KKN itu 'Saling Belajar', Bukan 'Membantu'

by - August 14, 2013



                Cerita KKN memang beragam. Mulai dari keindahan alam pedesaan tempat KKN hingga cerita mistis yang menyertai perjalanan selama kegiatan. Hmm, rasanya itu semua akan jadi cerita sendiri selama jadi mahasiswa. Tapi rasanya tidak bagi saya. Tempat KKN saya terbilang dekat dengan kota. Jadi jauh dengan cerita-cerita ala Ethnic Runaway. Tapi yang akan tetap sama adalah cerita tentang bagaimana berbaur dengan masyarakat.
                Bergaul dalam lingkungan, adat-istiadat, dan orang-orang baru memang susah-susah gampang. Sama saja seperti saat kita pindah rumah. Tentu butuh waktu yang panjang supaya kita bisa kenal dengan tetangga satu RT. Sementara saat KKN, dengan waktu yang hanya 40 hari kita dituntut untuk bisa mengenal dan mengidentifikasi serta lengkap dengan mewadahi dan memberi solusi bagi permasalahan yang terjadi di daerah tersebut.
                Masyarakat. KKN. Dua hal yang sangat berkaitan. KKN sebagai media sekaligus kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang mahasiswa dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (red. Pengabdian pada masyarakat). Dan masyarakat sebagai laboratorium sesungguhnya dari teori yang telah kita dapat di bangku perkuliahan. Meskipun terkadang tidak semua ilmu yang dibutuhkan saat terjun ke masyarakat akan diperoleh di sana. Kebanyakan malah diperoleh dari kegiatan di luar itu.
                Tipe masyarakat yang sangat beragam. Mulai dari masyarakat yang antusias dengan kedatangan kamu intelektual, yang memiliki ekspektasi tinggi dan menganggap bahwa mahasiswa akan bisa dalam segala hal. Mereka kadang tidak menerima jawaban ‘tidak tahu’ saat mereka bertanya tentang suatu penyakit pada mahasiswa jurusan manajemen. Dalam benak mereka, mahasiswa itu ‘pintar’. Hanya itu. Bagi teman-teman yang mendapat tipe masyarakat ini rasanya lebih beruntung. Karena meskipun sedikit repot, setidaknya sikap mereka baik dan hangat. Soal pertanyaan mereka yang kadang di luar kemampuan kita, toh bisa kita cari di internet.
                Berbanding terbalik dengan mereka yang mendapat masyarakat yang sangat antipati terhadap kedatangan pendatang. Penyebabnya banyak. Bisa jadi memang merke sulit menerima hal baru dan takut akan suatu perubahan. Bahkan tidak aneh lagi dengan cerita bahwa di suatu desa, kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok KKN menngeluarkan banyak dana untuk memancing warga supaya datang dan mengikuti kegiatan. Kalau sudah begini, lantas siapa yang salah? Apa mahasiswa yang tidak bisa membuat suatu kegiatan yang dapat menarik masyarakat? Apa masyarakat tersebut memang tidak mau menerima suatu perbaikan?
                Saya tidak menawarkan solusi bagi permasalahan saat berhadapan dengan  masyarakat. Hanya saja ingin sedikit berbagi tentang cerita-cerita yang saya ambil sendiri hikmahnya. Yaa dengan sedikit analisa abal-abal tentunya. Bisa jadi jangan-jangan ada sedikit kesalahan yang kita lakukan saat pendekatan dengan masyarakat. Bagi saya KKN itu seperti dua sisi uang logam. Di satu sisi, kita akan membantu masyarakat (katanya). Di lain sisi, kita tidak bisa melaksanakan KKN tanpa masyarakat. Jadi sebetulnya, siapa yang membutuhkan siapa?
                Saya rasa keduanya. Masyarakat membutuhkan kita. Namun tidak semua dari mereka sadar dan mau mengakui. Masih banyak mayarakat yang menganggap bahwa ‘jam terbang’ dan ‘pengalaman’ itu adalah guru yang terbaik. Jadi, anak muda jangan sok tau deh. Kaum ini mungkin adalah kaum yang tidak bisa mengambil hikmah dari peristiwa Rengasdengklok. Mahasiswa sendiri tentu butuh masyarakat. Buktinya ada yang rela ‘bayar’ masyarakat buat dateng di kegiatan mereka.
                Hmm, kayanya emang harus ada basa-basi yang diubah. Jangan sebut diri kita sebagai orang yang akan ‘membantu’. Karena kita juga punya keterbatasan. Ada hal-hal yang akan kita pelajari dari masyarakat disana. Bagi saya kata yang tepat adalah ‘saling belajar’. Dan semoga dari proses kedatangan kita ada manfaat yang bisa diambil oleh masyarakat tersebut.

You May Also Like

0 comments