Ngelamun Yuuuk !!!
Dilihat sekilas
ngelamun memang suatu kegiatan yang tidak bermanfaat. Daripada ngelamun mending
langsung berbuat. Tapi tidak semua orang memiliki kemampuan untuk bertindak.
Sebagian dari mereka diberi anugerah sebagai seorang pemikir (mungkin). Jadi
jangan berprasangka buruk dulu sama orang yang tidak suka terjun langsung ya.
Ngelamun bisa
diperbolehkan selama hasil lamunan itu menghasilkan karya untuk orang lain atau
setidaknya mendatangkan kebaikan bagi dirinya sendiri. Misalnya di angkot atau
kendaraan umum lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Kebanyakan
orang Indonesia, tidak seperti orang Jepang yang banyak menghabiskan waktunya
buat baca. Kebanyakan dari kita malah ngelamun bukan. Jadi kalau ternyata kita
terbawa arus buat sama-sama ngelamun, arahkan lamunan itu menjadi sesuatu yang
positif. Bisa ngelamunin masalah yang lagi kita hadapi. Siap tahu jadi nemuin
solusi. Atau ngelamunin kebesaran Allah yang kita temui selama perjalanan. Bisa
jadi tafakur tuh. (salah ga sih? Bodo amat lah. haha)
Izin nyeleneh dari
tema, mengutip dari pembicaraan Kang Ridwan Kamil (ada yang belum kenal? Segera
searching di Google yaa) di acara I Love Bandung, Solusi Kamil yang disiarkan
salah satu stasiun tv lokal, mengungkapkan bahwa pemuda itu bisa menjadi insan
yang kreatif karena mereka memiliki tiga hal. Sehat, berpendidikan, dan
idealis. Dan ketiga hal itu cukup
menjadi modal untuk membuat suatu perubahan besar. Apalagi jika dihubungkan
dengan peran mahasiswa sebagai agent of change. Masih menurut beliau, karena
dari sebuah ide bisa saja melahirkan sebuah komunitas dan berujung pada
terciptanya budaya. Jadi jika ada seratus masalah di Indonesia, siapkan saja
seratus pemuda yang mampu berpikir kreatif, maka keseratus masalah itu tidak
akan lagi menjadi masalah.
Apa hubungannya
sama ngelamun? Ya banyak. Salah satunya mungkin salah satu dari lamuners ternyata ngelamunin satu
masalah di Indonesia dan berhasil pula ngelamunin solusinya. Itu mah namanya
mikir. Ehh jangan salah, ngelamun juga tahap awal dari berpikir. Bukankah gaya
gravitasi juga terungkap dari hasil ‘lamunan’ seseorang tentang apel jatuh?
Tapi yang harus
diingat, ngelamun itu harus dibarengi sama ilmunya. Maksudnya bukan ilmu
ngelamun. Tapi jangan sampai kita terus-terusan ngelamun tanpa mencari tahu
ilmu untuk memecahkan masalah yang dilamunin. Selama ngelamum itu menjadi media
kita buat terus berkarya, kenapa enggak lebih diperbanyak. Haha. Sastrawan juga
banyak nyari inspirasi dari ngelamun dulu. Banyak ngelamun ga masalah, asal
barengi juga dengan membaca. Bukan hanya membaca ayat-ayat yang tersurat, tapi
juga lewat tulisanNya di alam sekitar kita.
0 comments