Liburan yang tak direncanakan. Ya
itulah tema dari perjalanan singkat hari ini. Berawal dari rencana hanya main
ke Gasibu, destinasi kami berubah ketika melihat keadaan jalanan di Padjadjaran
begitu padat. Awalnya kami hanya berniat mengambil jalan pintas lewat makan
Pandu dan tembus di Pasteur. Namun ketika keluar dari makam Pandu, .... ia pun
muncul. Ya ide untuk merubah tujuan menjadi Curug Cimahi. Meskipun sempat ragu
juga lantaran kami tidak tahu jalan yang harus dilalui. Berkat teknologi juga
akhirnya kami memutuskan untuk siap ke sana. Sedangkan sebenarnya saya hanya
pura-pura manggut saja ketika dia menjelaskan rute yang akan kami lalui. Hehe
(hampura). Padahal waktu SMA saya juga pernah ke sana. Namun dari arah Cimahi
lewat Kolonel Masturi. Sedangkan saat itu kita sedang berada di Pasteur. Yang
saya tahu kami lewat Surya Sumantri, masuk ke Setra Duta dan tiba-tiba nongol
di Jalan Ciwaruga dan akhirnya bertemu dengan Universitas Advent dan tak lama
muncul juga plang bertuliskan Curug Cimahi. Oh ya saya lupa bercerita. Saat itu
saya melakukan perjalanan bersama Padil. Senior saya di kampus yang beda
jurusan dan dipertemukan oleh sebuah ‘wawancara’. Lain waktu saja lah saya
cerita lebih lanjut.
Ini dia pemandangan selama perjalanan |
Yang ini juga ga kalah cantik kan?? |
Kalau ini malah mergokin yang pacaran di pinggir jalan. Hihi |
Kelihatan tidak kalau harga tiketnya Rp 10.000 ?? |
Harga tiket masuknya naik. Ya iya
lah secara saya ke sana itu sekitar lima tahun lalu. Hehe. Kalau dulu, (kalau
tidak salah ingat), tiket masuknya hanya Rp 3.000 saja. Namun sekarang menjadi
Rp 10.000. Namun setelah masuk, baru sadar juga memang banyak perubahan. Salah
satunya adalah tangga yang menjadi akses pengunjung menuju air terjun sudah ‘rapih’
dan nyaman. Kalau dulu memang hanya tanah. Jadi memang cukup berbahaya apabila
musim penghujan. Sekarang sudah bisa liat sendiri, lengkap juga dengan pagar pengaman.
Oh ya mulai dari pintu masuk pun kita sudah bisa melihat dan mendengar suara
air terjunnya. Dan bila dibandingkan dengan air terjun lainnya yang ada di
sekitar Bandung (mungkin juga daerah lain) Curug Cimahi ini memang paling mudah
diakses. Kita hanya perlu menuruni anak tangga. Jumlahnya? Hmm, lupa saya tidak
meghitung. Malas dan kurang kerjaan juga. Dan cukup lumayan melelahkan juga
saat hendak pulang, karena jadi harus naik tangga. Hehe. Tapi jangan takut.
Saya rasa air terjun ini cukup ramah untuk segala umur. Tadi saja, ada beberapa
orang lanjut usia bersama keluarganya yang ingin mencoba mengunjungi. Wehh jadi
malu saya kalau tiba-tiba merasa lelah saat naik untuk pulang kalau melihat
Nenek atau Kakek yang malah mendahului kami. Dan satu lagi yang menarik dan
harus hati-hati. Di tangga ini banyak monyet. Sebetulnya lumayan jinak juga.
Mungkin karena sering melihat manusia. Mereka biasanya akan pergi menjauh kalau
kita mendekat. Tapi ada beberapa dari mereka yang memiliki bulu lebih tebal,
biasanya malah lebih berani untuk mendekat. Huwaa, kalau sudah begitu lutut
saya yang lemas. Makanya saya tidak berani memotret mereka. Mau yang jinak
apalagi yang berbulu tebal itu. Satu kejadian lucu adalah ketika Padil mendekati
salah satu monyet yang sedang bersembunyi di antara semak untuk mengambil
gambar monyet itu. Ehh itu monyet dengan genitnya malah senyum dan kemudian
pergi. Walahhh, Padil jadi dapat gebetan. Ckck. Sayangnya dia belum sempat
minta nomor handphone.
Dari pintu masuk saja sudah terlihat kan? |
Hal yang paling menonjol dari
Curug Cimahi ini adalah ketinggiannya yang wuihhh lumayan tinggi juga. Dan saat
berada di bawah, kita bisa merasakan sensasi serasa berada di dasar jurang.
Haha. Jadi apabila kita melihat ke atas air terjun, memang rada ngeri juga bila
membayangkan lereng bebatuan itu longsor. Hiii. Tapi sayangnya. airnya sekarang
kotor. Padahal pertama kali saya ke sana, airnya masih jernih. Entah karena
penguh musim hujan atau semakin banyak pengunjung yang datang atau karena
semakin banyak wana wisata yang memanfaatkan sumber airnya, sehingga waktu
airnya sampai di Curug Cimahi sudah tercemar. Hmm, sayang ya.
Tinggi kan? |
Kata Padil, yang ini sedang menatap masa depan. Haha. |
Yang ini cuma iseng di bawah pohon. |
Biar ga cape saat naik, sambil foto saja. Hehe. |
Ini foto (sok) anggun. |
Fotografer yang moto sambil nungging lho ini. |
Ini tangga menuju air terjunnya. |
Hal lain yang akhirnya saya tahu adalah
ternyata sekarang di sana juga disediakan mushola yang nyaman. Dengan material
kayu dan di tengah alam bebas, kita bisa merasakan solat ditemani semilir angin
dan suara gemericik air dari pancuran di sebelah mushola tempat wudhu, dan juga
samar-samar debur air terjun dari kejauhan. Lagi-lagi saya lupa untuk
mengabadikan mushola itu. Lahh biar saja. Biar penasaran dan langsung ke sana
saja ya.