollow saja ya dua orang ini? Tidak enak juga. Masalahnya keduanya teman saya. Hadeuhh.

Sejujurnya saya juga pernah mengalami hal serupa. Galau akibat cinta, tugas kuliah, atau sulitnya mencari sesuap nasi. Tapi, teu kitu oge meureun. Meuni nepi ka pasea dina twitter mah. (Tapi, tidak sampai begitu juga kali. Sampai berantem di twitter.) Masih mending kalau yang diposting itu hal yang menyenangkan. Baru dilamar misalnya. Kan yang baca jadi ikut senang dan semakin ingin cepat nikah (*lho?). Seketika juga saya jadi geli sendiri kalau mengingat berapa kali saya update tentang kegundahan hati. Berharap sang penyebab gundah membaca curahan hati dan mau mengerti.  Tapi yang ada sang penyebab gundah itu malah mengejak saya. Katanya “kok facebook udah kaya dinding ratapan. Berhasil tuh orang Y***** bikin wall. Emang bener dipake meratap kok sama yang punya”. Meskipun sempat kesel juga sama ini orang, tapi memang ada benarnya. Dan setelah saya pikir ulang setelah gundah itu tidak lagi muncul. Saya jadi ilfil sendiri.
Pertama, malu lah kalau masalah kita terkespos oleh orang lain. Artis saja tidak mau masalahnya masuk infotainment.
Kedua, masih mending kalau sang penyebab galau itu mengerti. Lahh kalau dia hanya mesem-mesem aja, ketawa, atau malah tersenyum kecut kemudian ilfil. Rugi kita juga. Soalnya kalau saya perhatikan, laki-laki itu cenderung menggunakan pikirannya dibanding perasaannya. Jadi kalau dia membaca postingan seorang perempuan, ya tidak akan berpengaruh terhadap perasaannya. Lain lagi kalau sang penyebab gundah itu laki-laki yang ‘tidak biasa’ ya atau malah laki-lakinya yang ikut gundah seperti yang saya obrolkan di atas.
Memang sepertinya, jejaring sosial itu memunculkan tren baru. Galau rame-rame. Jadi kalau yang lagi galau, sebaiknya hindari jejaring sosial dulu deh. Daripada tambah galau. Mending nonton komedi, baca buku, atau ambil air wudhu terus baca qur’an deh. (Ihh, solehah banget kan saya? Haha)

Sebetulnya memang tidak semua orang menggunakan jejaring sosialnya untuk galau. Beberapa orang yang dulunya menganggap facebook itu bid’ah malah sekarang  mengeroyok facebook sebagai media dakwah. Yang ini positif dibanding yang membuatnya sebagai media galau. Jadi kalau yang lagi galau, buka jejaring sosial, baca postingan dakwah, langsung deh tiba-tiba pengen jadi relawan ke daerah timur tengah (yang ini berlebihan dan rasanya kejauhan).

Ada lagi yang menggunakan sebagai media eksis. Foto sana-sini. Tag tempat sana-sini. Menunjukkan betapa sibuk dan gaulnya diri mereka. Saya juga sempat kok melakukan hal itu untuk beberapa saat. Saat pertama kali mencoba jejaring sosial baru. Tapi lama kelamaan bosan juga. Lagian yang tidak saya habis pikir, sempat-sempatnya mereka update dulu ketika berada di suatu tempat. Menurut saya kemungkinan mereka tidak bisa menikmati kehidupan nyata mereka. Saya saja merasa tidak ada waktu untuk sekedar update atau posting foto kalau sedang berada di suatu  tempat. Mungkin karena saya menikmati lingkungan itu. Setuju? Lebih parahnya dan tidak habis pikir, path malah menyediakan tombol untuk tidur dan bangun. Malah sampai ada komentar segala kalau kita tidur terlalu larut, bangun terlalu siang, atau tidur terlalu sebentar. Kenapa seolah path itu jadi lebih cerewet dari pacar?


Ya sudahlah ya. Kembali pada diri masing-masing saja. Sejujurnya sikap seperti apa pun dalam jejaring sosial yang saya tuliskan di sini, tidak lepas juga dari saya. Maksudnya jangan anggap saya tidak pernah galau atau ngeluh atau posting foto di suatu tempat pada jejaring sosial. Maksud saya ya, setidaknya kita lebih bisa tahu waktu dan menjaga ‘nafsu’ untuk terus-menerus tergantung pada jejaring sosial yang ada di dunia maya. Apalagi sampai lupa pada dunia nyata dan jadi orang yang kurang bermanfaat karena waktunya hanya dihabiskan untuk hal yang kurang ‘penting’. Ini juga masukan untuk saya. Karena kalau waktu libur, tanpa kegiatan, hawa tempat tidur sangat menggoda untuk didiami sambil terus-menerus melototin timeline.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Tidak terasa bulan depan sudah mulai PPL.

Rasanya baru kemarin mengikuti MOKA, RAM, MABIM, LKM, dan jadi anggota biasa himpunan. Ikut berbagai kepanitiaan. Sekarang tinggal menunggu untuk jadi peserta wisuda. Iya masih menunggu.

Rasanya baru kemarin kuliah Kimia Umum. Kimia Fisika volume 1 sampai 4. Biokimia. Hingga kemarin belajar jadi guru beneran di Simulasi Pembelajaran Kimia.

Rasanya baru kemarin tes SNMPTN. Masuk pilihan ke-dua, Pendidikan Kimia UPI. Meskipun sempat menyesal tidak belajar lebih keras untuk masuk pilihan pertama. Tapi sekarang malah jadi mengazamkan diri untuk menjadi seorang pendidik. Iya seorang guru, yang selalu belajar untuk menjadi layak digugu dan ditiru. Mendedikasikan diri untuk bangsa. Oh tidak. Terlalu besar. Terlalu tinggi. Setidaknya mendidik anak-anak bangsa yang akan memimpin negeri ini nantinya. Yang akan menjadi anggota dewan, mentri, ilmuwan, dokter, atau presiden mungkin. Tapi yang jujur, amanah, dan tidak senang korupsi.

Jadi guru yang baik. Lewat Kimia? Iya lewat kimia. Lewat kimia yang mengajarkan tentang arti memberi dan menerima seperti konsep pelepasan dan penangkapan elektron pada reaksi redoks. Lewat kimia yang mengajarkan betapa Allah sangat menyayangi manusia dengan menciptakan Ikatan Hidrogen pada air sehingga tetap berfasa cair pada suhu kamar. Lewat kimia yang mengajarkan saling berbagi seperi Ikatan Kovalen. Lewat kimia tidak hanya sekedar materi kimia yang diajarkan. Tapi nilai religius dan nilai sosial. Karena saya yakin seyakin-yakinnya. Tidak sedikit atau bahkan semua siswa akan sakit perut dulu jika mendengar kata Kimia. Tidak semua siswa akan menyambut ramah. “Ahh, buat apa belajar kimia. Saya mau masuk IPS”

Bagaimana rasanya jadi guru? Senang kah? Atau malah sulit? Atau membosankan?

Tahun depan akan mencoba...

Jadi guru yang benar....

Entah hanya perasaan saya saja atau memang sudah kenyataan yang terjadi seperti itu. Guru yang ada saat ini hanya menjelma sebagai ‘evaluator’ yang menguji hasil belajar siswa. Hasil belajar dimana? Terserah siswa. Mau belajar sendiri di rumah, silahkan. Bagi yang memiliki orang tua berpenghasilan tinggi, bisa masuk bimbel atau ikut privat. Sedangkan orang tua dibuat kelimpungan melihat anak-anaknya pusing mengurusi berbagai materi yang dituntut sekolah.


Ahh semoga tidak semua guru seperti ini. Iya memang tidak semua. Masih banyak guru yang rela datang lebih pagi ke kelas untuk mencontohkan kedisiplinan pada siswanya. Masih banya guru yang rela meluangkan waktunya dengan ikhlas untuk memberikan pelajaran tambahan. Masih banyak ... J
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Liburan yang tak direncanakan. Ya itulah tema dari perjalanan singkat hari ini. Berawal dari rencana hanya main ke Gasibu, destinasi kami berubah ketika melihat keadaan jalanan di Padjadjaran begitu padat. Awalnya kami hanya berniat mengambil jalan pintas lewat makan Pandu dan tembus di Pasteur. Namun ketika keluar dari makam Pandu, .... ia pun muncul. Ya ide untuk merubah tujuan menjadi Curug Cimahi. Meskipun sempat ragu juga lantaran kami tidak tahu jalan yang harus dilalui. Berkat teknologi juga akhirnya kami memutuskan untuk siap ke sana. Sedangkan sebenarnya saya hanya pura-pura manggut saja ketika dia menjelaskan rute yang akan kami lalui. Hehe (hampura). Padahal waktu SMA saya juga pernah ke sana. Namun dari arah Cimahi lewat Kolonel Masturi. Sedangkan saat itu kita sedang berada di Pasteur. Yang saya tahu kami lewat Surya Sumantri, masuk ke Setra Duta dan tiba-tiba nongol di Jalan Ciwaruga dan akhirnya bertemu dengan Universitas Advent dan tak lama muncul juga plang bertuliskan Curug Cimahi. Oh ya saya lupa bercerita. Saat itu saya melakukan perjalanan bersama Padil. Senior saya di kampus yang beda jurusan dan dipertemukan oleh sebuah ‘wawancara’. Lain waktu saja lah saya cerita lebih lanjut.
Ini dia pemandangan selama perjalanan
Yang ini juga ga kalah cantik kan??
Kalau ini malah mergokin yang pacaran di pinggir jalan. Hihi
Kelihatan tidak kalau harga tiketnya Rp 10.000 ?? 
Harga tiket masuknya naik. Ya iya lah secara saya ke sana itu sekitar lima tahun lalu. Hehe. Kalau dulu, (kalau tidak salah ingat), tiket masuknya hanya Rp 3.000 saja. Namun sekarang menjadi Rp 10.000. Namun setelah masuk, baru sadar juga memang banyak perubahan. Salah satunya adalah tangga yang menjadi akses pengunjung menuju air terjun sudah ‘rapih’ dan nyaman. Kalau dulu memang hanya tanah. Jadi memang cukup berbahaya apabila musim penghujan. Sekarang sudah bisa liat sendiri, lengkap juga dengan pagar pengaman. Oh ya mulai dari pintu masuk pun kita sudah bisa melihat dan mendengar suara air terjunnya. Dan bila dibandingkan dengan air terjun lainnya yang ada di sekitar Bandung (mungkin juga daerah lain) Curug Cimahi ini memang paling mudah diakses. Kita hanya perlu menuruni anak tangga. Jumlahnya? Hmm, lupa saya tidak meghitung. Malas dan kurang kerjaan juga. Dan cukup lumayan melelahkan juga saat hendak pulang, karena jadi harus naik tangga. Hehe. Tapi jangan takut. Saya rasa air terjun ini cukup ramah untuk segala umur. Tadi saja, ada beberapa orang lanjut usia bersama keluarganya yang ingin mencoba mengunjungi. Wehh jadi malu saya kalau tiba-tiba merasa lelah saat naik untuk pulang kalau melihat Nenek atau Kakek yang malah mendahului kami. Dan satu lagi yang menarik dan harus hati-hati. Di tangga ini banyak monyet. Sebetulnya lumayan jinak juga. Mungkin karena sering melihat manusia. Mereka biasanya akan pergi menjauh kalau kita mendekat. Tapi ada beberapa dari mereka yang memiliki bulu lebih tebal, biasanya malah lebih berani untuk mendekat. Huwaa, kalau sudah begitu lutut saya yang lemas. Makanya saya tidak berani memotret mereka. Mau yang jinak apalagi yang berbulu tebal itu. Satu kejadian lucu adalah ketika Padil mendekati salah satu monyet yang sedang bersembunyi di antara semak untuk mengambil gambar monyet itu. Ehh itu monyet dengan genitnya malah senyum dan kemudian pergi. Walahhh, Padil jadi dapat gebetan. Ckck. Sayangnya dia belum sempat minta nomor handphone.
Dari pintu masuk saja sudah terlihat kan?
Hal yang paling menonjol dari Curug Cimahi ini adalah ketinggiannya yang wuihhh lumayan tinggi juga. Dan saat berada di bawah, kita bisa merasakan sensasi serasa berada di dasar jurang. Haha. Jadi apabila kita melihat ke atas air terjun, memang rada ngeri juga bila membayangkan lereng bebatuan itu longsor. Hiii. Tapi sayangnya. airnya sekarang kotor. Padahal pertama kali saya ke sana, airnya masih jernih. Entah karena penguh musim hujan atau semakin banyak pengunjung yang datang atau karena semakin banyak wana wisata yang memanfaatkan sumber airnya, sehingga waktu airnya sampai di Curug Cimahi sudah tercemar. Hmm, sayang ya.
Tinggi kan?
Sayang airnya kotor :(
Kata Padil, yang ini sedang menatap masa depan. Haha.
Yang ini cuma iseng di bawah pohon.
Biar ga cape saat naik, sambil foto saja. Hehe. 
Ini foto (sok) anggun.
Fotografer yang moto sambil nungging lho ini.
Ini tangga menuju air terjunnya.
Hal lain yang akhirnya saya tahu adalah ternyata sekarang di sana juga disediakan mushola yang nyaman. Dengan material kayu dan di tengah alam bebas, kita bisa merasakan solat ditemani semilir angin dan suara gemericik air dari pancuran di sebelah mushola tempat wudhu, dan juga samar-samar debur air terjun dari kejauhan. Lagi-lagi saya lupa untuk mengabadikan mushola itu. Lahh biar saja. Biar penasaran dan langsung ke sana saja ya.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Prolog   :
Melirik arsip yang mengakibatkan kegelisahan dan kegundahan. Karena ternyata jumlah tulisan tahun ini masih kurang dibanding tahun kemarin. Hiks (lebay memang. Hihi). Memang benar apa yang pernah dibilang Aa Ariel ‘Noah’ beberapa hari yang lalu di acara yang diadakan salah satu radio di Bandung, kalau ide itu muncul saat emosi kita di atas rata-rata. Dan memang akhir-akhir ini emosi saya sedang ada di posisi biasa-biasa saja. Tidak sedang galau atau emosi berlebihan. Akibatnya tidak ada sesuatu yang menjadi terlihat menarik untuk ditulis. Sampai akhirnya tadi, di kamar mandi. Terpikir untuk menulis sesuatu. Meski terkesan maksain. Hiks Ini dia ...

Rambut saya masih basah. Baru saja tadi maghrib dibangunkan Ibu dari tidur pendek saya. Ketiduran karena lelah menamatkan film Bloody Monday. Film yang sudah lama menjejali memori laptop, namun belum berani menonton akibat judulnya yang menyiratkan kesan horor. Hehe (Konyolnya saya). Sambil menyadarkan diri sepenuhnya dari alam tidur, sayup- sayup saya mendengar bunyi berisik seperti mesin pompa air. Wahh girangnya hati ini.

Setelah tiga hari berangan-angan bisa mandi dengan normal. Dan tadi baru saja bercengkrama kembali dan melepas kangen bersama air. Tapi tidak pakai adegan lari-lari ala film India. Kamar mandi saya kecil. Cukup adegan ala iklan sabun mandi setelah beberapa hari selalu ada nasihat “jangan boros-boros air” setiap hendak masuk kamar mandi. Dan dipaksa harus cukup dengan dua gayung air saat kamu pipis. Atau nahan BAB sampai nanti di rumah nenek.

Jadi ceritanya rumah saya itu menggunakan sistem air artesis. Saya tidak tahu definisi umumnya seperti apa. Dan juga tidak tahu jelas sejarah dan sejak kapan sistem air ini dipakai di lingkungan rumah. Yang jelas sejak saya menempati rumah ini, sekitar kelas satu SMP, rumah ini, dan yang saya tahu semua rumah di daerah saya menggunakan sistem air ini. Jadi ada beberapa pompa dan sumur besar yang ditempatkan di beberapa titik. Pompa-pompa itu lah yang menyedot air dan dikumpulkan di sebuah penampung besar juga. Baru lah air-air yang ditampung itu disalurkan ke rumah-rumah penduduk. Dan sudah tiga hari ini, pompa-pompa itu mengalami kerusakan. Hhhh, mungkin Mario Bros da temannya Luigi itu masih sibuk berkelana di negerinya, jadi tidak sempat melirik Melong Green yang sedang membutuhkan tenaganya ini.

Ya hasilnya seperti ini. Akibatnya banyak. Salah satunya tukang air yang pada hari biasa tidak menerima pesanan dari daerah saya, mendadak jadi rame lalu-lalang di sekitar rumah. Positifnya sih, jadi menambah penghasilan tukang air. Tapi ya ada saja negatifnya. Jangan heran kalau sampai terjadi pertumpahan darah. Maksudnya biasanya Ibu-Ibu akan berebut ingin mendapat air lebih dulu. Mungkin sudah mirip seperti serigala-serigala yang berebut kambing buruan. Hihi. Dan jangan heran kalau sampai ada adegan iri dan gerutuan di rumah masing-masing kala melihat tetangga sudah mendapat kiriman air.


Aaahhh air. Padahal saat ini musim hujan. Tapi sudah beberapa hari ini pula harus bulak-balik rumah nenek Cuma untuk numpang mandi. Cucian di kamar mandi juga sudah menggunung. Waktu jaman masih baca majalah Bobo, sering banget baca puisi kiriman pembaca tentang kamu, Ir. Dan baru saat ini menyadari betapa berharga manusia bergantung padamu. Rasanya kamu lebih berharga ketimbang pacar deh, Ir. Sehari tanpa pacar tidak masalah. Tapi sehari saja tanpa kamu, apa jadinya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kamu pernah jatuh saat belajar sepeda atau bermain petak umpet?
Masih ingat bagaimana rasanya?
Aku masih.
Dan sekarang sedang merasakan itu setiap pagi
Ya setiap pagi
Sejak ….
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

Widya P Suharman

Melankolis-Plegmatis
Ibu dari satu anak kandung dan Ibu dari puluhan siswa

Popular Posts

  • Membuat Surat Keterangan (Suket) Sehat Jasmani dan Rohani Serta SKBN di RSUD Cibabat
    Saat melamar pekerjaan atau mendaftar sekolah (biasanya kedinasan), ada instansi yang mensyaratkan surat keterangan (suket) sehat jasmani ...
  • Penghambat Seleksi CPNS
    Sekali lagi ya, jadi PNS itu bukan cita-cita semua orang. Bukan juga cara cepat biar kaya karena penghasilannya biasa saja. Masih banyak pe...
  • Dua Manusia Yang Salah Sangka
    “Nikah deh, nanti bakal tahu rasanya gimana.” Seolah tidak     merasakan bagaimana sumpeknya jadi jomblo yang tiap lebaran ditanya...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 3 - SKB) #2019goestoASN
    Ada empat orang yang nilainya melampaui  passing grade  SKD, tapi yang lolos ke SKB maksimal 3 X formasi. Karena formasi Guru Kimia di SMA ...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 4 - Pemberkasan) #2019goestoASN
    Sebulan lebih menunggu pengumuman hasil integrasi SKD-SKB yang menjadi penentu kelulusan seleksi CPNS (tentang proses SKB 👉 bisa buka ini...
  • Share Pengalaman Seleksi CPNS Guru Kimia DKI (Part 2 - SKD) #2019goestoASN
    Setelah kemarin nulis tentang bagaimana mencari formasi yang sesuai dengan latar pendidikan sampai dengan tahapan seleksi administrasi (kl...
  • Seangker Itukah Anker ??
    Sebetulnya bukan pertama kali saya pake moda transportasi commuter line alias KRL yang menjadi sangat berjasa bagi kaum komutasi. Gara-ga...
  • Malu Bertanya, Motor Tertahan, Uang Melayang, Pengalaman
    Kejadian ini hanya dilakukan oleh profesional. Jangan ditiru jika ada anda belum cukup sabar. *padahal kayanya banyak yang ngalamin lebih ...
  • Sepuluh Hari Pertama Jadi Istri
    Pekan lalu, tepatnya Minggu 1 Juli 2018 saya melepas lajang 💑. Ada sedikit penyesalan ... kenapa ga dari dulu 😅. Tapi, tetap aja masih ad...
  • Jangan Asal Speak Up
    Peran manusia sebagai makhluk sosial menuntut kita untuk bisa berkomunikasi secara sosial, entah lewat tulisan atau yang lebih seringkali k...

Blog Archive

  • ▼  2022 (1)
    • ▼  September 2022 (1)
      • Menyusun LK 3.1 Best Practice (PPG Dalam Jabatan 2...
  • ►  2019 (10)
    • ►  May 2019 (1)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (6)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (16)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  July 2018 (2)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  March 2018 (5)
    • ►  February 2018 (4)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (4)
    • ►  September 2017 (1)
    • ►  August 2017 (2)
    • ►  July 2017 (1)
  • ►  2016 (9)
    • ►  September 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (1)
    • ►  April 2016 (4)
  • ►  2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
    • ►  March 2015 (1)
  • ►  2014 (8)
    • ►  August 2014 (2)
    • ►  July 2014 (1)
    • ►  June 2014 (2)
    • ►  April 2014 (1)
    • ►  January 2014 (2)
  • ►  2013 (26)
    • ►  December 2013 (4)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (1)
    • ►  August 2013 (3)
    • ►  June 2013 (2)
    • ►  April 2013 (1)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (3)
  • ►  2012 (22)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (1)
    • ►  October 2012 (1)
    • ►  September 2012 (2)
    • ►  August 2012 (3)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  June 2012 (9)
  • ►  2010 (2)
    • ►  April 2010 (2)

Categories

  • cerita guru (1)
  • cerita PPL (1)
  • corat-coret (37)
  • kuliah (2)
  • meluangkan waktu (3)
  • nyastra (2)
  • opini (36)
  • perjalanan (6)
  • The Journey of Emak-emak (9)

Created with by ThemeXpose . Distributed by Weblyb