Duhai Air
Prolog :
Melirik arsip yang mengakibatkan
kegelisahan dan kegundahan. Karena ternyata jumlah tulisan tahun ini masih
kurang dibanding tahun kemarin. Hiks (lebay memang. Hihi). Memang benar apa
yang pernah dibilang Aa Ariel ‘Noah’ beberapa hari yang lalu di acara yang
diadakan salah satu radio di Bandung, kalau ide itu muncul saat emosi kita di
atas rata-rata. Dan memang akhir-akhir ini emosi saya sedang ada di posisi
biasa-biasa saja. Tidak sedang galau atau emosi berlebihan. Akibatnya tidak ada
sesuatu yang menjadi terlihat menarik untuk ditulis. Sampai akhirnya tadi, di
kamar mandi. Terpikir untuk menulis sesuatu. Meski terkesan maksain. Hiks Ini dia ...
Rambut saya masih basah. Baru
saja tadi maghrib dibangunkan Ibu dari tidur pendek saya. Ketiduran karena
lelah menamatkan film Bloody Monday. Film yang sudah lama menjejali memori
laptop, namun belum berani menonton akibat judulnya yang menyiratkan kesan
horor. Hehe (Konyolnya saya). Sambil menyadarkan diri sepenuhnya dari alam
tidur, sayup- sayup saya mendengar bunyi berisik seperti mesin pompa air. Wahh
girangnya hati ini.
Setelah tiga hari berangan-angan
bisa mandi dengan normal. Dan tadi baru saja bercengkrama kembali dan melepas
kangen bersama air. Tapi tidak pakai adegan lari-lari ala film India. Kamar
mandi saya kecil. Cukup adegan ala iklan sabun mandi setelah beberapa hari
selalu ada nasihat “jangan boros-boros air” setiap hendak masuk kamar mandi. Dan
dipaksa harus cukup dengan dua gayung air saat kamu pipis. Atau nahan BAB
sampai nanti di rumah nenek.
Jadi ceritanya rumah saya itu menggunakan
sistem air artesis. Saya tidak tahu definisi umumnya seperti apa. Dan juga
tidak tahu jelas sejarah dan sejak kapan sistem air ini dipakai di lingkungan
rumah. Yang jelas sejak saya menempati rumah ini, sekitar kelas satu SMP, rumah
ini, dan yang saya tahu semua rumah di daerah saya menggunakan sistem air ini.
Jadi ada beberapa pompa dan sumur besar yang ditempatkan di beberapa titik.
Pompa-pompa itu lah yang menyedot air dan dikumpulkan di sebuah penampung besar
juga. Baru lah air-air yang ditampung itu disalurkan ke rumah-rumah penduduk.
Dan sudah tiga hari ini, pompa-pompa itu mengalami kerusakan. Hhhh, mungkin
Mario Bros da temannya Luigi itu masih sibuk berkelana di negerinya, jadi tidak
sempat melirik Melong Green yang sedang membutuhkan tenaganya ini.
Ya hasilnya seperti ini.
Akibatnya banyak. Salah satunya tukang air yang pada hari biasa tidak menerima
pesanan dari daerah saya, mendadak jadi rame lalu-lalang di sekitar rumah. Positifnya
sih, jadi menambah penghasilan tukang air. Tapi ya ada saja negatifnya. Jangan
heran kalau sampai terjadi pertumpahan darah. Maksudnya biasanya Ibu-Ibu akan
berebut ingin mendapat air lebih dulu. Mungkin sudah mirip seperti
serigala-serigala yang berebut kambing buruan. Hihi. Dan jangan heran kalau
sampai ada adegan iri dan gerutuan di rumah masing-masing kala melihat tetangga
sudah mendapat kiriman air.
Aaahhh air. Padahal saat ini
musim hujan. Tapi sudah beberapa hari ini pula harus bulak-balik rumah nenek
Cuma untuk numpang mandi. Cucian di kamar mandi juga sudah menggunung. Waktu
jaman masih baca majalah Bobo, sering banget baca puisi kiriman pembaca tentang
kamu, Ir. Dan baru saat ini menyadari betapa berharga manusia bergantung
padamu. Rasanya kamu lebih berharga ketimbang pacar deh, Ir. Sehari tanpa pacar
tidak masalah. Tapi sehari saja tanpa kamu, apa jadinya.
0 comments