The woman
has right for loving who she likes. Not just because she should loves back.
And
sometimes they forget that they have no power to choosing. Because their nature
is just for being choosen.
Kami tidak
bisa menyalahkan Kartini yang juga tidak bisa melahirkan emansipasi “cinta”
untuk kaum wanita. Ia juga jadi korban kekekalan cerita Siti Nurbaya. Atau
mungkin ya, ia belajar agama dengan benar.
Karena aku
pernah dengar dalam Islam kalau perempuan tidak bisa memilih.
Aku belum terlalu paham pula mengapa Islam menyebut
perempuan sebagai makhluk yang istimewa. Apa hanya karena kami akan berwujud
sebagai seorang Ibu yang bisa meneruskan garis keturunan kaum pria?
Maafkan aku
jodoh, kalau sebelum bertemu denganmu, aku pernah mencintai pria lain dengan
sangat.
Aku tidak
mau disalahkan. Karena perasaan yang ada juga muncul karena kodrat. Engkau
tidak perlu cemburu atau risau. Karena ketika aku melihat anak-anak kita
tumbuh, kemudian aku sadar bahwa aku harus ada disini untukmu dan anak-anak
kita. Biasanya kaum kami hanya mengubur impian dan cintanya itu dalam-dalam.
Dan mungkin itu juga yang akan aku lakukan kelak.
Jodoh, aku selalu bertanya pada kaum kami yang sudah
menemukan jodohnya. Begini pertanyaannya “Apa anda memilih atau dipilih?”
Sebagian menjadi yang pertama, sebagian menjadi yang kedua. Dan lebih banyak
menjawab dengan tidak pasti. Mungkin mereka sedang menyembunyikan rahasia rasa
yang mereka kubur itu. Supaya aku yang sedang mencoba menyusuri masa lalunya,
tidak menemukan sumur tempat mereka membuang rasa cintanya itu.
Jodoh, aku
rasa kaum kami memang tidak punya pilihan.
Kami hanya
bisa membuat alasan semacam “aku tidak suka”, “bukan sekarang”, atau “aku masih
ingin belajar banyak”.
Sampai akhirnya kami menyadari bahwa usia telah menggerogoti
kecantikan kami , takut dengan sebutan ‘perawan tua’, dan kemudian
mengatakan “ya”.