Huft. Aneh rasanya menulis
kembali setelah lama jari ga ngetik di atas keyboard. Hmm, in this time I want
to share about the film. Ini bukan seperti film Perahu Kertas yang malah banyak
bercerita tentang embel-embel di belakangnya. Hehe. It’s pure about the value that you can take from it. Have you ever watched The Devil Wears Prada? Yeah, I know, it’s old enough. Released about 2006, may be. But, it’s still my favourite I’ve ever watched. And the sequel of the book have released. Revenge Wears
Parada. And I have not yet looked for information about the book in
Indonesian? But, definitely I can’t wait to read.
The story has begin from the
girl, Andrea Sachs who called Andy, trying to apply a job on a Fashion Magazine
in New York, Runway. Parahnya dia ga tau sama sekali tentang fashion. Dengan
setelan yang kuno, dia tetep pede buat melamar pekerjaan. Karena dalam
benaknya, she will be a journalist. Dia ga tau kalau posisi yang sedang
dibutuhkan disitu adalah asisten buat Bos di majalah itu, The Devil. Karena salah
satu asistennya lagi apa gitu. (ga terlalu merhatiin. haha)
Awalnya dia pikir bahwa pekerjaan
menjadi asisten itu ga butuh gaya. Makanya dia tetep pede dengan tampilan ‘apa
adanya’. Sampai suatu insiden yang bikin Bos-nya nyindir dia dan bikin dia nangis.
Dia sempat berpikir buat resign. Tapi setelah curhat sama temen kantornya yang
baik hati, Nigel. Akhirnya dia sadar kalau dia ga boleh cengeng. Inilah dunia
kerja. Bukan untuk orang-orang yang mudah menyerah atau gampang nangis. Nigel
bantuin dia jadi staf Runway yang sesungguhnya. Emily, asisten Miranda (Bos
Runway) yang lain sempet bengong juga ngeliat perubahan Andy. Dan sejak itu dia
selalu berusaha melakukan yang terbaik. I love this part because it showed me
that life is not always flat (kaya iklan keripik kentang). So does the job.
Segala tantangan dalam mencapai kesuksesan itu harusnya dianggap sebagai
‘latihan’ dan ‘ujian’ supaya kita jadi lebih baik. Kesiapan Andy kapan saja
buat ngelayanin Miranda ngebuktiin totalitas kerja dia. Yeahh, mungkin sebagian
orang ga setuju. Kenapa harus susah-susah kerja buat orang lain. Mending bikin
usaha sendiri. Ya udah lah ya. Prinsipnya sama aja bukan. Mau kita kerja atau
pun usaha sendiri, tantangan itu akan selalu ada dan ga seharusnya bikin kita
jadi ... mundur.
Tapi lama kelamaan, pekerjaan dia
ini bikin dia jadi jauh sama sahabatnya, keluarganya, dan pacarnya. Konflik
terus memuncak sampai suatu saat, dia ditunjuk Miranda buat ngegantiin posisi
Emily (asisten pertama Miranda) buat pergi ke Paris. Dilematis banget. Disisi
lain ini adalah tuntutan pekerjaan tapi Andy juga enggak tega kalo harus
ngecewain Emily yang bela-belain sakit demi diet ketatnya supaya bisa tampil
sempurna saat di Paris. Meskipun, Emily bukanlah rekan kerja yang baik buat
Andy. But finally Andy nerima tawaran Bos-nya itu, bukan semata-mata karena dia
pengen balas dendam. Justru karena dia segen sama Bos-nya dan ga mau kehilangan
pekerjaannya.
Di lain pihak, Andy ketemu sama
seorang penulis yang dia kagumi sejak jaman sekolah. Dia cerita ke idolanya itu
kalo dia pengen banget nulis tapi terjebak ke dalam pekerjaan yang menurutnya,
sangat bukan dirinya.
Well, kalo diceritain bakal
panjang banget. Mending tonton sendiri aja ya filmnya. Yang jelas banyak banget
hal yang bisa jadi pelajaran dari film ini. Salah satunya film ini ngebuktiin
kalo setiap orang sebetulnya punya kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi
apa pun, meskipun itu bukan situasi yang dia sukai. Terbukti, Andy akhirnya
bisa membuktikan kalo dia bisa jadi asisten The Devil yang paling baik.
Yang paling kena dari film ini
adalah tentang prinsip hidup. Pekerjaan Andy itu adalah pekerjaan yang banyak
diburu kaum wanita. Tapi demi menjalankan tugas dalam pekerjaannya, Andy banyak
mengorbankan prinsip dan keyakinan hidupnya. Salah satunya pekerjaan ini ga
sesuai sama apa yang dia sukai. Meski akhirnya Andy mutusin buat berhenti dan
memulai karir sebagai jurnalis. Hal lainnya adalah Andy ga mau jadi seperti
Miranda yang rela ngelakuin apa aja demi karirnya, meskipun itu harus ngorbanin
temennya sendiri. Itu yang ga mau Andy lakuin. Akhirnya Andy keluar dengan
berbagai pertimbangan. Dia ga mau kehilangan keluarga dan sahabat-sahabatnya
yang selama ini ada di sekelilingnya, lebih dulu ketimbang pekerjaannya.
Kalimat terkahir untuk cerita
kali ini adalah seperti yang selalu Miranda bilang ketika ia selesai memberikan
tugas pada asistennya. That’s all.