Renungan Oh Renungan

by - June 30, 2012


Biasanya pada sebelum mengakhiri Training atau Tabligh Akbar akan ada sesi renungan. Sang trainer akan mengingatkan pada kematian, orang tua, atau dosa yang kita perbuat. Sudah biasa pula orang-orang yang mengikuti akan meneteskan air mata, sesenggukan, atau bahkan hingga terdengar suara dari hidung untuk mempertahankan posisi lendir di dalamnya agar tidak memaksa keluar (hehe, agak jorok) saking sedihnya. Meski saya juga enggak tahu hormon apa yang bekerja yang membuat kita jadi ber-ingus saat menangis. (atau kepedesan)

               
 Biasanya juga, orang-orang akan heran melihat saya saat bubar. Bukan karena baju saya yang banjir air mata atau berlembar-lembar tisu yang saya gunakan untuk menghapus ingus. Tapi karena tidak ada jejak air mata di wajah saya. Saya juga heran kenapa saya enggak bisa nangis saat renungan. Hampir semua sesi renungan yang saya ikuti, rata-rata enggak bikin saya nangis. Ya pernah juga pertahanan saya jebol. Kalau saya enggak salah waktu istighosah menjelang UN. Padahal kebanyak temen-temen berandalan saya enggak nangis. Mungkin  karena ada perasaan takut enggak lulus juga waktu itu. Hehe.
                               
 Entah karena pembicaranya yang memang kurang bisa membuat saya tersentuh, atau justru saya yang kurang peka. Tapi kalau dibilang enggak peka, rasanya enggak juga. Saya selalu nangis setiap nonton program Nilai Kehidupan. Bahkan jadi ledekan adik saya karena tiap tayangan dengan judul apa pun itu, saya pasti nangis. (meski kadang saya sembunyiin karena takut diledek)
                               
 Yang jadi sulit adalah saat sesi renungan saya jadi bingung sendiri. Lirik ke kanan, baru dua kalimat, udah ada bulir air mata di tangannya.  Lirik ke kiri, lagi nutup mata, meresapi mungkin. Saya juga pernah ikut nyoba cara itu. Tapi biasanya saya cuma ngeluarin ekspresi meringis, tapi enggak sampai nangis. Kalau udah gini saya pasrah aja. Paling nundukkin kepala supaya enggak ketahuan juga kalau ada makhluk nan keras hati kaya saya. Hahaha.
                                
 Saya juga enggak tahu apa saya termasuk orang yang keras hati gitu ya karena enggak bisa nangis saat renungan. Lagian sebenarnya saya ngerasa ngeri saat renungan. Biasanya neraka akan jadi bahan yang paling bikin pembicaranya berkoar-koar gitu kan. Bukan pengen nangis, saya malah jadi merinding dan takut. Akhirnya saya jadi enggak tahan dengerinnya. Malah kadang lebih serem suar dan intonasi pembicaranya daripada isi yang diomonginnya. Hehehe.

(maaf ya harap jangan ditiru. Semoga bisa mengambil hikmahnya)

You May Also Like

0 comments