“Bu, ajarin bikin senyawa sarin”

by - April 02, 2014



Itu sms yang tiba-tiba saya terima di tengah kegalauan menantikan pendaftaran seminar proposal. Duhh, ada-ada saja humor di tengah kegundahan yang belum berujung (hahahh, bahasanya). Itu dari murid saya di kelas XI IPA 3. Meskipun hati sedang resah, tapi harus tetap profesional. Saya bilang bahwa itu merupakan suatu kejahatan kemanusiaan kalau saya mengajarkan kepada orang sembarangan. Meskipun saya sendiri tidak tahu bagaimana mensintesis senjata pemusnah masal itu. Jangankan membayangkan bagaimana membuatnya. Membayangkan bagaimana dampaknya saja sudah membuat saya ngeri. Sempat saya tanya untuk apa senyawa itu. Dia berseloroh untuk disimpan di kelas. Hhh, duhh muridku.

Hal itu mungkin bisa jadi sepele. Hanya guyonan dari seorang anak SMA yang mungkin sedang iseng membaca artikel atau menonton tv dan menemukan sebuah zat kimia ‘jahat’. Tapi sebagai seorang guru kimia yang dianggap mata pelajaran sulit (yang juga hampir dituliskan dalam semua latar belakang penelitian pendidikan kimia), mendapati seorang murid yang ‘memperhatikan’ mata pelajaran saya, itu adalah sebuah apresiasi. Meskipun tidak bertanya tentang hal yang berhubungan dengan materi hidrolisis garam yang sedang mereka pelajari saat ini, tapi kesadaran mereka terhadap lingkungan yang diisi oleh bejibunnya senyawa kimia membuat saya cukup terharu mengetahui bahwa mereka ‘cukup’ tertarik pada kimia. Meskipun entah dimana letak ketertarikan itu. Misalnya salah satu murid yang tiba-tiba meminta diajarkan membuat senyawa sarin. Entah apa yang ada di pikiran mereka sehingga berpikir sejauh itu. Padahal ulangan tentang materi asam-basa saja masih harus remedial. Tapi keinginan dak ketertarikan pada sesuatu yang ‘jauh’ dari materi yang dipelajari di sekolah ternyata lebih besar. Jadi ada apa dengan anak itu? Atau ada apa dengan konten materi yang mereka pelajari? Atau lebih tepatnya ada apa dengan kurikulum di Indonesia?

Ahh, sudahlah. Kalau berbicara masalah kurikulum jadi panjang. Intinya saya memang belum menemukan urgensi dari rumus larutan penyangga atau hidrolisis garam yang mereka pelajari. Selain membuat mereka menjadi pusing, keblinger, kehilangan semangat belajar, dan akhirnya memilih untuk membenarkan segala cara saat ulangan. Yang jelas fakta yang saya temukan adalah mata mereka terlihat lebih berbinar, posisi duduk mereka jadi lebih tegak dan serius menghadap ke depan justru ketika saya mulai menyebutkan hal-hal yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan kimia. Sedangkan ketika saya menjelaskan rumus pH, posisi duduk mereka kembali bersandar dan mata mereka mulai terlihat lelah. Saya tidak bisa menyalahkan mereka yang tidak bersemangat untuk memahami yang memang sulit. Dan saya juga tidak mau disalahkan karena mengajarkan sesuatu yang dianggap sulit, karena itu memang tuntutan. Kalau tidak begitu, mereka tidak bisa lulus UN. Dilematis.

Sambil membayangkan murid saya yang juga KM di kelasnya, yang juga menurut saya mirip dengan salah satu kakak kelas saya di SMA (dulu), saya malah jadi ikut mengkhayal jauh. Tidak ada yang tahu nasib dan takdir seseorang. Bisa saja anak yang saya temui sekitar empat bulan itu, yang sempat saya ajari larutan penyangga hingga koloid itu, ternyata memang bisa membuat senyawa sarin. Atau malah benda yang mengalahkan bom hidrogen. Tidak ada yang tahu bukan. 

Ahh, tapi Nak, Ibu hanya bisa berdoa bahwa setiap amanah itu akan jatuh ke tangan orang yang tepat. Amanah pemimpin yang sering dijadikan ladang memenuhi kepentingan pribadi, dan berbagai amanah lain  yang sering disalahgunakan. Termasuk amanah ilmu. Semoga bila memang engkau nantinya diberi amanah ilmu ‘berlebih’, maka engkau bisa menggunakan ilmu itu supaya mendatangkan manfaat ya.

You May Also Like

5 comments

  1. hha
    tendensius gini, mun orangna baca waaah ngapung sigana

    eh ngasmsna kapan? awas mun jam 7-8 -_-

    ReplyDelete
    Replies
    1. henteu.. siang dan nga-sms na mah.

      diteke jarak jauh upami jam sakitu mah. hehe

      Delete
    2. Abi kasep?! Awwwraaaiit!!

      Delete
    3. saur saha fian? teu aya nu nyaur kitu

      Delete
  2. Saya adalah pilot handal berpresisi dan ketua kelas xi ipa 3 hahahahaa

    ReplyDelete