Kapan terakhir posting tulisan lagi? Wahh hampir sebulan yang lalu. *emoticon sedih. Kalau disebutkan alasannya pasti sulit diterima. Kalau tidak disebutkan nanti malah mati penasaran dan gentayangan. Mending diceritain aja ya. Sebagai mahasiswa jurusan MIPA khususnya kimia, rasanya susah buat cari waktu luang. Sepertinya, bagi kami waktu luang itu bukan untuk dicari, namun diciptkan diantara kepadatan kegiatan. Hahaha. Bukan bermaksud sombong atau sok sibuk, namuan begitu lah adanya (yang saya rasakan).
Tanpa bermaksud sekedar ngisi blog yang (hampir) terbengkalai ini, saya sedikit punya tulisan tentang seorang ilmuwan kimia yang 'berjuang' di bidang kimia polimer. This is it ...
Herman Staudinger. Namanya hampir sama kaya bapak saya ya. Sebenarnya artikel ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Media Pembelajaran Kimia. Enggak tahu juga apa hubungannya media pembelajaran sama biografi ilmuwan. Tapi niat dosen saya itu katanya supaya selain mengajarkan materi, kita bisa memberikan bumbu tentang sisi menarik dari kehidupan ilmuwan pada masa itu. Nice.
Cekidot...
Tanpa bermaksud sekedar ngisi blog yang (hampir) terbengkalai ini, saya sedikit punya tulisan tentang seorang ilmuwan kimia yang 'berjuang' di bidang kimia polimer. This is it ...
Herman Staudinger. Namanya hampir sama kaya bapak saya ya. Sebenarnya artikel ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Media Pembelajaran Kimia. Enggak tahu juga apa hubungannya media pembelajaran sama biografi ilmuwan. Tapi niat dosen saya itu katanya supaya selain mengajarkan materi, kita bisa memberikan bumbu tentang sisi menarik dari kehidupan ilmuwan pada masa itu. Nice.
Cekidot...
Herman Staudinger adalah seorang
ilmuwan kimia berkebangsaan Jerman. Lahir di Worms pada tanggal 23 Maret 1881.
Ia memperoleh gelar Ph.D dari Universitas Halle pada tahun 1903 dan sempat
menjadi pengajar akademik di Universitas Strasbourg. November 1907, ia ditunjuk
sebagai Profesor Kimia Organik di Institut Kimia Technische Hochschule di
Karlsruhe. Staudinger mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala
Laboratorium Kimia di Universitas pada bulan April 1951, dan menerima posisi
kehormatan sebagai Kepala Institut Penelitian Negara untuk Kimia
Makromolekular, yang ia pegang hingga bulan April 1956.
Staudinger dikenal sebagai ilmuwan
yang banyak bergerak di bidang kimia organik dan makromolekul. Hal ini terlihat
dari buku-buku yang dilahirkan dari pemikirannya yang banyak mengungkap tentang
senyawa karbon ini. Seperti buku yang paling terkenal tentang senyawa ketena,
berjudul Die Ketene (1912), Die Hochmolekularen Organischen Verbindungen,
Kautschak und Cellulose (Senyawa Organik Makromolekul, karet dan selulosa)
pada tahun 1932 dan ratusan artikel mengenai senyawa organik dengan lima puluh
diantaranya tentang senyawa ketena.
Sumbangsih
terbesar Herman Staudinger dalam bidang kimia makromolekul adalah pemikirannya
tentang senyawa polimer. Ia mengungkapkan bahwa senyawa dengan masa molekul
relatif yang besar seperti karet, selulosa, dan protein merupakan polimer yang
terbentuk dari rantai panjang seperti rangkaian klip kertas yang tersusun dan
saling terhubung hingga membentuk rantai. Ilmuwan kimia organik pada masa itu
masih meyakini bahwa senyawa dengan masa molekul realtif besar tersebut
hanyalah kumpulan molekul kecil yang membentuk koloid. Mereka meyakini bahwa
antar molekul kecil tidak dapat berikatan secara kovalen membentuk senyawa
dengan masa molekul yang lebih besar. Sehingga ide Staudinger tentang konsep
polimer pada masa itu belum dapat diterima.
Ide
Staudinger mulai dilirik ketika Herman Mark, melalui studi difraksi sinar-x
membuktikan bahwa senyawa polimer adalah rantai panjang yang tersusun dari
satuan molekul yang berulang. Dan percobaan Charotes yang berhasil
mendemonstrasikan pembuatan seyawa makromolekul melalui reaksi organik, ikut
menguatkan konsep Staudinger. Sehingga pada tahun 1953, ia menerima hadiah
Nobel pada bidang kimia atas penemuan pada bidang kimia makromolekul tersebut.
Untuk hasil
penelitiannya, Staudinger menerima banyak penghargaan dan gelar kehormatan;
seperti Dr. Ing. h.c. dari Technische Hochschule Karlsruhe; Dr.rer.nat.h.c.
dari Universitas Mainz; dr.(C)h.c. dari Universitas Salamanca; Dr.chem.h.c.
dari Universitas Torino; Dr.sc.techn.h.c. dari Eidgenössische Technische Hochschule
di Zurich; dan Dr.h.c. dari Universitas Strasbourg.
Referensi :