Hari Minggu kemarin, 15 Juni 2014
telah jadi hari yang bersejarah bagi salah satu rekan KKN saya. Itu lhooo, Bu
Nisa yang dipanggil Icha. Dia nikaaah. *prok prok prok
Berasa terkejut juga ketika tahu
emang dia beneran mau nikah. Meski sebelumnya memang dia sempat mengunggah
foto-foto prewed ke jejaring sosial. Dan lucunyaa, suami yang sekarang
menikahinya bukanlah pacar yang selalu ditenteng jaman KKN. Hihi. Jadi
ceritanya dulu itu jaman KKN, Icha pernah punya pacar dan selalu nemenin
kegiatan KKN kita. Mulai dari supir-nya Icha sampai fotografer dadakan buat kegiatan
kita. Fakta ini kita peroleh justru setelah ngobrol di grup WA. Bahkan ada
salah satu teman yang masih menyangka kalau Icha nikah sama ‘Si Aa’ jaman KKN
tepat sebelum kita berangkat ke acara resepsinya. Hahaha. Kalau saja kita
membiarkan ketidaktahuannya sampai dia salaman di pelaminan, bisa-bisa muncul
pertanyaan “lho, ko yang ini suaminya?”.
Bukan maksud mengungkit masa lalu
Icha. Tapi dari sini lah kita (temen KKN-nya terutama kaum perempuan) belajar
bahwa jodoh itu memang misteri. Berangkat dari Bandung sekitar jam 8 dan
melakukan perjalanan ke Karawang, cukup buat kita berlima buat bergosip dan
ngobrol mulai dari nostalgia KKN sampai pernikahan. Apalagi tema jodoh kayanya
selalu jadi hal menarik buat diobrolin, meski ga jadi jaminan juga orang yang
sering ngobrol tentang jodoh, bakal cepet nikah. Maksudnya, beberapa orang
(termasuk saya) belum atau bahkan tidak berniat menikah di usia muda. Nanti
saja lah, kalau sudah puas main sendirian. Tapi kalau liat orang sudah
menemukan pasangan hidupnya, suka jadi ikut senang dan penasaran seperti apa ya
jodoh kita.
Kalau kata Bunda Intan (temen KKN
juga yang ikut ke resepsi Icha), jodoh itu jorok. Bisa ketemu dimana saja. Oh
ya, Bun? Jadi bisa ketemu di tempat sampah juga ya? Ya bisa aja kan kalau
ternyata pertemuan awal itu pake adegan buang sampah barengan.
Jodoh itu misteri? Iya. Ada
seperti tetangga saya, yang sudah pacaran sejak SMP dan sekarang sudah punya
dua orang anak dan yang sulung sudah seumur dengan saya. Tapi lamanya pacaran
juga ga jamin kalau jodoh. Ada juga kaya Icha yang baru dekat beberapa bulan
kemudian memutuskan menikah. Tapi ada juga yang ga pake proses pacaran, cukup
pake taaruf seperti Okky Setiana Dewi yang akhirnya nikah juga.
Dulu saya berandai-andai, saya
pengennya nikah sama orang yang sudah saya kenal sejak dulu. Misalnya teman
sekolah yang akhirnya bertemu lagi setelah lama tak jumpa. Tapi kalau
dipikir-pikir, terlalu biasa. Mending pake adegan ketuker tas dalam bis seperti
dalam FTV. Atau ....berbagai skenario lain yang bisa jadi khayalan manusia.
Kalau ga ingat jodoh itu seperti rejeki dan kematian yang sudah ditentukan
Allah, mungkin manusia akan terus-terusan ‘mengejar’ cintanya pada seseorang
yang dianggap sebagai jodohnya.
Dan sekarang saya juga penasaran.
Apa jodoh itu bisa berubah?
Saya punya seorang teman dekat.
Secara pikiran rasanya kami sangat jauh berbeda. Tak jarang pembicaraan sepele
pun akan jadi bahan perdebatan yang panjang. Sampai saling diam dan tidak
menyapa pun pernah. Tapi anehnya selalu ada momen yang akan kembali membuat
kita jadi ‘baik’.
Mungkin jodoh juga seperti itu.
Kita ga pernah tau kalau pramugari dan pilot-nya bisa saja berjodoh. Dan bahkan kalau saja Jerry itu perempuan,
mungkin saja dia akan berjodoh dengan Tom.