Dualisme Media Sosial

by - July 14, 2016

Ini kali kedua saya nulis tentang media sosial. Dulu nulis "Digunakan Untuk Apa Media Sosialmu?" Sekarang setelah lama ikut-ikutan, jadi merasa kalau media sosial membawa banyak pengaruh. Positif dan negatif.

Positifnya jalur informasi jadi punya banyak lajur. Berita bunuh diri di pusat kota bisa lebih dulu disebar orang lewat status di media sosial, ketimbang wartawan beneran yang harus nulis berita secara rinci dan akurat.

Positifnya yang lain setiap orang punya lahan buat berekspresi, tanpa kudu ngirim dulu opini, yang belum tentu sesuai kriteria redaksi.

Positifnya lagi orang berbondong-bondong jadi artis dadakan, jadi selebgram lah, selebtwit lah, artis vlog, sampai yang paling negatif jadi tuna susila online pun ada. Ga perlu mangkal di Taman Lawang kan. *duhh, salah bahas

Kata artis senior sih, dulu jadi artis susah, harus bertalenta, sekarang banyak medianya lewat ajang pencari bakat. Jaman itu juga sudah lewat. Punya banyak followers sudah jadi modal untuk bisa diendorse sama produk kacangan sampai jutaan.

Selamet yeee buat ente-ente yang bisa manfaatin medsosnya buat cari uang tambahan lewat jualan online. Positif sekalee, ketimbang orang-orang yang cuma jadi korban medsos macem ane. Hiks.
Sementara yang saya rasain selama 'bermain' medsos itu jadi banyak negatifnya. Hahaha. Jangan marah ya. Emang dasarnya otak saya itu lebih banyak isi negatifnya, makanya harus ketemu yang negatif juga biar jadi positif *ga nyambung.

Negatif pertama, menghabiskan waktu.
Pernah coba ngitung berapa menit yang dihabiskan dalam sehari untuk membuka medsos? Di luar aplikasi chatting ya. Saat libur, kalau dikalkulasikan, saya bisa lebih dari 2 jam mantengin TL berbagai medsos. Hehehe. Mudah-mudahan kita semua diajuhkan dari api neraka karena waktu senggang ya. Masih banyak hal bermanfaat yang bisa dikerjakan ternyata. Hiks.

Negatif kedua, memunculkan penyakit hati
Mantan follow kita. Padahal dalam hati punya dendam terselubung yang membumbung gara-gara doi berhutang belum dibayar. Atas nama 'tidak enak' akhirnya difolback juga. Akibatnya punya celah untuk stalking, berujung tangis yang melengking. Karena liat foto doi yang sudah nikah bersama teman sebangku jaman masih ceking.

Belum lagi rasa iri, dengki hati, jika melihat postingan teman beli mobil baru, pake tas mahal, atau rajin liburan ke luar negeri. Mending kalau cuma ngelus dada, nah kalau minta suami yang cuma kuli, apa namanya kalau ga ngaca diri?
Sementara dia lupa bersyukur punya suami yang selalu pulang ke rumah dan bantu kerjaan istri. Daripada suami yang bahagiain harta, tapi juga tebar pesona sama nona-nona. Jadi suudzon. Tuh kan nambah lagi penyakit hatinya.

Negatif ketiga, salah memilih idola
Sudah dibahas di atas, bahwa medsos memunculkan artis dadakan, yang tentu saja manusia. *ya ya lah. Tak pernah lepas dari khilaf dan dosa. Tapiiii, pilih lah yang sekiranya lebih banyak memberi contoh baik. Bukan idola yang doyannya pamer barang mahal dan bikin ngiler terus menggiring kita sama konsumerisme. Mending pamer barang doang. Kalau sampe pamer body juga. Hmm. Idola sempurna hanyalah Rasulullah *gaya kan saya.

Negatif keempat, jadi follower yang sebenarnya kudet
Tak perlu pasang iklan untuk pomosi wisata baru sekarang. Cukup posting foto dengan angle pas, upload. Orang akan datang, apalagi ditambah mereka akan jadi agen iklan gratisan (foto, upload). Rantai yang diciptakan postingan akan lebih dahsyat dari rantai mulut ke mulut. *naon sih

Meskipun sebenernya miris, pengen dibilang gaul sampai harus ikut-ikutan. Jelajah lah sudut lain kota atau bahkan Indonesia, masih banyak hal indah yang belum terjamah.
Karena yang lebih kekinian itu bukan follower, tapi discover.

Negatif kelima, tanpa sadar jadi ingin pujian
Punya tempat makan baru? Ga perlu gaji chef mahal. Pasti laku. Dengan catatan, tempatnya upload-able, makanan ga enak ga masalah. Dan tunggu saja tempat anda akan penuh dengan reservasi dan waiting list. Karena jaman sekarang yang penting bisa diliat orang. Ada kebanggan tersendiri ketika postingan kita bertabur like dan tanggapan. Apalagi kalau sampai mantan ikut komentar "kamu cantikan". *jlebbb

Belum lagi masih ada lho sebagian orang yang 'pamer' aktivitas ibadahnya di medsos. Hmm, mungkin semua tergantung niat ya. Sebagai pembaca ga boleh juga sih langsung ngejudge kalo doi punya niatan riya. Tapi jadi balik ke poin negatif kedua, bikin pembaca suudzon. 

You May Also Like

0 comments