My First Scaling

by - February 08, 2018

Beberapa hari lalu, salah satu teman bercerita pengalaman scaling pertamanya. Memang menyadari sejak beberapa bulan lalu, karang gigi saya juga menumpuk, keinginan untuk mengikuti jejak timbul juga. Teman saya itu datang ke RSKGM UNPAD, karena ada temannya yang sedang koas disana. Saya juga diberi nomor kontaknya dan menyarankan untuk scaling disana juga. Tapi karena jarak kesana cukup jauh dari rumah, maka saya putuskan untuk scaling di faskes sesuai BPJS saya saja, di Puskesmas Melong Tengah. Biar gratis juga. Hehe.

Datang jam 7 pagi dengan adik yang juga mau tambal gigi. Baru ke Puskesmas lagi setelah terkahir sekitar setahun lalu. Dan sudah banyak berubah, lebih bagus. Nomor antrian sudah menggunakan print out macam di RS. Bukan zamannya lagi pakai kertas yang ditusuk di paku kali ya. Dapat nomor antrian pendaftaran C5. Dan antrian ini juga kita gunakan untuk antri dokter. Oh ya ketika mengambil nomor antrian, maka sesuaikan dengan poli yang akan kita tuju. Ada poli umum, poli lansia, poli gigi, poli KIA, poli TB Paru, satu lagi saya lupa. Hehe. Jadi awalan C di no antrian itu menunjukkan poli gigi yang akan saya datangi.

Nomor antrian

Menunggu lumayan lama. Karena pasien di poli gigi rata-rata menghabiskan minimal 10-30 menit. Ya pasti telat ngantor sih,  makanya antisipasi izin telat duluan. Hehe.

Sekitar jam 9. Setelah menunggu dag-dig-dug ditambah penjelasan hasil googling yang mengatakan bahwa prosesnya menggunakan anestesi, antrian saya pun dipanggil. FYI, saya ini sebetulnya takut untuk datang ke dokter. Khawatir segala penyakit akan terungkap dan menambah beban fikiran. Hheee.

Jadi sejak antri, kalau ini berhasil tanpa trauma, sebuah prestasi bagi saya. Begitu masuk ruangan, dokternya ramah. Pertanyaan pertama malah "Tetehnya lagi hamil?" Heee. Mungkin karena gamis saya yang gedombrangan. Setelah dijawab tidak, masih bertanya "Tapi udah nikah?" Heee. Setelah menjawab belum untungnya tidak ada pertanyaan lagi. Malah sepatah dua patah kata penghibur. Padahal biasa aja dok. Lagipula memang belum siap. Dan setelah selesai baru saya tahu dari teman kalau ibu hamil memang tidak disarankan scaling, karena khawatir menambah kebutuhan kalsium bagi gigi, sedangkan bayinya juga sedang membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan tulangnya. Jadi ya semacam rebutan kalsium antara ibu dan bayi nantinya.

Basa-basi selesai proses scaling pun dimulai. Saya minta gigi bagian bawah dulu, bagia atasnya dokternya bilang kamis depan. Tapi kayanya saya ga bakalan datang lagi. Bukan karena sakit sih. Tapi malas saja. Hahaaa. Rasanya hanya ngilu-ngilu sedikit. Memang ada darah yang keluar, tapi biasanya dokternya minta kita kumur-kumur di tengah prosesnya kalau darah memang sudah banyak keluar. Overall, ga kapok karena ga kerasa apa-apa. Yang saya ga tahan justru mualnya selama prosea scaling itu. Entah kenapa ya. Mungkin karena mulut kita dimasuki benda asing dan itu bikin mulut jadi asing seharian. Belum berani makan dan minum yang terlalu panas atau terlalu dingin juga selama dua hari. Sikat gigi pun masih terasa ngilu saat berkumur padahal airnya suhu ruangan. 

Intinya, boleh dicoba apalagi kalau merasa karang gigi sudah mulai menumpuk dan sulit dibersihkan hanya dengan sikat gigi. Demi kesehatan gigi juga kan.

You May Also Like

0 comments