Cuti Berujung Mengingat Mati

by - March 02, 2018

Sabtu itu memutuskan cuti ala Tahu Bulat (red.dadakan *maksa bgt ya, hee) karena badan luar biasa ga bisa diajak kompromi. Dibilang sakit juga enggak sih, bisa saja tetap memaksakan masuk kerja. Walau akhirnya beberapa hari kemudian tahu penyebab si badan remuk ini, PMS. Akhirnya hanya leyeh-leyeh di rumah, baru bada dzuhur keluar dengan agenda nyari souvenir di Baltos, makan di dago, kemudian jalan ke salah satu wisata baru di daerah ciumbuleuit. Faktanya? Baru sampai destinasi Baltos sudah merasa eneg dengan kondisi jalanan. Heee, Bandung. Akhirnya setelah agenda mencari souvenir beres, hanya menikmati seblak di food court sambil ketawa-ketawa. Ceritanya dulu berencana makam malam romantis di salah satu hotel belakang Baltos. You know yang view sky lounge-nya langsung ke Pasupati gitu. Dan kalau malam sempurna dengan citylight Bandungnya. Tapi sekarang terdampar di sini ditemenin seblak (tapi seblaknya enak ko serius). Lihat kondisi lalu lintas dari atas yang padat gitu akhirnya memutuskan untuk pulang.

Sorenya leyeh-leyeh lagi di kasur dan tiba-tiba mendapat berita duka bertubi-tubi. Ibu dari salah satu siswa meninggal dan disusul dengan Ibu dari salah satu rekan guru juga meninggal. Seketika ingat Ibu beserta orang-orang terdekat yang kalo kita bayangin kehilangan mereka rasanya .. ga akan pernah siap.

Maut itu rahasia dan hak Allah. Entah subjek yang akan meninggalkan atau pun yang ditinggalkan udah siap atau belum. Bagi yang dikasih sakit dulu, biasanya itu jadi pertanda. Walau sebetulnya mereka masih berharap kesembuhan, tapi itu bisa jadi semacam warning untuk sekadar berbuat hal-hal untuk meninggalkan kesan baik dan mengucapkan salam perpisahan. Meski ga sedikit juga yang tanpa tanda alam, tiba-tiba jadi korban bencana atau musibah kecelakaan.

Intinya, ga tau kapan Malaikat Izrail bakal say hello ke kita dan orang-orang di sekitar kita. Momen takziyah yang bisa jadi dzikrul maut memang harusnya cukup jadi pertanda buat kita juga. Bahwa kita akan ditinggalkan dan suatu saat juga akan meninggalkan. Makanya suka masih aneh ketika ada orang takziyah masih sibuk selfie atau update status. Oke update tulisan kalo memang tujuannya untuk memberi kabar kematian supaya lebih banyak orang yang mendoakan dan menghibur yang ditinggalkan. Tapi lihat sikon ya. Jangan sampai momen itu malah jadi menyinggung keluarga karena kita malah ketawa-ketiwi ketika selfie. Pliss, coba berempati dong. Kenapa masih bilang gini? Karena pernah menemukan sendiri orang macam gini. Segelintir orang yang entah lah, mungkin dia ga maksud tidak menghormati momen duka cita ya, tapi malah selfie dan upload di sosmed dengan caption "Takziyah si fulan".

Balik ke ketidaksiapan kita menghadapi kematian ya. Kalo udah ada yang meninggal gini, baru diri ini sadar untuk siap-siap. Kemana? Ya ke tujuan akhir lah. Dunia itu hanya persinggahan katanya. Tempat mencari bekal untuk perjalanan jauh menuju ke tujuan akhir, pulang lagi ke asal kita. Udah seberapa siap? Atau udah seberapa banyak amal yang kita siapin untuk menandingi dosa yang kayanya bakal lebih banyak?

Mengingat mati sejenak membuat kita jadi egois. Ya karena siapa lagi yang bakal nolongin kita. Kelak di akhirat, masing-masing orang bakal sibuk sama urusannya sendiri. Tapi sekaligus juga jadi mengingat seberapa banyak kebaikan yang sudah kita lakukan untuk orang lain? Seberapa bermanfaat keberadaan diri kita di dunia? Kalau inget ini tiba-tiba jadi merasa kecil. Merasa ingin mengulur waktu lebih lama di dunia supaya lebih banyak lagi kesempatan mendulang pahala. Tapi juga kadang manusia lalai, waktu yang dikasih malah hanya digunakan untuk kepentingan duniawi. Tiba-tiba udah dipanggil Allah aja.

You May Also Like

0 comments