Meskipun Bandung
Air Show, Braga Festival, dan serangkaian acara yang diadakan
pemerintah kota Bandung atau lembaga usaha yang ikut meramaikan ‘milangkala’nya
kota Bandung sudah selesai, namun sisa-sisa sampah, dekorasi, atau papan
publikasi masih tersisa. Jadi tidak ada salahnya juga bukan, sedikit mengulas
kota yang selalu dipenuhi kendaraan plat luar kota saat weekend ini.
Yang nulis lahir
di Bandung 21 tahun silam. Ibu orang Jawa tulen. Bapak campuran Bandung dan
Ciamis. Jadi yaa masih ada 25% lah untuk dibilang orang Bandung. Daripada orang
yang cuma numpang lahir padahal tidak sama sekali memiliki garis keturunan
Bandung, ehh ngaku orang Bandung juga. Itu masih mending. Ada lagi orang yang
baru tinggal setahun di Bandung, udah ngaku orang Bandung juga. Punya pesona
apa sih Bandung sampai pada rebutan gitu. Hehehe. Bercanda yaa. Yang kesindir
pasti pada bilang “saya enggak pernah ngaku orang Bandung kok”. Yang jelas
Bandung itu milik semua orang yang mau ‘mengakuinya’. Pake tanda kutip yaa. Karena
kalau sudah ‘mengakui’ harus mau juga menjaga dan memelihara segala yang ada di
kota ini.
Ada yang tahu
tanggal berapa kota Bandung berulang tahun? Yap betul 25 September. Baru tahu
setelah datang ke salah satu acara perayaan HUT kota Bandung? Sama. Saya juga. Meskipun
tahun ini inget, pasti tahun depan lupa lagi dan diingatkan dengan acara-acara
model gituan juga. Hahaha.
Kemarin yang
nulis sempet ke Bandung Air Show dan kecewa karena udah bayar tiket masuk, tapi
enggak liat ‘show’nya akibat peristiwa pesawat jatuh itu. Ckckck. Udah kedua
kalinya ini. Banyak yang harus dievaluasi kayanya. Denger-denger, acara ini
terancam enggak akan diadain lagi buat tahun depan.
Akirnya
meluncur ke Braga Festival dan terbayarkan lah disana. Baru nyadar kalau orang
Bandung itu kreatif banget. Dan jadi malu juga karena belum bisa kaya mereka. Meski
cuma bentar, tapi udah kebayang itu semua panitia dan pengisi acara di tiap
sudut, kerja dan muter otaknya kaya apa. Two Thumbs Up. Bener-bener menyediakan
hiburan untuk segala ‘tipe’ masyarakat. Hehehehe.
Ok lah itu
sekilas tentang acara ulang tahun yang setahun sekali itu. Sekarang pengen
beropini bebas tentang hasil renungan tiap pergi atau pulang kuliah.
Bandung itu
sejuk. Dulu tapi. Orang luar Bandung yang dulu berkunjung dan sekarang
berkunjung lagi pasti menyadari perbedaan itu. Banyak dari mereka yang bilang
“Bandung enggak sedingin dulu ya”. Salah satu yang disuka dari Bandung itu
karena dia dingin. Yang nulis adalah tipe orang yang lebih milih dingin
daripada keringetan. (apa ini, enggak ada hubungannya). Beberapa orang pernah
bercanda sih, katanya “Bandung itu cuma satu kurangnya. Enggak punya laut.” Aduhh
helloowww, itu Geografi-nya remedial ya? Haha. Mungkin bukan itu juga
maksudnya. Dalam benak mereka (mungkin) sebagian besar ibu kota propinsi itu
emang berada di daerah pantai, makanya mereka bilang gitu. Tapi disitu keunikan
Bandung. Apa malah jadi satu-satunya ibu kota propinsi yang enggak punya laut
ya? (aduh ini yang nulis juga perlu dicek nilai Geografi-nya). Tapi saat ini,
keunikan itu mulai menguap. Sedih juga sih. Beberapa waktu ini kerasa banget
Bandung lagi panas. Meskipun kata Bapak Wakil Walikota Bandung saat diwawancara
di acara Braga Festival bilang, kalau daerah hutan kota di Bandung sudah
mengalami peningkatan menjadi 11% dari luas Kota Bandung sendiri pada tahun
ini, tapi menurut sumber (entah apa) jumlah segitu masih kurang. Ada benarnya
juga. Dengan jumlah polusi yang enggak tahu jumlahnya tapi bisa dirasain
efeknya, kayanya emang masih kurang. Tapi sebagai masyarakat jangan kalah saing
dong dengan usaha pemerintah. Seneng baget deh ketika tahu salah satu temen
yang nge-kos ternyata memelihara tanaman walaupun dalam pot. Itu sudah jadi
bukti bahwa mereka punya usaha untuk menghijaukan bumi juga. Khususnya Bandung
sebagai tempat tinggal mereka saat ini. Tapi suka kesel juga karena masih ada
aja orang yang padahal (mungkin) orang Bandung asli, masih aja buang sampah
senbarangan kalau lagi jalan-jalan.
Ngomong tentang
polusi kaya diatas, kayanya udah enggak asing kalau polusi itu sumber utamanya
dari kendaraan. Dan selain polusi, kendaraan juga mengakibatkan apa? Ya macet. Rada enek juga ketika salah satu temen yang
nge-kos di Bandung (tapi yang bukan memelihara tanaman)bilang kalau di Bandung
itu jumlah angkotnya keterlaluan. Sopirnya pada enggak tahu aturan lalu lintas.
Setiap satu kendaraan pribadi pasti di depan dan belakangnya itu angkot. Gerah juga
denger pendapat gini. Masalahnya menurut yang nulis, problem ini tuh enggak
bisa cuma nyalahin satu aspek aja. Emang dia pikir pengguna kendaraan pribadi
enggak nyumbang macet? Coba kalau semua orang pada pake angkutan umum, kan
lumayan ngurangin jumlah kendaraan juga. Ini pendapat yang nulis sebagai
pengguna setia angkutan umum, karena enggak punya kendaraan pribadi. Tapi ya
kita juga enggak bisa nyalahin orang yang milih buat pakai kendaraan pribadi. Mungkin
mereka kurang nyaman dan kurang merasa aman ketika pakai angkutan umum. Menurut
yang nulis solusi yang adil ya penertiban angkutan umum dan pembatasan jumlah
kendaraan pribadi. Tapi dua alternatif solusi ini juga enggak segampang yang
dipikirin. Pasti banyak penentangan dari para sopir angkot kalau penertiban
angkutan ini jadi membuat mereka harus kehilangan pekerjaan. Mau dikasih makan
apa keluarga mereka? Dan lagi pabrik yang bikin kendaraan pastinya enggak bakal
langsung setuju sama aturan yang ngurangin pendapatan mereka. Teknis dan
detailnya yang harus dibikin seapik mungkin lagi.
Ahhh, apa lagi
ya harapan buat Kota Bandung? Itu sih yang paling kepikiran dam kerasa tiap
pergi dan pulang kuliah. Lainnya..
Ohh ya, semoga
Bandung tetap menjadi kota dengan masyarakat yang kreatif, mampu menjadi
trendsetter,tetap menjadi kota fashion dan kuliner. Bukan apa-apa. Lumayan kan
buat pemasukan masyarakatnya sendiri. Daaan pengennya sih jadi kota yang lebih
agamis dan intelektual. Supaya bisa mengimbangi dua predikat sebelumnya yang
kayanya kok identik sama konsumerisme dan hura-hura belaka. Meski tidak dipungkiri,
kaum intelektual Bandung saat ini udah mulai keliatan dan mulai bisa
menyumbangkan ide cemerlangnya buat kemajuan dan perbaikan kota ini ke arah
yang lebih baik. Dan semoga yang nulis dan yang baca kelak akan jadi salah satu
dari mereka. Amin.