Cita-Citaku......

by - August 28, 2012

Apa cita-citamu saat kecil? Dokter? Pilot? Presiden bahkan?


Waktu kecil, lagi unyu-unyunya dan sering diburu mang (mang : paman dalam bahasa sunda) sama bibi (bibi : tante dalam bahasa sunda) buat diajak maen, saya pengen jadi dokter. Bahkan dulu Emak saya (emak itu panggilam saya buat nenek dari bapa yang kebetulan orang sunda) sering bilang “kalau Emak sakit, nanti ga usah bayar ya” tapi dengan manjanya saya jawab “Jangan. Tetep bayar dong. Nanti rugi dong”. Kalau saya ingat percakapan itu lagi, saya jadi miris. Masih ingatkah nenek saya dengan percakapan itu? Apa masih ada harapan dalam dirinya untuk berobat gratis ke cucunya? Tapi kalau pun saya terusin cita-cita saya buat jadi dokter sampi sekarang, pasti lahh enggak akan kesampaian, mengingat biaya kuliahnya yang kayanya harus punya pohon duit sendiri.

Kalau Bapak saya beda lagi. Beliau seneng banget nontonin laporan reporter di tayangan info arus mudik. Beliau pengen banget saya bisa kaya gitu. Setelah beres nonton itu, beliau suka bikin akhir laporan sendiri “Saya Widya Pertiwi melaporkan dari Jalur Nagreg.” Inget itu saya jadi pengen nangis. Ya ampun Pa. Jangankan buat ngelaporin keadaan kaya gitu di TV. Presentasi di depan kelas aja saya suka grogi.

Masuk Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama cita-cita saya jadi ganti. Pengen jadi pramugari. Kayanya asyik aja kalau bisa jalan-jalan tiap hari. Ngunjungi tempat-tempat baru. Menyenangkan lahhh. Tapi lagi-lagi terganjal satu hal. Yang ini konyol pula. Gara-gara gigi saya yang berantakan. Karena saya pernah baca salah satu artikel tentang syarat jadi pramugari itu tidak boleh memakai kawat gigi. Saya? Pakai kawat gigi juga enggak, dan membiarkan gigi saya tetep amburadul. Hehe.

Masuk Sekolah Menengah Atas, saya bener-bener enggak punya cita-cita. Mikirin kuliah jurusan apa aja bingung. Tepatnya tidak punya bakat. Sampai saya ngerasa senang dengan pelajaran kimia dan sekarang kuliah di jurusan itu. Dan ngambil pendidikan. Hahaha. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bakal jadi guru. Yaaa memang tidak semua sarjana pendidikan itu akan jadi guru, tapi peluang untuk memilih jadi ‘guru aja’ jadi makin lebar dong dengan bekal yang dimiliki.

Hmm, adakah diantara kalian yang punya cita-cita konsisten dari kecil sampai sekarang akhirnya menempuh pendidikan sesuai dengan cita-cita itu? Syelamat eaghhh

Tapi pasti banyak juga yang punya cita-cita berubah kaya kepingan cerita saya. Haha. Kenapa?
Mungkin karena faktor biaya pendidikan untuk mewujudkan cita-cita itu mahal banget kaya jadi dokter  tadi. Dibutuhkan effort yang ekstra. Atau seiring dengan tumbuh besarnya kita, kita menemukan profesi lain yang menurut kita lebih menyenangkan. Tidak sedikit pekerjaan seseorang sesuai dengan cita-citanya. Apakah itu menunjukkan kalau kita tidak sukses dalam mewujudkan mimpi kita? Hmm, menurut saya enggak juga. Terkadang Allah punya jalan dan cara lain untuk menunjukkan kasih sayangnya. Termasuk dalam menentukan masa depan kita. Mungkin saja dengan keadaan yang saat ini dijalani, dapat membuat kita lebih dekat dengannya. Hayoo milih mana? Surga di dunia atau di akhirat? Dua-duanya? Ya ya lah. Semua orang juga pengennya gitu. Tapi mungkin kita tidak pernah tahu kalau cita-cita kita benar terwujud, kita akan jadi sombong, tidak dapat mengendalikan diri, atau tidak bisa berlaku amanah. Yang jelas syukuri saja keadaan saat ini dan tetap melakukan yang terbaik dalam setiap usaha kita.

You May Also Like

0 comments