Duhai Air

by - December 27, 2013

Prolog   :
Melirik arsip yang mengakibatkan kegelisahan dan kegundahan. Karena ternyata jumlah tulisan tahun ini masih kurang dibanding tahun kemarin. Hiks (lebay memang. Hihi). Memang benar apa yang pernah dibilang Aa Ariel ‘Noah’ beberapa hari yang lalu di acara yang diadakan salah satu radio di Bandung, kalau ide itu muncul saat emosi kita di atas rata-rata. Dan memang akhir-akhir ini emosi saya sedang ada di posisi biasa-biasa saja. Tidak sedang galau atau emosi berlebihan. Akibatnya tidak ada sesuatu yang menjadi terlihat menarik untuk ditulis. Sampai akhirnya tadi, di kamar mandi. Terpikir untuk menulis sesuatu. Meski terkesan maksain. Hiks Ini dia ...

Rambut saya masih basah. Baru saja tadi maghrib dibangunkan Ibu dari tidur pendek saya. Ketiduran karena lelah menamatkan film Bloody Monday. Film yang sudah lama menjejali memori laptop, namun belum berani menonton akibat judulnya yang menyiratkan kesan horor. Hehe (Konyolnya saya). Sambil menyadarkan diri sepenuhnya dari alam tidur, sayup- sayup saya mendengar bunyi berisik seperti mesin pompa air. Wahh girangnya hati ini.

Setelah tiga hari berangan-angan bisa mandi dengan normal. Dan tadi baru saja bercengkrama kembali dan melepas kangen bersama air. Tapi tidak pakai adegan lari-lari ala film India. Kamar mandi saya kecil. Cukup adegan ala iklan sabun mandi setelah beberapa hari selalu ada nasihat “jangan boros-boros air” setiap hendak masuk kamar mandi. Dan dipaksa harus cukup dengan dua gayung air saat kamu pipis. Atau nahan BAB sampai nanti di rumah nenek.

Jadi ceritanya rumah saya itu menggunakan sistem air artesis. Saya tidak tahu definisi umumnya seperti apa. Dan juga tidak tahu jelas sejarah dan sejak kapan sistem air ini dipakai di lingkungan rumah. Yang jelas sejak saya menempati rumah ini, sekitar kelas satu SMP, rumah ini, dan yang saya tahu semua rumah di daerah saya menggunakan sistem air ini. Jadi ada beberapa pompa dan sumur besar yang ditempatkan di beberapa titik. Pompa-pompa itu lah yang menyedot air dan dikumpulkan di sebuah penampung besar juga. Baru lah air-air yang ditampung itu disalurkan ke rumah-rumah penduduk. Dan sudah tiga hari ini, pompa-pompa itu mengalami kerusakan. Hhhh, mungkin Mario Bros da temannya Luigi itu masih sibuk berkelana di negerinya, jadi tidak sempat melirik Melong Green yang sedang membutuhkan tenaganya ini.

Ya hasilnya seperti ini. Akibatnya banyak. Salah satunya tukang air yang pada hari biasa tidak menerima pesanan dari daerah saya, mendadak jadi rame lalu-lalang di sekitar rumah. Positifnya sih, jadi menambah penghasilan tukang air. Tapi ya ada saja negatifnya. Jangan heran kalau sampai terjadi pertumpahan darah. Maksudnya biasanya Ibu-Ibu akan berebut ingin mendapat air lebih dulu. Mungkin sudah mirip seperti serigala-serigala yang berebut kambing buruan. Hihi. Dan jangan heran kalau sampai ada adegan iri dan gerutuan di rumah masing-masing kala melihat tetangga sudah mendapat kiriman air.


Aaahhh air. Padahal saat ini musim hujan. Tapi sudah beberapa hari ini pula harus bulak-balik rumah nenek Cuma untuk numpang mandi. Cucian di kamar mandi juga sudah menggunung. Waktu jaman masih baca majalah Bobo, sering banget baca puisi kiriman pembaca tentang kamu, Ir. Dan baru saat ini menyadari betapa berharga manusia bergantung padamu. Rasanya kamu lebih berharga ketimbang pacar deh, Ir. Sehari tanpa pacar tidak masalah. Tapi sehari saja tanpa kamu, apa jadinya.

You May Also Like

0 comments