Dua Manusia Yang Salah Sangka

by - February 14, 2019

“Nikah deh, nanti bakal tahu rasanya gimana.”


Seolah tidak  merasakan bagaimana sumpeknya jadi jomblo yang tiap lebaran ditanya kapan nikah mulu. Enak banget ngomong kaya gitu karena dia nemu jodoh dengan enteng kaya beli bala-bala. Sementara kita usaha mulai minta dikenalin sampai daftar biro jodoh aja belum ada yang nyangkut. Ada sih yang nyangkut, tapi ga masuk kriteria. Lagian kita juga masih nyaman kok sendirian. Enak lagi ga perlu repot tentang suami atau anak.
Percakapan yang merusak persahabatan 😀
Sumber : https://seribuanimasi.blogspot.com/2018/06/kumpulan-gambar-kartun-orang-ngobrol.html

“Eh mending apply ke perusahaan tempat aku kerja deh. Sistem kerjanya enak”

Tanpa beban banget ngomong gitu karena begitu lulus keberuntungan menghampirinya dengan langsung diterima di perusahaan bonafit. Padahal IPK juga pas-pasan masih gedean kita. Juga tidak tahu bagaimana rasanya di perusahaan yang memeras kita kerja lembur bagai unicorn (biar cantik ya jangan bagai kuda). Padahal belum tentu juga lebih nyaman karena harus jauh dari orang tua. Walau lelah tiada terkira mending pulang ke rumah sendiri lah pulang makanan sudah tersedia ga perlu mikirin uang kos pula.
Lembur buat beli unicorn
Sumber : https://tenor.com/search/unicorn-gifs
Itu sekelumit respon refleks ketika mendengar saran teman yang dengan seenaknya tanpa memikirkan posisi kita.
Secara tak sadar kadang kita menjadi manusia menyebalkan padahal niat baik memberi tanggapan atas curhatan kawan. Entah cara kita yang terlalu frontal atau memang dia hanya butuh didengarkan, bukan dorongan.
Dualisme hidup antara dua posisi yang bertolak belakang. Yang satu merasa telah menjadi manusia seutuhnya karena beberapa resolusi hidupnya sudah tercapai. Yang satu merasa tetap bahagia walau belum mendapatkan apa yang orang lain dapatkan.

Niat si pemberi saran hanya lah menjadi pemandu sorak agar hidup kawannya lebih bahagia. Karena pengalamannya mendapatkan apa yang ia mau mengantarkannya pada peningkatan hormon endorphin yang luar biasa. Juga mengantarkannya agar mendorong orang lain merasakan hal yang sama dengan cara yang sama. Padahal apa yang menjadi kenyamanan dan kebahagiaan setiap orang tidak sama.

Sebaliknya si penerima saran hanya menganggap kawannya sedang mengeluarkan sisi angkuhnya dengan cara yang lebih konotatif. Setiap orang punya potensi untuk menjadi besar kepala apalagi jika sedang di atas awan. Tak sedikit pun ia rasakan ketulusan si kawan yang berusaha  mengangkatnya ke tempat lebih tinggi.

Hidup yang tak sekejap di bumi membuat kita pasti pernah merasakan di dua posisi manusia itu. Pun dengan perasaan yang sama. Syaithan begitu lihai mempermainkan batin yang tak terlihat oleh yang lainnya itu ya. Entah menjadi pemberi saran tanpa diminta atau menjadi si suudzon yang mengelak nasihat.

Interaksi antar manusia mengharuskan kita lebih berhati-hati agar tidak terjerumus pada dosa tanpa sadar yang pastinya lebih banyak daripada yang disadari. Semoga semesta mendukung kita untuk tetap menjaga hati dari rasa-rasa sepersekian detik yang tetap menjadi catatan keburukan di mata malaikat. Dipertemukan dengan lingkungan yang kondusif, teman yang selalu mengingatkan dalam kebaikan, keluarga yang mendukung dan diri yang tanpa henti belajar setiap hari.

You May Also Like

0 comments