Hedonic Treadmill Syndrome

by - February 02, 2018

Bahagia. Apa sih definisinya? Kayanya jadi tergantung kondisi. Bahagia adalah sehat bagi yang sakit, waktu luang bagi yang sibuk, serta berbagai keinginan manusia yang tanpa batas. Hari ini naik transportasi umum, esok ingin beli motor. Sudah terbeli motor, nabung untuk beli mobil. Tak pernah puas.

Setiap hari bumi disibukkan dengan manusia-manusia yang katanya mencari nafkah untuk membahagiakan diri dan keluarga, tapi terkadang lupa akan esensi bahagia itu sendiri. Tidak sedikit orang yang malah mendapat tekanan dan depresi dari pekerjaan. Belum lagi orang tua yang katanya banting tulang demi masa depan anaknya justru malah mengorbankan fase perkembangan anaknya. Serta fenomena sebaliknya yang sudah jadi kebiasaan dan mendapat kewajaran.

Seharusnya manusia bertanya dulu, tujuan dari bekerja itu untuk apa? Karena beberapa orang justru tidak merasakan adanya peningkatan kebahagiaan dari hasil jerih payah yang mereka dapatkan.

Hedonic treadmill

Istilah lama sih tapi kebanyakan orang mengelak sedang terkena sindrom itu. Tentang peningkatan materi yang kita dapat namun tidak sebanding dengan kebahagiaan yang kita rasakan. Stagnan. Seperti menaikkan kecepatan treadmill tapi tetap diam di tempat. Jika kemarin jalan-jalan hanya tamasya keliling kota, lalu hari ini bisa keliling dunia, namun rasanya tetap sama saja, itu indikasinya. Mungkin sebagian orang tidak menyadari karena peningkatan kualitas hidupnya juga naik secara bertahap, bukan orang yang kaya raya mendadak. Tapi ketika hal ini tidak diimbangi dengan syukur yang juga meningkat secara bertahap, maka kualitas syukur kita tetap akan di bawah.

Kalau kita mau menurunkan ego, menerima definisi bahwa bahagia hanyalah serangkaian permainan hormon serta emosi dalam tubuh yang mengakibatkan perasaan nyaman dan mungkin disertai sedikit senyum atau tawa. Maka seharusnya kebahagiaan itu tidak bisa dibandingkan, karena rasanya sama. Hanya standarnya saja yang berbeda. Karena frekuensi kehidupan setiap manusia juga akan berbeda.

Jadi, jika ada sebagian orang yang menyandarkan kebahagiaan pada materi. Atau mungkin kita tidak mengakui itu. Tapi masih keukeuh dengan lembur setiap hari demi sebuh gawai baru, kendaraaan terkini, atau rumah yang lebih besar. Seharusnya setelah kita mendapatkan apa yang kita inginkan, maka kebahagiaan kita pun akan bertambah. Seharusnya. Jika tidak?

Maka, bukan itu esensi bahagia. Karena bahagia adalah seberapa besar rasa syukur kita dengan apa yang kita miliki saat ini. Bukan menyandarkan pada cara bahagia orang lain. Apalagi menyandarkan pada apa yang belum kita punya. 

You May Also Like

0 comments