Jodoh, Aku Perempuan dan Ini Kodratku

by - June 23, 2014

The woman has right for loving who she likes. Not just because she should loves back.
And sometimes they forget that they have no power to choosing. Because their nature is just for being choosen.

Kami tidak bisa menyalahkan Kartini yang juga tidak bisa melahirkan emansipasi “cinta” untuk kaum wanita. Ia juga jadi korban kekekalan cerita Siti Nurbaya. Atau mungkin ya, ia belajar agama dengan benar.

Karena aku pernah dengar dalam Islam kalau perempuan tidak bisa memilih.
Aku belum terlalu paham pula mengapa Islam menyebut perempuan sebagai makhluk yang istimewa. Apa hanya karena kami akan berwujud sebagai seorang Ibu yang bisa meneruskan garis keturunan kaum pria?
Maafkan aku jodoh, kalau sebelum bertemu denganmu, aku pernah mencintai pria lain dengan sangat.
Aku tidak mau disalahkan. Karena perasaan yang ada juga muncul karena kodrat. Engkau tidak perlu cemburu atau risau. Karena ketika aku melihat anak-anak kita tumbuh, kemudian aku sadar bahwa aku harus ada disini untukmu dan anak-anak kita. Biasanya kaum kami hanya mengubur impian dan cintanya itu dalam-dalam. Dan mungkin itu juga yang akan aku lakukan kelak.

Jodoh, aku selalu bertanya pada kaum kami yang sudah menemukan jodohnya. Begini pertanyaannya “Apa anda memilih atau dipilih?” Sebagian menjadi yang pertama, sebagian menjadi yang kedua. Dan lebih banyak menjawab dengan tidak pasti. Mungkin mereka sedang menyembunyikan rahasia rasa yang mereka kubur itu. Supaya aku yang sedang mencoba menyusuri masa lalunya, tidak menemukan sumur tempat mereka membuang rasa cintanya itu.
Jodoh, aku rasa kaum kami memang tidak punya pilihan.

Kami hanya bisa membuat alasan semacam “aku tidak suka”, “bukan sekarang”, atau “aku masih ingin belajar banyak”.


Sampai akhirnya kami menyadari bahwa usia telah menggerogoti kecantikan kami , takut dengan sebutan ‘perawan tua’, dan  kemudian  mengatakan “ya”.

You May Also Like

0 comments